Friday, April 30, 2010

Tinjauan pemberian air susu ibu (ASI) kolostrum pada ibu post sectio caesarea di ruang kebidanan RSU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI ekslusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4 bulan (Depkes RI, 2001).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit). Konvensi hak – hak anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini telah dipopulerkan pada pekan ASI sedunia tahun 2000 dengan tema : “Memberi ASI adalah hak azasi ibu, Mendapat ASI adalah hak azasi bayi”. (Depkes RI, 2001).
Pernyataan dan rekomendasi tentang makanan bayi dan anak oleh World Health Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) tahun 1994 antara lain berisi :
a. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah merupakan dasar fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
b. Memberi susu botol sebagai tambahan dengan dalih apapun juga pada bayi baru lahir harus dihindarkan (Suharyono, 1992).
Melihat begitu unggulnya ASI maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang diharapkan. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, tetapi pencapaian ASI ekslusif Indonesia masih rendah. Berdasarkan data 52% Ibu memberikan ASI ekslusif itupun ASI ekslusif 4 bulan, dan 47% pemberian ASI ekslusif 6 bulan. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapatkan ASI. Hasil berikutnya dari hasil SDKI 1997 adalah sebanyak 8% bayi baru lahir mendapatkan kolostrum dalam 1 jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat kolostrum pada hari pertama. Padahal kolostrum yang diproduksi hari pertama sangat baik untuk bayi dan memberikan daya tahan terhadap penyakit infeksi dan kepada ibu memberi rangsangan untuk produksi ASI (Setyowati dan Budiarso, 1998). Untuk propinsi Lampung, cakupan ASI ekslusif pada bayi 0 – 4 bulan adalah 41,41% atau 66.730 bayi dari jumlah bayi sebanyak 161.154 bayi. (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2001).
Program pemerintah untuk meningkatkan partisipasi Ibu dalam pemberian ASI sedini mungkin adalah juga merupakan program dari Rumah Sakit Umum (RSU) Pringsewu Tanggamus yang merupakan Rumah Sakit rujukan di Kabupaten Tanggamus, karena berbagai faktor program laktasi di RSU Pringsewu belum berjalan sebagaimana mestinya, terutama pada bayi dengan tindakan Sectio Caesarea (SC).
Hasil prasurvey di RSU Pringsewu pada bulan Januari – April 2004 terdapat 78 persalinan dengan SC, dan 80% ibu yang melahirkan SC dengan narkose umum sadar dalam waktu tidak lebih dari 4 jam. Sedangkan pemberian ASI kolostrum pada ibu dengan SC hanya 35%. Ternyata bayi yang dilahirkan dengan SC dan ibu sadar dalam waktu 6 – 8 jam namun tidak semua bayi langsung diberi ASI kolostrum segera setelah ibu sadar tetapi diberi susu formula.
Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk mengadakan penelitian tentang tinjauan pemberian ASI kolostrum pada ibu post SC di ruang kebidanan RSU Pringsewu Kabupaten Tanggamus tahun 2004.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah pemberian ASI kolostrum pada ibu post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu Tanggamus ?

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu Post Sectio Caesarea
3. Objek Penelitian : Pemberian ASI kolostrum pada bayi baru lahir dengan tindakan Sectio Caesarea

4. Lokasi Penelitian : Ruang kebidanan RSU Pringsewu
5. Waktu Penelitian : 25 Mei 2004 sampai dengan 26 Juni 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran pemberian ASI kolostrum pada Ibu Post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu Kabupaten Tanggamus.

2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran tentang waktu pemberian ASI kolostrum pada ibu post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu Kabupaten Tanggamus.
b. Diperoleh gambaran tentang cara pemberian ASI kolostrum pada ibu post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu.
c. Diperoleh gambaran tentang posisi pemberian ASI kolostrum pada ibu post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu.
d. Diperoleh gambaran tentang lamanya pemberian ASI kolostrum pada ibu post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu.
e. Diperoleh gambaran tentang frekuensi pemberian ASI kolostrum pada ibu post Sectio Caesarea di ruang kebidanan RSU Pringsewu.





E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Rumah Sakit Umum Pringsewu
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan bidan atau tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pringsewu. Sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang terbaik bagi pasien dengan tindakan SC.

