Monday, June 21, 2010

Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas Tentang Dysmenore di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS
TENTANG DYSMENORE DI SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menstruasi merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita.
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia yang tepat yaitu usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 1999).
Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dan gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu (Manuaba, 1998).
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2000).
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta seperti Pemda, Dinas Kesehatan, BKKBN, Polri dan LSM yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).
Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk di dalamnya remaja pasti pernah merasakan nyeri haid (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa dibawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua haid. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak.
Secara alamiah, penyebab nyeri haid bermacam-macam, dari meningkatnya hormon prostaglandin sampai dengan perubahan hormonal ketika mulai haid, dan bahkan kecemasan yang berlebihan. Bila dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu nyeri haid primer dan sekunder (http:// www.infosehat.com).
Batasan penelitian dalam penelitian pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah meliputi pengertian dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, gejala dysmenorea, dan penanganan dysmenorea.
Dari hasil prasurvei terdapat 4 orang remaja putri siswi kelas III di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah dan diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswi tersebut belum mengerti dengan jelas pengertian dari dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, tanda dan gejala yang menyertainya dan penanganan dysmenorea. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri kelas III tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Remaja putri siswi kelas III di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Objek Penelitian : Pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea
Lokasi Penelitian : SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Waktu : Setelah proposal disetujui

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri siswi kelas III tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang pengertian dysmenorea.
b. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang klasifikasi dysmenorea.
c. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang tanda dan gejala yang menyertai dysmenorea
d. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang penatalaksanaan/penangan dysmenorea

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan kebidanan.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mendapat tambahan pengetahuan tentang dysmenorea.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Pengetahuan Remaja Putri Kelas III Tentang Seks Sekunder di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III
TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO dan beberapa badan dunia lainnya tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, ketrampilan, pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja. (Soetjiningsih, 2004).
Departemen kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi essensial yaitu kesehatan Ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan pemberantasan IMS/ HIV-AIDS dan dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan tenaga yang terlatih.
Tujuan kesehatan reproduksi remaja adalah menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak aman, menurunkan penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi kontrasepsi dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi. (Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan¬-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. (Soetjiningsih, 2004).
Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.(Cristian , 2004).
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. (Soetjiningsih, 2004).
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan. (Nancy P, 2002).
Sedangkan jumlah penduduk di propinsi Lampung tahun 2005 adalah 6.983.699 jiwa dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah 714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19 tahun adalah 761.516 jiwa (BPS Lampung, 2006), saat ini jumlah penduduk di Kota Metro sekitar 125.086 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 10-14 tahun adalah 12.334 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 15-19 tahun adalah 14.513 jiwa (BPS Metro 2005).
Batasan penelitian ini adalah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pubertas di SMP Kartikatama Metro meliputi pengertian pubertas dan perubahan fisik ada saat pubertas.
Dari hasil prasurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP Kartikatama Metro, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja awal usia (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro tahun 2007".

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Remaja awal 11 - 13 tahun di SMP Kartikatama Metro.
3. Objek Penelitian : Tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas.
4. Lokasi Penelitian : Di SMP Kartikatama Metro.
5. Waktu Penelitian : April-Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Dari awal hasil presurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP Kartikatama Metro, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja awal (11 -13 tahun) tentang pubertas.
2. Bagi Instansi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3. Bagi penelitian
Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) di SMP Kartikatama Metro tentang pubertas.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Banjarwangunan

KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA BANJARWANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Secara Nasional kematian bayi mencapai 32 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Barat sendiri kematian bayi diatas rata-rata nasional yaitu 43 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut di antaranya di sebabkan oleh bayi prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan, rendahnya gizi saat dalam kandungan dan lain-lain. (http//www.suarapembaharuan.com/).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun .Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pedriatics menunjukan 16 % kematian dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di Indonesia hanya 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4 % bayi di susui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahiranya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah lahir .(Baskoro, 2008 ).
Beberapa penelitian menyebutkan angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula di tambah makanan pengganti ASI terutama diegara-negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net)
ASI adalah Mukjijat yang Allah berikan kepada Umatnya yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami juga dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini sesempurna ASI. (Purwanti, 2003).
ASI adalah makanan ajaib yang sangat dibutuhkan bayi. Kandungan gizi dan zat kebal didalamnya tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun bahan makanan lain (Baskoro, 2008)
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA 2001), dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai di beri makanan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI di lanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Sedangkan peran wewenang bidan mengacu pada Keputusan Menkes RI No. 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan dan menyusui bidan harus senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang ke ampuhan dan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Baskoro, 2008 ).
Suatu kebanggaan bagi seorang ibu jika bisa memberikan ASI bagi si buah hati namun sayang tak semua ibu bisa merasakanya berbagai kendala menyusui sering terjadi mulai dari ibu yang sibuk bekerja sampai gangguan produksi ASI yang menyebabkan si ibu urung menyusui bayinya. (Baskoro, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai "Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ........... tahun 2009 ".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ........... .

