Thursday, May 13, 2010

Pengetahuan remaja tentang aborsi pada siswi kelas II SMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Penelitian terhadap kematian ibu memperlihatkan bahwa penderita abortus meninggal dunia akibat komplikasi yang ditimbulkan yaitu : perdarahan 30-35 %,infeksi 20-25% dan gestasis 15-17% (Manuaba,1998).
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah controversial di masyarakat. Satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan ( http://www.geogle.com ).
Masalah aborsi bukanlah kadarnya yang semakin intens, searah dengan perkembangan teknologi yang memudahkan pelaksanaan aborsi dengan resiko kematian ibu yang semakin kecil. (Kusmaryanto, 2004).
World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion) di dunia, 9,5 % (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13 % dari total perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding dengan aborsi. Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. (Soetjiningsih, 2004)
Menurut Parawansa (2000), menyatakan bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukan oleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah. Menurut Azwar,A (2000) menyatakan bahwa jumlah aborsi pertahun di Indonesia sekitar 2,3 juta. Setahun kemudian terjadi kenaikan terjadi kenaikan cukup besar. Menurut Nugraha,B,D, bahwa tiap tahun jumlah wanita yang melakukan aborsi sebanyak 2,5 juta. Menurut seminar yang diadakan tanggal 6 Agustus 2001 di Jakarta Utomo,B, melaporkan hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran hidup. Ia juga menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi adalah aborsi yang disengaja, ada 78 % wanita diperkotaan dan 40 % di pedesaan yang melakukan aborsi dengan sengaja. (Kusmaryanto, 2002).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, yang 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh mereka di usia 15-24 tahun. (Yulia,Majalah KARTINI,edisi April 2006)
Kenyataan bahwa kasus aborsi telah banyak terjadi bukanlah sekedar isu atu wacana belaka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atas Hendartini dibeberapa wilayah Indonesia menunjukan bahwa telah terjadi tindakan aborsi dengan berbagai cara, seperti tindakan sendiri, bantuan dukun, dengan akupuntur, melalui orang pintar, tindakan bidan, dilakukan oleh dokter umum atau dengan bantuan ahli kandungan (Anshor,dkk, 2003)
Ramuan-ramuan obat-obatan yang digunakan untuk menggugurkan kandungan juga sudah dikenal sejak zaman kekaisaran China Kuno yakni zaman Kaisar Shang Nung, yang hidup sekitar tahun 2000 SM. Diperkirakan sekitar 80 % aborsi dilakukan oleh tenaga tradisional/dukun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utomo,B, dkk (2000) menyebutkan bahwa 70 % aborsi didesa dilakukan oleh dukun sedangkan di perkotaan ada 15 % (Kusmaryanto, 2004).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengetahuan tindakan aborsi yang 30% dari 2 sampai 2,6 juta aborsi di Indonesia dilakukan oleh remaja putri. Menurut hasil pra survey yang dilakukan pada tanggal 28 april 2006 didapatkan 5 dari 10 siswa yang di wawancarai belum mengetahui tentang aborsi. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian di SMA KARTIKATAMA Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu “bagaimanakah pengetahuan remaja tentang aborsi pada siswi kelas II di SMA KARTIKATAMA Metro?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang tindakan aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro adalah :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Pengetahuan siswi tentang tindakan aborsi
3. Subjek Penelitian : Siswi kelas 2 SMA KARTIKATAMA Metro
4. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan setelah seminar proposal di setujui.

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan remaja tentang aborsi pada siswi kelas II SMA KARTIKATAMA
Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang pengertian aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro.
b. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang penyebab aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro.
c. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang kehamilan diluar nikah di SMA KARTIKATAMA Metro.
d. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang pengambilan keputusan remaja di SMA KARTIKATAMA Metro.
e. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang resiko/dampak aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro.
f. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang komplikasi aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro.
g. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang hukum aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro.
h. Diketahui pengetahuan siswi kelas II tentang tindakan aborsi di SMA KARTIKATAMA Metro.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Penulis
Mampu menerapkan mata kuliah yang telah diajarkan, menambah pengalaman dan wawasan mengenai penelitian khususnya penelitian pengetahuan remaja tentang aborsi yang dilakukan oleh remaja.
2. Bagi institusi SMA KARTIKATAMA Metro
Menambah wawasan dan informasi bagi institusi pendidikan SMA KARTIKATAMA Metro terutama guru BP untuk memberi penyuluhan tentang aborsi.
3. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang aborsi dan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.

Pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi secara siklik. Ia akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak haid sama sekali. Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan-keadaan stres dan gangguan emosi atau gabungan biologik dan psikologik (Biran Affandi, 1992).
Peristiwa haid yang ditentukan oleh proses somato psikis sifanyat kompleks meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi dan piskososial sering disertai gangguan fisik dan mental. Menurut Jeffcoate hanya kira-kira 20% diantara para wanita sama sekali tidak mengalami gangguan apapun. Banyak dan sifat gangguan haid sangat individual, tergantung pada pandangan wanita terhadap proses fisiologik dan pada keyakinan wanita untuk tidak membiarkan haidnya menganggu pekerjaan sehari-hari (Biran Affandi, 1992).
Salah satu penyebab infertilitas wanita antara lain dilihat dari riwayat menstruasinya, apakah siklus menstruasinya teratur. Kelainan fase luteal siklus menstruasi merupakan penyebab infertilitas yang penting (Sylvia Verralis, 2003). Disfungsi ovulasi berjumlah 10-25% dari kasus infertilitas wanita. Gangguan nutrisi yang berat (misalnya kelaparan, anoreksia nervosa), penurunan BB (misalnya : penyakit medis atau psikologis) dan aktivitas yang berat (misalnya : pelari maraton, penari balet) adalah berhubungan dengan gangguan ovulasi. Obesitas juga disertai dengan siklus anovulatorik karena peningkatan tonik kadar estrogen. Stress berat menyebabkan anovulasi dan amenore (Decherney, dkk, 1998). Ovulasi yang jarang, endometriosis dapat menyebabkan infertilitas. Nyeri haid seringkali dianggap sebagai gejala khas dari endometriosis. Ternyata scott dan felinde hanya mendapatkan 19% dengan dismenorea yang progresif (Sarwono, 2002).
Sebanyak dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat dirumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Perdarahan ovulator merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek atau panjang (Sarwono, 2002).
Masalah ketegangan prahaid di Indonesia masih belum mendapatkan perhatian khusus karena wanita pada umumnya menganggap gejala-gejala akibat ketegangan prahaid adalah rutinitas tiap bulan dan dianggap akan sembuh dengan sendirinya. Sebenarnya jika ditelusuri lebih jauh, masalah ketegangan prahaid merupakan gangguan kesehatan yang paling umum dialami oleh wanita dan memiliki implikasi pada aktivitas rutin sehari-hari baik dalam kehidupan sosial, lingkungan dan wanita itu sendiri (www.Gangguan Menstruasi.co.id, 2004).
Gangguan haid pada remaja dan dewasa merupakan kenyataan yang banyak dijumpai dalam praktek pada Dokter Spesialis Obsetri Ginekologi bahkan Dokter Umum saat ini (Biran Affandi, 1992). Beberapa waktu yang lampau masalah remaja dengan alat reproduksinya kurang mendapat perhatian karena umur relatif muda, masih dalam status pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya (Manuaba, 1998).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2006 dengan mewawancarai 10 remaja putri kelas 2 MAN 1 Metro didapatkan 6 dari 10 remaja putri yang tidak mengetahui tentang kelainan dalam banyaknya darah, lamanya perdarahan, siklus yang panjang, perdarahan diluar haid dan 8 dari 10 remaja putri yang tidak mengetahui tentang rasa nyeri pada waktu ovulasi serta sebanyak 9 dari 10 remaja putri yang tidak mengetahui bagaimana penatalaksanaan tentang gangguan menstruasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro. Apabila remaja putri mengetahui tentang gangguan menstruasi diharapkan ia dapat segera menindaklanjuti masalah menstruasi yang ia hadapi sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya serta dapat mempersiapkan kesehatan reproduksi yang sehat bila kelak ia menikah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut, “Bagaimanakah pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan tentang kelainan dalam banyaknya darah, lamanya perdarahan haid dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro.
b. Diperolehnya gambaran pengetahuan tentang kelainan siklus haid dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro.
c. Diperolehnya gambaran tentang perdarahan diluar haid dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro.
d. Diperolehnya gambaran pengetahuan tentang gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid meliputi: dismenorea, mittelschmerz, premenstrual tension, mastalgia dan penatalaksanannya pada remaja putri kelas 2 MAN 1 Metro.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Studi Deskriptif
2. Subyek penelitian : Remaja putri kelas 2 MAN 1 Metro .
3. Obyek Penelitian : Pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya yang meliputi :
a. Kelainan dalam banyaknya darah, lamanya perdarahan pada haid dan penatalaksanaannya
b. Kelainan siklus haid dan penatalaksanaannya
c. Perdarahan diluar haid dan penatalaksanaannya
d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid dan penatalaksanaannya
4. Lokasi penelitian : MAN 1 Metro
5. Waktu Penelitian : 8 - 13 Mei 2006

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi pihak Puskesmas dapat memberikan masukan guna memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya bagi wanita khususnya remaja putri, diwilayah kerja Puskesmas Batang Hari Kabupaten Lampung Timur.
2. Bagi remaja putri kelas 2 di MAN 1 Metro khususnya dan remaja putri pada umumnya dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan penelitian mengenai pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya.
4. Bagi MAN 1 Metro dapat menjadi bahan masukan khususnya bagi kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) agar dapat membuat program kesehatan mengenai pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya.

Pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik

Rata PenuhBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Resiko persalinan sangat berkaitan dengan resiko yang ada pada masa kehamilan kadang-kadang resiko tersebut baru terjadi pada saat persalinan, misalnya ketuban pecah dini (KPD) atau penyakit darah tinggi (Pre-eklampsia) yang timbul pada saat persalinan. Resiko persalinan ini dapat menyebabkan kematian.
Jumlah kematian ibu hamil di Lampung Timur pada tahun 2006 sebanyak 16 kasus (1,98%). Penyebab dari kematian tersebut dapat dibedakan menjadi perdarahan yaitu sebanyak 10 kasus (0,96%), lain-lain sebanyak 3 kasus (0,87%), eklampsia, infeksi, partus lama masing-masing sebanyak 1 kasus (0,31%). Angka ini bervariasi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2005 sebanyak 18 kasus (2%) 2004 sebanyak 19 kasus (2,3%) tahun 2003 sebanyak 20 kasus (2,7%) tahun 2002 sebanyak 9 kasus (0,8%) (Dinkes RI Lampung Timur, 2006).
Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor dominan yang mempengaruhi adalah kurang terdeteksinya faktor komplikasi secara dini misalnya abortus, infeksi, eklampsia, dan perdarahan. Untuk itu sangat diharapkan bidan, sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya dalam penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), peranan bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada sistem kesehatan nasional salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat.
Mengetahui tanda-tanda persalinan merupakan hal yang penting yang perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya komplikasi yang akan terjadi pada saat persalinan nantinya, misalnya KPD, pre eklampsi, persalinan macet dan lain-lain, sehingga akan tercipta persalinan yang normal, aman bagi ibu dan bayinya.
Berdasarkan hasil pra survey dan wawancara pada bulan April 2007 kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di kelinik Tridatu Lampung Timur, didapatkan ibu primgravida yang usia kehamilannya diatas 28 minggu sebanyak 34 orang (2,7%) belum mengerti tentang tanda-tanda persalinan semu. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik Tridatu Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah pengetahuan ibu primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu“ di Klinik Tridatu Lampung Timur Tahun 2007”.

C. Ruang lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
Sifat penelitian : Studi Deskriptif
Objek penelitian : Ibu-ibu primigravida yang memeriksakan diri di klinik Tridatu
Subjek penelitian : Pengetahuan ibu-ibu primigravida tentang tanda- tanda persalinan semu
Lokasi penelitian : Klinik Tridatu Lampung Timur
Waktu penelitian : 29 Mei sampai 22 Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengetahuan ibu primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di Klinik Tridatu Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dan mendapatkan pengalaman nyata dalam bidang penelitian.
2. Bagi Institusi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro
Bagi Institusi Pendidikan Politekes Tanjung Karang Prodi Kebidana Metro sebagai bahan bacaan tentang pengetahuan ibu hamil primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Bidan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE (Komunikasi Infomasi Edukasi).
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di Madrasah ALiyah Negeri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita rentan dengan gangguan alat reproduksinya karena alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ ruang rahim, saluran telur atau tuba fallopi yang bermuara di dalam ruang perut. Hubungan langsung ini sehingga infeksi pada bagian luarnya secara berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut. Dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau peritonitis (Manuaba, 1999)
Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin wanita antara lain sistem asam-basanya, pertahanan lainnya yaitu dengan pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke arah luar menyebabkan bakteri dibuang dan dalam bentuk menstruasi. Sekali pun demikian sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak dapat dibendung dan menjalar ke segala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 1999)
Menurut data family carp international (1995) Amerika Serikat bahwa satu dari 20 remaja tertular Penyakit infeksi menular seksual dengan jumlah penderita ims tertinggi pada usia 15-20 tahun, di Indonesia penderita ims terdapat sebanyak 45.830 orang dengan jumlah penderita di Lampung sebanyak 499 (Profil Kesehatan Indonesia 2005), sedangkan jumlah penderita ims di kota metro pada tahun 2003 tidak ada (Profil Kesehatan Kota Metro, 2003), pada tahun 2004 sebanyak 17 orang (Profil Kesehatan Kota Metro, 2004), pada tahun 2005 sebanyak 14 orang (Profil Kesehatan Kota Metro, 2005).
Keputihan dapat dibedakan menjadi keputihan normal dan keputihan abnormal.Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar tersebut. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap keputihan. Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram untuk infeksi bakteri, preparat basah untuk infeksi jamur, kultur/pembiakan untuk menentukan jenis bakteri penyebab, dan Pap smear untuk menentukan adanya sel ganas pada serviks (Manuaba, 1999)
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Penderita terbanyak kanker leher rahim ada di indonesia (www.health-irc.or.id/profil 2004/bab2.htlm). Kasus penderita kanker di Indonesia yang ditemukan sebanyak 8.182 kasus, dengan kasus kanker servik 2.780 kasus (www.pd. persi.co.id/?show = detail news & kode).
Wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan keputihan sehingga di anjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba, 1999)
Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan fisiologis dan keputihan patologis tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak, wanita yang beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit kelamin dan jika wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan membuat wanita tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah.
Hasil pra survey yang telah penulis lakukan di MAN 1 Metro tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan cara menyebarkan kuesioner pada semua remaja putri kelas II di MAN 1 Metro sebanyak 115 orang ditemukan 104 orang (90,5%) yang tidak mengetahui tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis, sedangkan sebanyak 11 orang (9,5%) mengetahui perbedaan keputihan fisiologis, selain itu belum adanya penyuluhan kesehatan reproduksi dan penelitian mengenai keputihan di MAN 1 Metro. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengetahuan Remaja Putri di MAN 1 Metro tentang keputihan fisiologis dan Keputihan Patologis.”