2. Instansi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai bahan evaluasi terhadap teori dan sebagai sumber bahan tambahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan penatalaksaan pemberian ASI Kolostrum pada bayi dengan ibu Post SC.

3. Peneliti
Dapat memberikan gambaran informasi tentang pemberian ASI kolostrum pada ibu SC dan dapat menambah wawasan keilmuan.

4. Peneliti lain
Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian – penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan ASI kolostrum, dan dapat disempurnakan lagi.

5. Bagi responden atau pasien rumah sakit
Dengan adanya protap, khususnya tentang pemberian ASI kolostrum pada klien dengan SC yang dirawat di Rumah Sakit Umum, akan memperoleh pelayanan yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan pengetahuan secara maksimal.

contoh KTI Kebidanan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Keputihan di Desa

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TERHADAP KEPUTIHAN DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, kesehatan dan jasa-jasa lainnya secara umum semakin lama mulai menanggapi kebutuhan-kebutuhan dan permintaan dari kebanyakan remaja. Sejumlah proyek dan program yang didukung oleh pemerintah dengan atau tanpa bantuan donatur telah ada selama beberapa waktu, namun kebanyakan dari mereka hanya berfokus pada sejumlah isu-isu yang terbatas saja yang berhubungan dengan remaja dan tidak pada kebutuhan mereka secara keseluruhan. Fokus projek untuk tahun 2004-2005 adalah untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari rencana pembangunan remaja nasional dan daerah dan pelaksanaannya, termasuk kebutuhan koordinasi antara para mitra, akses dan mutu dari jasa kesehatan yang ramah remaja dalam konteks pendekatan yang lebih "ramah publik" dan akses bagi remaja ke informasi yang dapat diandalkan dan relevan yang mana remaja dapat mendasarkan keputusannya (www.kompas.com.2005).
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (www.kompas.com.2005).
Keluarnya (rabas) cairan dari vagina merupakan salah satu keluhan yang sering dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya (Youngson, 1994).
Menurut Manuaba (1999) infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit.
Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit, dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Jones, 1997).
Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya dengan indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu saja, warna, bau disertai rasa gatal atau tidak (Purwanto, dalam www.sinarharapan.co.id.2005)
Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kelamin wanita (vagina). Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Wahyurini dan Masum dalam www.kompas.com/kompas-cetak/0308/29/muda.2005)..
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang tidak terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas (Wahyurini dan Masum dalam www.kompas.com/kompas-cetak/0308/29/muda.2005).
Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukkan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah (www.indomedia.com.2005)

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang pengertian, penyebab dan perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan. Berdasarkan data pra survey terhadap 10 remaja putri yang berusia 10-19 tahun di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. pada bulan Desember tahun 2005, didapat bahwa 7 dari 10 remaja putri tersebut yang mengalami keputihan mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian, penyebab dan perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang ada yaitu bahwa di desa ............ Kecamatan ....... ........ banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan pada data pra survey menunjukkan 7 dari 10 remaja putri di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. tersebut mengalami keputihan dan belum mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian keputihan?
1.4.2 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab keputihan?
1.4.3 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. pada Bulan April sampai dengan Juni tahun 2009.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian keputihan
2. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab keputihan
3. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya remaja putri, yaitu untuk memberikan informasi tentang pengertian, penyebab, dan penanganan keputihan.
1.6.2 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penyebab maupun penanganan keputihan yang terjadi pada wanita.
1.6.3 Bagi Peneliti
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ .................. tahun 2009.
1.6.4 Bagi Responden
Sebagai bahan informasi tentang pengertian, penyebab dan cara perawatan jika terjadi keputihan.
1.6.5 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lengkap di tempat lain.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek : Remaja putri dengan usia 10-19 tahun
Objek : Pengetahuan remaja putri tentang keputihan
Lokasi penelitian : Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ...................
Waktu : April sampai dengan Juni tahun 2009
Alasan : Di desa ............ Kecamatan ....... ........ banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan pada data pra survey menunjukkan 7 dari 10 remaja putri di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. tersebut mengalami keputihan dan belum mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TERHADAP KEPUTIHAN DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Ibu yang Mempunyai Balita (1-5 Tahun)di Posyandu