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ........... tahun 2009 .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ...........
b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ............
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ............
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ...........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang bermanfaat serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ASI .
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program ASI .
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis batasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu dari faktor pendidikan, umur, paritas, dan pendapatan keluarga. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ibu menyusui bayi berumur 0 -12 bulan di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ............ Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 sampai dengan 20 Juni 2009. Desain penelitiannya adalah analitik.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA BANJARWANGUNAN
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa

ABSTRAK
POLITEKNIK KESEHATAN ..............
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN ..........
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DIDESA ........................ KECAMATAN ......... KABUPATEN .......... TAHUN 2009
x + 44 halaman + 10 tabel + 1 gambar + 7 lampiran

Asi adalah Air Susu Ibu yang diberikan oleh seorang ibu kepada bayinya selama kurang lebih 2 tahun . Banyak zat gizi yang terkandung dalam ASI dan tidak dapat tergantikan oleh minuman maupun makanan lain. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tantang ASI diantaranya, Pendidikan, Umur, Paritas dan pendapatan Keluarga .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI berdasarkan pendidikan, umur, paritas dan pendapatan keluarga di Desa ........................ Kecamatan ......... kabupaten ........... Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional.Data yang digunakan adalah data primer,.pengukuran data menggunakan kuesioneyang diberikan dan diisi oleh ibu menyusui. Pengolahan data dengan bantuan computer menggunakan SPSS versi 13.
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden berpendikan rendah (60,7%), umur responden tidak beresiko (88,0%), ibu dengan gravida 2 – 3 (48,7%) dan pendapatan keluarga ≥ 764.000 (8,0%). Pengetahuan tentang ASI sebagian besar pada kriteria baik. Hasil uji statistic bahwa yang terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu faktor pendidikan dan faktor pendapatan keluarga sedangkan dari faktor umur dan paritas tidak ada hubungan yang bermakna .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa para ibu hendaknya harus selalu mencari informasi tentang ASI. Para ibu juga sebaiknya tidak sekedar memberikan ASI, namun harus tahu dan memahami betapa besar dan berharganya ASI bagi buah hatinya.

Kata Kunci : Ibu Menyusui, Pengetahuan Tentang ASI
Daftar Bacaan : 15 buah (2001 – 2009)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Secara Nasional kematian bayi mencapai 32 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Barat sendiri kematian bayi diatas rata-rata nasional yaitu 43 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut di antaranya di sebabkan oleh bayi prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan, rendahnya gizi saat dalam kandungan dan lain-lain. (http//www.suarapembaharuan.com/).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pedriatics menunjukan 16 % kematian dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di Indonesia hanya 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% bayi di susui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahiranya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah lahir (Baskoro, 2008).
Beberapa penelitian menyebutkan angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula di tambah makanan pengganti ASI terutama diegara-negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net)
ASI adalah Mukjijat yang Allah berikan kepada Umatnya yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami juga dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini sesempurna ASI. (Purwanti, 2003).
ASI adalah makanan ajaib yang sangat dibutuhkan bayi. Kandungan gizi dan zat kebal didalamnya tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun bahan makanan lain (Baskoro, 2008)
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA 2001), dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai di beri makanan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI di lanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Sedangkan peran wewenang bidan mengacu pada Keputusan Menkes RI No. 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan dan menyusui bidan harus senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang ke ampuhan dan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Baskoro, 2008 ).
Suatu kebanggaan bagi seorang ibu jika bisa memberikan ASI bagi si buah hati namun sayang tak semua ibu bisa merasakanya berbagai kendala menyusui sering terjadi mulai dari ibu yang sibuk bekerja sampai gangguan produksi ASI yang menyebabkan si ibu urung menyusui bayinya. (Baskoro, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai "Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 2009".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten .........

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........
b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten .........
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten .........
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang bermanfaat serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ASI.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program ASI.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis batasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu dari faktor pendidikan, umur, paritas, dan pendapatan keluarga. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ibu menyusui bayi berumur 0 -12 bulan di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ......... Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 sampai dengan 20 Juni 2009. Desain penelitiannya adalah analitik.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA
(isi: Daftar Isi; Abstrak Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Blog Archive