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subyek penelitian : Remaja Putri Kelas II di MAN 1 Metro
3. Obyek Penelitian : Pengetahuan tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis
4. Tempat penelitian : MAN 1 Metro
5. Waktu penelitian : 8 Mei 2006

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di MAN 1 Metro.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis
b. Diketahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan patologis

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi remaja
Bagi remaja putri khususnya remaja putri di MAN 1 Metro diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang keputihan, sehingga dapat diketahui secara cepat bila terjadi abnormalitas keputihan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan pada remaja.
3. Bagi Institusi pendidikan
a. Prodi kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa prodi kebidanan Metro.
b. Staf pengajar MAN 1 Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di MAN 1 Metro, dan dapat juga sebagai bahan masukan dalam memberikan bimbingan konseling pada remaja putri.

Pengetahuan primigravida tentang anemia pada kehamilan di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 1998). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya tersebut terwujud dalam bentuk Safe Motherhood atau disebut juga upaya penyelamatan ibu dan bayi (Sarwono, 2000).
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satu diantaranya yang di pandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services) adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, yang utamanya adalah pelayanan pencegahan (Preventif), peningkatan kesehatan (Promotif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dengan sasaran masyarakat.
Upaya kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok rentan yaitu calon pengantin, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui.
Anemia di Indonesia terutama pada ibu hamil relatif masih tinggi, terbukti dengan di dapatkannya 63,5% ibu hamil menderita kekurangan zat besi. Upaya penanggulangannyapun sudah cukup gencar dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti, kejadian anemia tersebut masih cukup tinggi, dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penangannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku melakukan analisis cermat yaitu penilaian bentuk berupa pengetahuan di masyarakat terutama calon pengantin atau calon ibu (Nugraheni, Aruben, Purnami, 1999).
Seorang wanita dinyatakan anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 11 g/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pada perubahan-perubahan dalma darah dan sum-sum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibanding dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita (Prawiroharjo, 1992).
Dengan adanya masalah kesehatan, seorang ibu yang akan menjalani proses kehamilan besar kemungkinan akan mengalami anemia tanpa di sadarinya, bidan sebagai pendamping sepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode prenatal, bayi, balita, remaja, dewasa dini, kehamilan, persalinanan, nifas dan menopause haruslah tanggap dalam setiap perubahan yang dihadapi untuk dapat mengantar wanita menuju dalam proses kehamilan yang sehat.
Pada studi pendahuluan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur penulis mendapatkan data ibu hamil yang beresiko ada 150 orang, yaitu umur ibu lebih dari 35 tahun ada 60 orang (40%), dengan multiparitas 40 orang (26,6%), abortus habitualis 4 orang (2,6%), anemia ada 25 orang (16,6%), hipertensi ada 6 orang (4%), primitua 4 orang (2,6%), lingkar lengan atas kurang dari 23,5 ada 11 orang (7,3%). Ibu hamil di wilayah Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur belum pernah ada yang mengikuti penyuluhan tentang kesehatan khususnya tentang anemia.
Dari uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan primi gravida tentang anemia di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah penelitian : “Bagaimanakah pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur sebagai sumbangan penelitian dan masukan serta sebagai bantuan dalam memberikan materi penyuluhan pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan.
2. Bagi penulis
Untuk mengetahui dengan jelas mengenai pengetahuan primi gravida tentang anemia pada masa kehamilan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat, khususnya pada mata kuliah kebidanan dan metode penelitian.
3. Bagi primi gravida
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang anemia di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
4. Bagi pengembang ilmu
Sebagia sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan.

E. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Seluruh primi gravida yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
3. Objek penelitian : Pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
4. Lokasi Penelitian : Di wilayah kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui.

Pengetahuan pasangan usia subur tentang kontrasepsi vasektomi

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 pertahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan Keluarga Berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan Keluarga Berencana (KB) tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti. Demikian pula halnya dalam masa yang akan datang. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan pendudukan yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan maksimal akan tidak berfaidah (Manuaba, 1998).

Program KB merupakan salah satu usaha penggulangan masalah kependudukan. Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 1996).

Gerakan KB Nasional telah mempunyai landasan hukum yang kokoh berpa udang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Di dalam Bab 1 ketentuan Umum Pasal 1 nomor 12 dan undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (BKKBN dan UNICEF, 1992).

Pendapat Malthus(manuaba, 1998) yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorentasi pada “Catur Warga” atau Zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis teknis Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah. (Manuaba, 1998).

Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu : Keluarga Berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB Lingkungan biru (1985) dan KB lingkaran emas (1988). Mengarahkan pada pelayanan Metode Kentrasepsi Efektif (MKE) : AKDR, suntikan KB, Susuk KB, dan Kontap.

Salah satu metode kontrasepsi efektif adalah vasektomi yang digunakan oleh lapisan masyarakat yang tidak menginginkan anak lagi. Untuk menjadi akseptor kontrasepsi vasektomi diperlukan syarat-syarat atau indikasi-indikasi, antara lain : umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun, pasangan suami istri telah mempunyai anak menimal 2 orang dan anak paling kecil sudah berumur diatas 2 tahun.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada tahun 2004 ternyata kontrasepsi vasektomi kurang diminati oleh masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Iringmulyo Kecamatan Metro Timur. Hasil prasurvei yang peneliti lakukan di Puskesmas Iringmulyo Kecamatan Metro Timur, PLKB Kecamatan Metro Timur dan Kader kesehatan Kelurahan Iringmulyo Kecamatan Metro Timur yang dilaksanakan pada bulan April tahun 2004. Peneliti mendapatkan data yaitu : Kelurahan Iringmulyo jumlah PUS 1968 dengan akseptor vasektomi 3 atau 0 %.

Tabel. 1 Jumlah Akseptor Vasektomi di Kelurahan Iringmulyo Kecamatan Metro Timur bulan April tahun 2004

No Lingkungan Jumlah Pus Jumlah Akseptor

Vasektomi %

1. I dan III 457 1 0,2

2. II 525 - 0

3. IV 200 1 0,5

4. V 183 - 0

5. VI 251 - 0

6. VII 110 - 0

7. VIII 242 1 0,4

Sumber : PLKB Kader Kesehatan dan Puskesmas Iringmulyo Kecamatan Metro Timur.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa jumlah pasangan usia subur terbanyak pada Lingkungan II, sedangkan jumlah pasangan usia subur terkecil pada Lingkungan VII. Dan diketahui pula jumlah akseptor vasektomi di Lingkungan II yang jumlah pasangan usia suburnya terbesar adalah 0 %.

Tabel 2. Jumlah anak yang dimiliki PUS berdasarkan usia PUS dilingkungan II Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur

No Usia PUS Jumlah PUS Jumlah anak

I II III > III

1. <>

Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di puskesmas

BAB IRata PenuhPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam merupakan salah satu masalah yang kerap dijumpai dalam mengasuh dan membesarkan anak. Ibu berperan penting dalam merawat anak demam, pengetahuan ibu diperlukan agar tindakan yang diberikan benar yaitu bagaimana ibu menentukan anak demam dan menurunkan suhu tubuh anak, serta kapan ibu mambawa ke petugas kesehatan. Kurangnya informasi dan pengetahuan dapat membuat tindakan ibu menjadi keliru. Kesalahan yang sering terjadi di lingkungan kita seperti anak demam justru diselimuti dengan selimut tebal. Ibu perlu tahu bahwa pada usia dibawah lima tahun daya tahan tubuh anak memang merendah sehingga rentan sekali terkena infeksi penyebab demam. Tingginya suhu tubuh juga tidak dapat dijadikan indikasi bahwa penyakit yang diderita anak semua parah. Sebab pada saat itu tubuh sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi, dengan demikian demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1–2 hari dan tidak selalu butuh pengobatan. Segeralah melakukan pengukuran dengan termometer setiap kali anak demam. Sekitar 30% - 50% demam disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), demam berdarah dengue, dan demam tifoid. (Waldan, tabloidnova.com, 2007, Conecticque, conectique.com, 2008 ).
Data terakhir yang diperoleh dari Survei Kesehatan Nasional (Susenas) 2001 tentang angka kesakitan bayi dan balita menunjukkan bahwa 49,1 % bayi umur kurang dari 1 tahun (49,0 % bayi laki-laki, 49,2 % bayi perempuan), dan 54,8 % balita umur 1-4 tahun (55,7 % balita laki-laki, 54,0 % balita perempuan). Di antara anak umur 0-4 tahun tersebut ditemukan prevalensi panas sebesar 33,4 %, batuk 28,7 %, batuk dan nafas cepat 17,0 % dan diare 11,4 %.
Hasil pendataan Surveilans Epidemiologi Kota Metro tahun 2004 menunjukkan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) mencapai 28.160 kasus selama tahun 2004, hal ini terjadi peningkatan yang sangat tajam pada tahun 2005 yaitu 32.790 kasus dan paling banyak pada usia 1-4 tahun yaitu sebanyak 10.219 kasus (26.07%). Penyakit berikutnya terbanyak adalah diare yaitu 3.614 kasus (9,22%) (Buletin, 2006).
Hasil prasurvei yang penulis lakukan di Puskesmas Mulyojati Metro Barat tanggal 20 Maret sampai dengan 25 April 2008 penulis meneliti dari 24 ibu yang mempunyai balita demam terdapat 17 ibu yang pengetahuannya kurang dan, 4 ibu yang pengetahuannya cukup, dan hanya 3 orang yang pengetahuannya baik. Tingkat pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam masih banyak yang kurang baik sehingga membuat penulis terpicu untuk menelitinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini adalah ”Bagaimana pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di Puskesmas Mulyojati Metro Barat?”

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Peneliti membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu yang mampunyai balita demam
3. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama.
4. Lokasi Penelitian : Puskesmas Mulyojati
5. Waktu Penelitian : 17 - 21 Juni 2008

D. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam.

E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Institusi Puskesmas Mulyojati Metro Barat
Menambah informasi dan masukkan tentang pertolongan pertama pada balita demam.
2. Para ibu yang memiliki balita
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan para ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam.
3. Institusi pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan memberikan pertolongan pertama pada balita deman.

Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di kelurahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tua selalu menginginkan agar anak mereka menjadi lebih cerdas, gembira dan pandai menyesuaikan emosi dan fisiknya. Sayangnya tak semua orang tahu bagaimana caranya memberikan pengetahuan sejak dini kepada anak-anaknya. (Djatmiko, 2004). Kebanyakan orang tua memiliki mitos bahwa bayi hanya makan, tidur dan mengompol, tidak dapat melihat dengan baik, tidak dapat mendengar sama sekali dan pada dasarnya tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya sebelum umur 3 bulan. (Ludington, 1985)
Bayi memerlukan cinta ibu tanpa syarat dan memerlukan pengasuhan baik secara lahiriah maupun kejiwaan. Salah satu perwujudannya adalah ”kasih sayang” yang dapat dinyatakan dengan ciuman, sentuhan tangan, sikap ibu pada saat menyusui melalui pelukan hangat memberikan perasaan yang aman pada bayi.
Tertuang pada pokok-pokok pikiran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 1991 bahwa ibu merupakan penentu bagi pola asuhan bayi/anak termasuk dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI). Bukan hanya Ibu, ayahpun perlu terlibat dan menjalin kelekatan dengan bayi sehingga mampu menumbuhkan cara pandang terhadap dirinya sendiri yang positif (self esteem), kompetensi, rasa percaya diri sebagai bekal hidupnya kelak.
Bayi memiliki kebutuhan biologis untuk “belajar”. Metode pengajaran yang tepat bagi janin maupun bayi, yakni merangsangnya agar gemar membaca. (Djatmiko, 2004). Hal ini merupakan suatu stimulasi. Menurut Kobayashi (dalam Sodjatmiko, 2002) bahwa “Stimulasi yang diberikan secara dini, terarah dan lama, maka semakin besar dan lama manfaatnya dalam hal kecerdasan, kemampuan berbahasa dan kecerdasan emosional.
Bayi yang diberi stimulasi menunjukkan respon yang positif. Antusiasme dan dedikasi mereka menghasilkan pembentukan Assosiasi Edukasi Stimulasi Janin (Infant Stimulation Education Association). Bayi-bayi tersebut lebih sering tersenyum, lebih pandai menjangkau benda, bisa mengoceh lebih cepat, berat badan bertambah lebih cepat dan keingintahuannya lebih besar. (Ludington, 1985). Hal ini terjadi karena tahun pertama kehidupan merupakan “Masa/tahun-tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal, ia memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta memberi peluang untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya.” (Sularyo, 1996)
Tenaga kesehatan/orang tua pada tahun pertama kehidupan anaknya seringkali hanya memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja, sedangkan kurang diberikan pada perkembangan motorik halus yang merupakan indikator kemampuan intelektual anak. (Soetjiningsih, 1998). Jika saja orang tua memahami dan menggunakan stimulasi bayi, tujuan-tujuan untuk mendapatkan bayi cerdas tidak hanya mungkin, tetapi juga dapat diraih. Pemberian stimulasi yang terarah dan terus menerus dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai dengan tumbuh kembang anak akan sangat bermanfaat.
Setiap anak mempunyai hak-hak menurut Islam, yaitu : (Samil, 1999)
1. Hak untuk hidup.
2. Hak mendapat nama baik.
3. Hak mendapat penyusuan dan pengasuhan
4. Hak mendapat kasih sayang.
5. Hak mendapat perlindungan dan nafkah dalam keluarga.
6. Hak mendapat pendidikan dalam keluarga
7. Hak mendapat kebutuhan pokok sebagai warga negara.
Pemeliharaan orang tua yang memadai merupakan hal yang menunjang bagi peningkatan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tetapi pemeliharaan yang kurang memadai dapat mengakibatkan gagal tumbuh (failure to thrive), anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan dan keterlambatan perkembangan. (Soetjiningsih, 1998). Menurut Van Den Boomm, 1995 (dalam Monks, 1999) bahwa pada umumnya anak yang mengalami kesulitan hubungan ibu-anak agak mudah marah dan sensitif
Pengetahuan orang tua, khususnya ibu dalam menstimulasi/merangsang perkembangan anak dengan dasar “Pendekatan kasih sayang” sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Langkah ini untuk meraih anak yang cerdas dan bila memang ditemukan adanya penyimpangan maka dapat segera dilakukan intervensi agar tidak berlanjut dan anak dapat mencapai potensial perkembangannya secara optimal.
Hasil prasurvey bulan Maret 2004 yang didapatkan penulis di Kecamatan Metro Timur, bahwa jumlah anak balita sebagai berikut :
Tabel 1. Data Jumlah Anak Balita (0-4 th) Tahun 2003 di Kec. Metro Timur.
No Desa/ Kelurahan Usia 0-4 tahun
1
2
3
4
5 Iring Mulyo
Yosodadi
Yosorejo
Tejosari
Tejoagung 353
502
418
161
280
Jumlah 1714
Sumber : Dokumentasi Kecamatan Metro Timur Tahun 2003.
Berdasarkan data di atas ternyata kelurahan Yosodadi mempunyai jumlah anak balita terbanyak, yaitu 502 balita dibandingkan empat kelurahan lainnya.
Kelurahan Yosodadi memiliki 7 Posyandu, dimana dari 502 jumlah balita tersebut diantaranya terdapat 107 bayi berusia 0-12 bulan. Adapun data yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Jumlah Bayi (0-12 Bulan) Bulan Maret 2004 di Puskesmas Iring Mulyo
No Nama Posyandu Jumlah
1
2
3
4
5
6
7 Melati 3B
Melati 1
Melati 4A
Melati 2B
Melati 3A
Melati 2A
Melati 4B 25
17
20
12
11
12
10
Jumlah 107
Sumber : Dokumentasi Puskesmas Iring Mulyo Bulan Maret 2004.
Pada tiap posyandu di kelurahan tersebut, kegiatan pembinaan keluarga balita (BKB) telah terlaksana, dimana daftar kehadiran bayi dan balita bersifat kontinyu.
Hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa masih banyak ibu yang mempunyai kebiasaan untuk membandingkan kemampuan/keterampilan anaknya dengan kemampuan/keterampilan anak lain baik yang sebaya maupun tidak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi yang tepat kepada anaknya masih kurang.
Mengantisipasi hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi 0 – 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimana pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 - 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.”

C. Ruang Lingkup penelitian
Jenis : Penelitian Deskriptif
Subjek : Ibu yang mempunyai bayi usia 0 -12 bulan.
Objek : Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi.
Lokasi : Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.
Waktu : 8 Mei - 01 Juni 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 –12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia 0 - 3 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
b. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  3 -  6 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
c. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  6 -  9 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
d. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  9 - 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan referensi tentang tumbuh kembang dan stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan bagi petugas puskesmas untuk penyuluhan tentang tumbuh kembang dan stimulasi bayi usia 0 – 12 bulan.
3. Bagi Kader Posyandu
Dapat menambah pengetahuan/masukan tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan.
4. Bagi Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-12 Bulan
Dapat menambah pengetahuan pentingnya stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