KTI KEBIDANAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA (1-5 TAHUN) DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan dilaksanakan berlandaskan pada kemampuan dan kekuatan sendiri suatu bangsa, dalam mengatasi masalah-masalah kesehatannya sehingga setiap upaya kesehatan yang dijalankan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Pada masa otonomi daerah salah satu strategi yang harus dijalankan adalah empowerment atau pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan prakarsa dan terbangunnya kemandirian kolektif masyarakat yang bermuara menumbuhkan masyarakat madani (civil society) dan menciptakan peluang untuk ketahanan berlanjut (sustaining capacity) bagi masyarakat (Konsep Pengembangan Posyandu Plus, 1999).

Dengan program pembangunan kesehatan, maka pemerintah mencanangkan Indonesia Sehat 2010, yang salah satu sasaranya adalah menurunkan Angka Kematian Balita (AKABA). Angka Kematian Balita (0-<>

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA (1-5 TAHUN) DI POSYANDU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Senam Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kehamilan dan persalinan pada seorang ibu merupakan suatu proses yang alamiah. Agar proses yang alamiah ini berjalan lancar dan baik tidak berkembang menjadi keadaan patologis dan diperolehnya ibu dan bayi yang sehat optimal, diperlukan upaya sejak dini, yaitu jauh sebelum ibu itu hamil. Persiapan dan upaya yang seyogyanya dilakukan keluarga dimulai  6 bulan sebelum kehamilan terjadi, misalnya melakukan pemeriksaan fisik termasuk fungsi alat reproduksi dan pemeriksaan spesifik lainnya jika diperlukan, mengobati penyakit yang ada serta memperbaiki dan meningkatkan status gizi ibu. Hal ini dilakukan agar kehamilan itu berlangsung dalam kondisi kesehatan yang prima sehingga penyakit selama kehamilan dan persalinan dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 1992).
Penyakit dan keluhan selama kehamilan dan persalinan seperti nyeri punggung, nyeri pinggul dan kram kaki adalah sebagai gangguan yang tidak dapat dihindari karena mereka menganggap itu ada hubungannya dengan kehamilan. Namun, dalam sebuah penelitian memperkirakan bahwa rasa nyeri ini disebabkan oleh makin bertambahnya berat badan. Selain itu juga cedera akibat penggunaan otot yang berlebihan. Di saat seorang wanita hamil berjalan, otot-otot mereka harus bekerja lebih keras agar mereka bisa berjalan seperti biasa. Penggunaan otot secara berlebihan ini dapat dihindari dengan program pengkondisian dan olahraga yang benar. Dokter yang menangani wanita hamil yang mengalami masalah tulang dan otot juga harus menekankan perlunya berolahraga selama kehamilan sebagai suatu cara pencegahan ataupun pemulihan. (webmaster@weddingparade.com.2005)
Pada tahun 1989 yang dimuat dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology menunjukkan bahwa ibu-ibu yang melakukan kegiatan senam cukup sering dan teratur selama masa tiga bulan (trimester) terkahir mengalami persalinan yang tidak begitu terasa sakit dibandingkan dengan persalinan para ibu yang tidak melakukan kegiatan senam. Pada tahun 1993, American Helath memuat laporan tentang hasil penelitian selama 2 tahun di New York yang menunjukkan bahwa wanita hamil yang melakukan senam selama 30 menit, 5 hari dalam sepekan, melahirkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat (Hanton, 2001). Senam hamil pada dasarnya sama dengan olahraga atau senam kebugaran yang lain. Akan tetapi, senam hamil memiliki aturan-aturan atau kekhususannya, memiliki aturan-aturan sistematika yang khusus pula. Di samping itu juga memiliki prasarat penunjang misalnya instruktur, tempat, serta rekomendasi medis dari dokter atau bidan (Kushartanti, dkk, 2004).
Selama kehamilan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu memerlukan perhatian ekstra. Hal-hal yang memerlukan perhatian itu antara lain nutrisi, persiapan laktasi, pemeriksaan kehamilan yang teratur, peningkatan kebersihan diri dan lingkungan, kehidupan sexual, istirahat dan tidur, menghentikan kebiasaan yang merugikan kesehatan dan berpengaruh terhadap janin (seperti merokok) melaksanakan pergerakan dan senam hamil (Depkes RI, 1992).
Latihan senam hamil merupakan suatu yang masih baru dikalangan penduduk Indonesia. Mungkin bagi masyarakat kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan sebagainya, latihan senam hamil ini bukanlah suatu hal yang aneh, tetapi tidak berarti semuanya mengerti dan menyadari bahwa latihan senam hamil berguna bagi wanita hamil. Justru masyarakat kota yang telah modern dan maju inilah, setiap wanita memerlukan latihan fisik, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan hamil. Latihan senam hamil yang diberikan di rumah sakit secara teratur dan terpimpin disertai metodik senam hamil merupakan bantuan yang tidak dapat diabaikan, seperti halnya hygiene kehamilan (Tabrani, Bagian Obstetrik & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa senam hamil sangat bermanfaat bagi ibu hamil. Namun kurangnya pengetahuan tentang tata cara dan aturan senam hamil dapat berdampak buruk terhadap ibu dan janin. Dari data pra survey tentang kegiatan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas .............. .................., kegiatan senam hamil baru dimulai pada awal bulan Agustus tahun 2005. Sedangkan hasil pra survey dengan melakukan wawancara terhadap 10 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas .............. didapatkan bahwa mereka mengatakan belum memahami tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil.
Adapun data tentang jumlah ibu hamil yang tidak mengikuti dan yang mengikuti kegiatan senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas .............. yang penulis dapat dari buku catatan kegiatan ibu hamil di Puskesmas .............. pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2005 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah ibu hamil yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan senam hamil di wilayah Puskesmas .............. pada bulan Agustus s.d Desember tahun 2005.
No Bulan/Tahun Jumlah Kunjungan Ibu Hamil Jumlah Yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Hamil
Mengikuti Tidak
8 Agustus 62 18 44
9 September 59 24 36
10 Oktober 60 29 30
11 November 63 27 36
12 Desember 60 20 40
Jumlah 304
118
186
Rata-rata 60,8 23,6 27,2
Sumber: Puskesmas .............. 2005.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bahwa dari pra survey dengan melakukan wawancara terhadap 10 ibu hamil didapatkan bahwa mereka mengatakan belum memahami tentang tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. pada bulan April sampai dengan Juni tahun 2009?.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009?
1.4.2 Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009?
1.4.3 Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009?
1.4.4 Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tata cara melakukan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009.
1.5.2 Tujuan khusus
1.5.2.1 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009
1.5.2.2 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009
1.5.2.3 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009
1.5.2.4 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tata cara melakukan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas .............. Kabupaten .................. tahun 2009

