Tuesday, July 19, 2011

Hanabi, Pesta Kembang Api di Jepang

KOMPAS.com - Bulan Juli di Jepang merupakan bulan pengawal datangnya musim panas yang membara. Yup, jika di Pulau Jawa panas maksimal yang kita rasakan biasanya berkisar antara 35-37 derajat celcius, maka di Jepang sini suhu dapat mencapai 38-40 derajat celcius. Sudah begitu, matahari terbit lebih lama pula. Sekarang sekarang ini yang saya perhatikan, matahari mulai menerangi tanah Jepang pada pukul 03.45 pagi. Itu sudah terang loh, nggak tahu tuh matahari terbit jam berapa. Kemudian mulai perlahan menghilang pada pukul 7 malam. Jadi ketika jam 6.30 malam itu masih lumayan terang, seperti jam 5.30-nya Indonesia.

Nah, sebagai bulan pengawal pergantian musim, biasanya di bulan-bulan ini diadakan pesta kembang api atau biasa disebut Hanabi. Dan bersyukur sekali karena saya di tahun ini bisa turut menyaksikan pesta pergantian musim ini, yaitu tepat pada tanggal 17 Juli 2011 di Tengah Kota Togura. Di tengah kota? Yup, jika biasanya kembang api di Jepang dinyalakan di sungai, di kota Togura dinyalakan di tengah kota.

Kali ini suami mengajak ke Togura, karena tahun lalu ia sudah melihat pesta kembang api di Danau Nojiri. Danau ini diapit oleh bukit bukit. Bisa dipastikan di Danau Nojiri, bunyi ledakan kembang api lebih menggelegar.

Uniknya, jika di Eropa atau di Indonesia, kembang api dinyalakan saat pergantian tahun, maka di Jepang dilaksanakan saat pergantian musim, yaitu musim panas. Hebohnya lagi, kembang api yang dinyalakan nggak sekadar kembang api cupu, tapi kembang api yang benar-benar indah dan sangat besar. Ketika meledak, kembang api tersebut menimbulkan bunyi menggelegar yang sangat keras, kemudian tak lama disertailah cahaya warna warni di langit.

Kembang api tersebut datang terus secara beruntun, mulai dari warna kuning, hijau, merah dengan bentuk yang berbeda beda. Dan terus menyala dari pukul 08.30 – 09.30 malam. Kebayang yaaa, banyak sekali kembang api yang dinyalakan. Ratusan bahkan ribuan. Bentuknya juga berbeda beda, tapi yang paling indah menurut saya adalah kembang api jenis warimono yang mengembang sangat lebar dan seolah percikan itu jatuh ke bumi dan menghujani kita dengan sinarnya. Hmmm... mirip kembang api disney.

Jenis jenis kembang api di Jepang sendiri ada bermacam-macam, ada yang bernama starmine yaitu kembang api yang bentuknya seperti bintang terpecah; warimono yaitu seperti yang saya cerita tadi, ia kembang api yang mengembang lebar dan percikannya seolah jatuh ke bumi; Pokamono, yaitu kembang api dengan bentuk patah-patah; Hanwarimono, bentuknya seperti mini warimono tapi dengan jumlah yang lebih banyak dan ada juga yang bernama Katamono, ini bentuknya seperti lampu neon yang dipatah-patah namun berbentuk melingkar. Hmm... tampaknya sih masih banyak lagi bentuk bentuknya, tapi nggak tahu namanya he-he-he...

Di Festival atau biasa disebut juga Matsuri ini, suasana jadi begitu sangat romantis dan khidmat. Ini bukan saja karena indahnya warna warni dilangit dengan berbagai modelnya, tapi juga karena sikap seluruh warga Jepang yang sangat menghargai tradisi mereka. Semua!!! Ya, semua warga langsung berdiri tegak dan memandang dengan pemandangan penuh takjub begitu api mengembang di langit hitam.