Pengetahuan ibu tentang pengganti air susu ibu di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara kita, Indonesia merupakan negara yang memiliki tujuan nasional. Dimana tujuan pembangunan nasional ini tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu dari tujuan pembangunan yang ada adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas perlu disiapkan sejak dini, sebaiknya dimulai sejak janin masih berada di dalam kandungan.
(Muchtadi, 2002, 27).
Dewasa ini pemberian ASI tampak ada penurunan dengan adanya pemberian PASI (Pengganti ASI). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di RSU Dr. Kariadi, Semarang. Pemberian ASI ini tampak ada penurunan setelah bayi berumur 2 (dua) bulan yaitu 31,6 % ASI saja dan 68,4 % ASI + Pendamping ASI dan Pengganti ASI. Sedangkan sebelumnya yaitu pada saat bayi berumur 1 (satu) bulan masih lebih baik yaitu 66,7 % ASI dan 33,3 % susu buatan saja (Ebrahim, 1986 : 107).
Makanan yang paling ideal untuk bayi adalah ASI, namun demikian karena beberapa hal bayi tidak dapat memperoleh Asi karena alasan kesehatan ibu, ibu bekerja di luar rumah, untuk menggantikan ASI kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). Tapi pemberian PASI yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi misalnya pemberian susu buatan yang terlalu encer dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan bayi dan akan terjadi kegemukan bila susu buatan diberikan terlalu kental. (Soetjiningsih, 1997, 187).
Terdapat perbedaan status gizi yang nyata antara bayi yang mendapat ASI dengan bayi yang diberikan susu buatan, gizi kurang dan gizi buruk terdapat lebih tinggi pada bayi-bayi yang mendapat susu buatan dari bayi yang mendapat ASI. Pemberian susu buatan dan pemberian makanan sapihan merupakan faktor penting terhadap terjadinya kekurangan gizi pada bayi 0 – 1 tahun dan pada umur berikutnya. (Ebrahim, 1986, 111).
Berdasarkan hasil pra survey di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung terdapat 98 ibu yang mempunyai bayi 0 – 1 tahun.
Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang PASI di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengetahuan ibu tentang PASI (Pengganti Air Susu Ibu) di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
a. Objek Penelitian
Pengetahuan ibu tentang PASI di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2004.
b. Subjek Penelitian
Seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung.
c. Lokasi Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung.
d. Waktu Penelitian
18 Mei 2004 s.d 10 Juni 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum, yaitu :
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang PASI di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian PASI
b. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
c. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang dampak negatif PASI

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Ibu (responden) yang mempunyai bayi 0 – 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung.
Ibu diharapkan mengetahui tentang pengertian PASI, Manfaat ASI, dan dampak negatif yang ditimbulkan dari pemberian PASI.
2. Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung
Sebagai masukan, informasi yang bermanfaat bagi pengelola program dalam hal pemberian PASI.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan masukan tentang hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun di posyandu … wilayah kerja puskesmas ….

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan manusia seutuhnya. Melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui kesehatan ibu dan anak pembinaan kesehatan ibu dalam perkawinan, semasa hamil, dan melahirkan ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan berpotensi tangguh pembinaan kesehatan anak usia dini sejak masih dalam kandungan hingga usia balita ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan sakit yang dapat membawa anak cacat serta untuk meningkatkan kualitas hidup agar anak mencapai tumbuh kembang optimal (Dep.Kes RI, 1996)
Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup pemenuhan kebutuhan primer anak sejak didalam kandungan sampai remaja dengan mengkaji pertumbuhan dan perkembangan anak (Dep.Kes RI, 1992).
Periode yang penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Bahkan ada sarjana yang mengatakan “The Child Is The Father of The Man” sehingga setiap kelainan / penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Soetjiningsih, 1995).
Kemampuan motorik halus diharapkan sudah muncul pada usia 3 tahun, sejak bayi orang tua bisa memantau perkembangan motorik halus tersebut pada usia 2 tahun anak bisa membuka baju sendiri, usia 3 tahun membuka kancing baju, usia 5 tahun memasang tali sepatu. Kemampuan motorik kasar pada anak usia 3 tahun dapat berdiri 1 kaki, melompat dan perkembangan ini berlangsung pesat sejak bayi sampai usia 3-5 tahun, yang disebut Fase Sensori Motor hal ini yang tidak banyak dipahami orang tua anak (Http;//www.tabloid.nova.com).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April 2007 di Posyandu Melati wilayah Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat terdapat 38 ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun. Peneliti melakukan penjajakan masalah terhadap 10 ibu yang mempunyai anak balita, didapatkan hasil pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik yang kurang (kemampuan menjawab soal dengan nilai 51%).
Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Study deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat
3. Objek Penelitian : Perkembangan motorik kasar dan halus balita usia 3-5 tahun.
4. Lokasi : Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat
5. Waktu : Mei – Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana pengetahun ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
b. Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Yosomulyo
Sebagai bahan bagi petugas Puskesmas untuk penyuluhan tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun
2. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan bacaan tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun.
3. Bagi Peneliti
Sebagai hasil bahan informasi untuk peneliti tentang pengetahuan ibu dan masukan tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun.

Blog Archive