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi ibu hamil
Manfaat penelitian bagi ibu hamil, yaitu untuk memberikan informasi tentang tujuan senam hamil, manfaat senam hamil, tata cara senam hamil dan persyaratan yang harus diperhatikan bagi ibu hamil dalam melakukan senam hamil.
1.6.2 Bagi pihak institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan tentang manfaat senam hamil, serta tata cara melakukan senam hamil.
1.6.3 Bagi peneliti lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
1.6.4 Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang senam hamil.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek : Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ..............
Objek : Gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil
Lokasi penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas .............. ..................
Waktu : April sampai dengan Juni tahun 2009
Alasan Penelitian : Ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas .............. .................. pada bulan April sampai dengan Juni 2009 karena dari hasil pra survei dengan melakukan wawancara terhadap 10 ibu hamil diketahui bahwa mereka mengatakan belum memahami tentang tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil..

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini Kartono, 1986 : 192).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat (Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini Kartono, 1986).
Sejalan dengan hal tersebut, di masyarakat paradigma persalinan masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini Kartono, 1986:190).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Berdasarkan pre survey bulan Januari – Februari 2009 di BPS ............. terdapat 30 ibu hamil dalam trisemester III yang akan bersalin, 20 diantaranya ibu primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahun, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan”.

1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas data-data yang ada dilatarbelakangi masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ada. Dari 30 orang Ibu yang akan melahirkan di BPS ............. terdapat 20 orang Ibu dalam menghadapi persalinannya terlihat cemas.