Heraaan … hampir tiap tahun mereka melihat pesta ini, tapi wajah mereka seperti orang-orang yang baru pertama kali melihat kembang api. Inilah yang harus dikagumi dari sikap warga Jepang, mereka sangat menghargai tradisi negara mereka. Sikap chauvinisme ini jugalah yang membuat warga Jepang lebih suka berlibur di dalam negeri daripada menghamburkan uang ke negeri tetangga, meski mereka tergolong sangat mampu untuk berlibur ke luar negeri (Iyaaa lah... karena saat kuhitung, pergi ke tempat liburan plus ongkosnya di daerah Jepang dengan pergi ke luar negeri, masih murah pergi ke luar negeri). Mereka lebih bangga dengan negara sendiri daripada ikut ikutan sikap negara luar. Dengan inilah negara Jepang, kuat!

Saya perhatikan juga, nyaris 60 persen warga datang dengan menggunakan pakaian tradisional Jepang, Yukatta. Yaitu pakaian sejenis kimono namun dengan bahan lebih tipis dan lebih simpel yang juga merupakan pakaian musim panas di Jepang. Warnanya bermacam-macam, ada yang datang dengan yukatta warna gelap, ada juga yang datang dengan yukatta warna lembut dan atau cerah. Yang jelas semua wanita yang menggunakan yukatta tampak sangat anggun dan cantik. Maaf saya nggak motret mereka, soalnya di Jepang nggak sopan kalau kita memotret orang yang tidak kita kenal, bahkan kenal pun kadang harus minta izin terlebih dahulu.

Ya, ya, yaaa… tampaknya festival seperti ini merupakan saat bagi wanita Jepang untuk berdandan bagi keluarga mereka, bagi pasangan mereka dan atau berdandan untuk sekadar eksis bersama dengan teman-teman sebaya mereka. Soalnya sejauh mata memandang, saya melihat hanyalah wajah-wajah cantik yang sumringah, tak ada wajah sayu tak ada wajah berminyak tak pula ada wajah dengan sepasang pakaian gembel.

Semua tampak cantik dan rapi. Semua orang pun datang dengan teman, pasangan dan atau keluarga. Tak terlihat seorang pun yang datang sendirian. Hal ini mungkin juga merupakan tradisi yang menggambarkan, betapa masyarakat Jepang suka berkumpul. Bahwa hidup itu bukanlah milik sendiri, tapi untuk dinikmati bersama-sama.

Hmm… saya jadi teringat ketika di Indonesia dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto. Tiap tahun, sekolah dasar, baik negeri maupun swasta selalu mengadakan festival sepeda hias dan konvoi dengan menggunakan baju daerah yang diiringi grup drum band. Hal ini tak hanya menyenangkan bagi peserta festival tapi juga menjadi hiburan tersendiri bagi warga yang menonton di pinggir jalan.

Ya … wajah-wajah penonton kembang api di Jepang, sama persis seperti wajah-wajah warga di kampung halamanku, Tuban saat konvoi dilaksanakan. Meski konvoi itu ada tiap tahun, tapi toh mereka selalu tetap melihat dengan antusias. Teringat saat itu, jika konvoi dimulai, maka seluruh rumah di kampung akan kosong karena mereka semua berada di pagar untuk melihat arak-arakan anak-anak berbaju daerah dan bersepeda hias dan diiringi drum band lewat.

Oya … pesta kembang api di Jepang tak hanya sekadar ada kembang api dan para penontonnya yang berpakaian yukatta, tapi juga ada berbagai pertunjukan dan ada pasar kaget. Pengen tahu ada pertunjukkan apa saja dan ada apa saja di pasar kagetnya? Tunggu artikel berikutnya yah.... (Catur Guna Yuyun Angkadjaja)

19 Jul, 2011


--
Source: http://travel.kompas.com/read/xml/2011/07/19/16065848/Hanabi..Pesta.Kembang.Api.di.Jepang
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Blog Archive