1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : Masih ditemukan kecemasan pada Ibu yang akan bersalin dan belum diketahuinya tentang tingkat kecemasan Ibu yang akan bersalin.
1.3.2. Permasalahan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............
b. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............

1.4. Pertanyaan Penelitian
1.4.1. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.4.2. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan.

1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan Ibu bersalin di BPS ..............
1.5.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan Ibu bersalin primigravida di BPS ..............
b. Untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan Ibu bersalin multigravida di BPS ..............
1.6. Manfaat

1.6.1. Bagi peneliti
Untuk mengetahui dengan jelas tingkat kecemasan Ibu dan suami dalam menghadapi persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama studi.
1.6.2. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.6.3. Sebagai masukan atau bahan bagi ibu-ibu di BPS ............. guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan.
1.6.4. Menjadi bahan atau dasar bagi peneliti lebih lanjut.

1.7. Ruang Lingkup
1.7.1. Jenis Penelitian : deskriptif
1.7.2. Subyek Penelitian
Ibu yang datang ke BPS ............. dengan umur kehamilan 8-9 bulan.
1.7.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.7.4. Tempat Penelitian : di BPS ............. Jl. Terusan Imam Bonjol Gedongtataan ............. Selatan.
1.7.5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2009

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Thursday, April 29, 2010

Tinjauan Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun

KTI KEBIDANAN
TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental (Profil Kesehatan Propinsi ..........., 2009).

Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Propinsi ..........., 2009).

Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).

Angka Kematian Bayi di propinsi ........... periode tahun 1995-2000 di perkirakan 65 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2000 berdasarkan Proyeksi Penduduk BPS menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2001 menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup. Tetapi pada tahun 2003 angka kematian bayi meningkat menjadi 55 per seribu kelahiran hidup. Hal ini menunjukan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan sudah mengalami peningkatan/tercovernya kasus baik secara aktif maupun pasif. Hasil ini belum mencapai target 2003 yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup dan target ........... sehat 2010 dan Indonesia sehat 2010 40 per 1000 KH (Profil Kesehatan Propinsi ..........., 2009).

Penyebab kematian bayi adalah pneumonia sebesar 34%, diare 15% dan lain-lain 51%.

Grafik 1.1 Kasus kematian bayi per 1000 KH menurut Kab./Kota di Propinsi ........... tahun 2009.

Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2006

Berdasarkan grafik 1.1 di atas terlihat bahwa Kota ........... pada kasus kematian bayi per 1000 kelahiran hidup lebih besar jika dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya.

Angka kematian balita (0-<5>

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN

TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;

Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Usia 10-19 Tahun Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di Dusun

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 10-19 TAHUN TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI DI DUSUN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Para remaja dewasa ini generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun dan beranjak dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para orang tua mereka beranjak dewasa. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka (www.situs.kesrepro.info/krr/materi/remaja.htm, 2006)
Peristiwa terpenting yang terjadi pada remaja putri adalah datang haid yang pertama kali, biasanya umur 10-16 tahun. Saat haid yang pertama ini datang dinamakan menarche. Di desa-desa kecil, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan remaja yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita. Sikap semacam itu hingga kini masih dipertahankan di beberapa daerah. Oleh sebab-sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal. Di Inggris, rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun. Dibandingkan dengan keadaan di abad yang lalu, dimana haid pertama pada umumnya datang pada umur 15 tahun. Nampaknya anak-anak remaja putri yang dari orang tua yang lebih berada, mengalami menarche lebih cepat daripada mereka yang mempunyai orang tua kurang berada. Tetapi rata-rata perbedaan itu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan. Anggapan remaja di daerah tropis mengalami menarche lebih awal dari remaja daerah dingin tidak terbukti. Kedatangan haid yang pertama lebih tergantung pada tingkat sosial ekonomi daripada iklim tempat tinggal (Llewelln-Jones, 1997).
Haid pertama bisa menjadi saat yang menyusahkan bagi anak perempuan, seringkali dibarengi perasaan yang campur aduk, takut dan cemas serta membingungkan hal ini umumnya disebabkan karena kurang atau salahnya informasi mengenai haid. Bagi anak perempuan yang telah dipersiapkan, biasanya tidak bingung lagi menghadapi haid pertamanya. Umumnya orang takut melihat darah, apalagi anak-anak. Ketidaktahuannya dapat menyebabkannya secara keliru, mengaitkan haid dengan penyakit atau luka bahkan memandangnya sebagai sesuatu yang memalukan, karena tidak mendapatkan penjelasan yang benar. Menurut penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dari survei tersebut, mereka yang tidak pernah tahu masalah haid, para wanita itu mengatakan hal ini merupakan pengalaman yang sangat buruk dan haid pertama membuat panik, trumatis, malu, dan takut (www.dwp.or.id, 2006)
Dalam masyarakat kita sering menemukan berbagai pandangan, pendapat, persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang dipercaya oleh masyarakat karena dianggap benar, padahal belum tentu benar. Pandangan yang sering muncul dan berkembang dalam masyarakat karena beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang lengkap, penyampaian informasi terlalu berlebihan sehingga menimbulkan sikap diskriminasi dikalangan remaja atau masyarakat terhadap berbagai masalah, salah satu diantaranya mengenai masalah menstruasi. Sangat banyak sekali cerita yang berkembang dikalangan masyarakat sehubungan dengan menstruasi sedangkan kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu mitos yang sering terdengar diantaranya adalah bahwa remaja yang sedang mens dianggap kotor dan sakit. Sebenarnya, menstrusi tidak membuat remaja perempuan menjadi kotor dan sakit. Namun memang benar jika sedang haid remaja putri harus menjaga kebersihan, seperti mengganti pembalut.
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.
Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orangtua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka (Sarwono cit www.gizi.net, 2006)
Dari hasil pra survei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi seperti berapa kali harus mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Jumlah penduduk dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan Tahun 2005.
No Umur Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 0-4 tahun 134 294 428
2 5-9 tahun 196 256 452
3 10-14 tahun 115 123 238
4 15-19 tahun 101 156 257
5 20-24 tahun 391 487 878
6 25-29 tahun 192 286 478
7 30-34 tahun 387 389 776
8 35-39 tahun 265 269 534
9 40-44 tahun 292 295 587
10 45-49 tahun 288 301 589
11 50-54 tahun 197 199 396
12 55-59 tahun 129 131 260
13 >60 tahun 116 383 499
Sumber: Register Pendataan Keluarga (RPK) dusun Serbajadi 2005

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu:
1.2.1 Pada hasil penelitian dari partisipasi 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
1.2.2 Salah satu keluhan yang dirasakan saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang timbul akibat kurangnya kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.2.3 Dari hasil prasurvei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan saat menstruasi seperti: berapa kali harus mengganti pembalut dan tampon dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri usia 10-19 tahun tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?

1.4 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah gambaran tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.
2. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi remaja putri
Untuk memberikan informasi tentang menstruasi khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi kepada remaja putri.
1.6.2 Bagi masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi, sehingga masyarakat khususnya orang tua yang memiliki remaja putri bisa memberikan masukan mengenai kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.6.3 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan AKBID Wira Buana Metro
1.6.4 Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.6.5 Bagi peneliti lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut dengan variabel yang belum diteliti.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : deskriptif
Subjek : remaja putri dengan usia 10-19 tahun
Objek : pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi
Lokasi penelitian : dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 29 Juni tahun 2006
Alasan : di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan dari hasil pra survei didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi seperti berapa kali harus mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 10-19 TAHUN TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI DI DUSUN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

keterangan tambahan:
harap diperhatikan kecepatan koneksi internet anda karena KTI yang anda download sebesar 4,5 M (dengan format file word versi 2007 agar lebih kecil ukuran filenya) jika anda masih memakai versi 2003 dan memerlukan KTI ini maka bisa dikirim via email)

Karakteristik Akseptor Kb Suntik di Puskesmas Kabupaten

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS KABUPATEN

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2002 di sebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Pada tahun 1999, WHO meluncurkan strategi MPS didukung oleh badan-badan internasional seperti UNFAA, UNICEF dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan internasional (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Dalam upaya Safe Motherhood, masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek. Intervensi strategis dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar yaitu KB, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, pelayanan obstetri esensial. Dari keempat intervensi Safe Motherhood, program KB – sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Karen penyebab kematian ibu yang terbesar adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Visi paradigma baru program keluarga berencana nasional adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu dari lima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas (Sarwono Prawirihardjo, 2003).
Jumlah penduduk di propinsi Lampung adalah 6.983.699 jiwa. Penggunaan kontrasepsi oleh peserta KB baru selama tahun 2005 sangat didominasi oleh suntikan 47,54%, pil 36,70%, Implan 10,55%, IUD 2,55%, kondom 2,34%, MOP/MOW 0,33%. Pada tahun 2005 peserta KB baru yang menggunakan kontrasepsi suntik meningkat sebanyak 47,54% yang sebelumnya 45,83% tahun 2004. Cakupan pengguna kontrasepsi oleh peserta KB aktif terhadap PUS (cenderung berfluktuatif) naik turun. Pada tahun 2003 cakupan pencapaian peserta KB aktif mencapai 70,79%. Meningkat pada tahun 2004 sebesar 72,79% dan menurun pada tahun 2005 sebesar 69,64%. Pada tahun 2005 pengguna kontrasepsi oleh peserta KB aktif didominasi oleh pil 35,92%, suntik 35,08%, IUD 13,01%, implan 12,80%, MOP 2,85%, kondom 0,34% (BKKBN, 2009).

Adapun pengguna kontrasepsi peserta KB baru di daerah ................... tahun 2009 mencapai 28.389 orang, untuk jumlah kontrasepsi suntik 14.863 orang. Pengguna kontrasepsi peserta KB aktif di daerah ................... tahun 2009 adalah 113.817 orang, dan untuk jumlah kontrasepsi suntik 45.771 orang (BKKBN, ..................., 2009).
Data yang diperoleh dari Puskesmas ................... pada tahun 2005 akseptor KB suntik berjumlah 99 orang, pil 83 orang, implant 17 orang, kondom 12 orang, dan pada tahun 2009 akseptor KB suntik masih mendominasi berjumlah 156 orang, pil 100 orang, implant 20 orang, kondom 15 orang, dan untuk IUD dan MOW/MOP tidak ada
Berdasarkan hasil pra survey yang penulis lakukan di Puskesmas ................... Kabupaten ................... jumlah akseptor KB suntik pada bulan Januari-Desember 2005 berjumlah 99 orang. Sedangkan untuk bulan Januari-Desember 2009 akseptor KB suntik berjumlah 156 orang.
Mengacu pada hal tersebut di atas, akseptor KB suntik mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke tahun 2009 sebesar 63%, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakteristik ibu akseptor KB suntik di wilayah kerja Puskesmas ................... Kabupaten ....................

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009 ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian : Deskriptif
Subyek : Ibu-ibu akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ...................
Objek : karakteristik ibu akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ....................
Lokasi penelitian : Puskesmas ................... Kabupaten ...................
Waktu : April-Mei 2009
Alasan : Berdasarkan data pra survey ditemukan adanya peningkatan jumlah akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ....................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan usia ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.
b. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan tingkat pendidikan ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009
c. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan tingkat ekonomi keluarga ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009
d. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan paritas ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan serta pengalaman agar lebih memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan ibu akseptor KB suntik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan mengenai karakteristik akseptor KB suntik yang berada di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.
3. Bagi Akademi Kebidanan ............
Sebagai masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan Akbid ............ .............


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS ................... KABUPATEN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 per seribu penduduk setahnnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian ilmu kesehatan anak FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang airbesar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Ilmu Kesehatan Anak, 2005).
Diare merupakan buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) dengan tinja yang berbentuk cairan setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defeksi yang lebih meningkat (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Diare atau penyakit mencret pada saat ini di Indonesia masih menjadi penyebab kematian yang utama, yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga pada semua umur, penyakit diare terjadi pada 28 dari 100 penduduk (www.geoggle.com)
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
Gastroentritis sering dijuluki sebagai flu perut, pada dasarnya, diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan racun dan patogen yang menyerang saluran pencernaan, dengan kata lain, gastroentritis adalah suatu mekanisme alamiah untuk melindungi saluran cerna. Jadi gastrointeritis itu adalah gejala, bukan penyakit. Gastrointritis merupakan alarm, pertanda ada sesuatu yang tengah menyerang saluran cerna.
Yang pertama harus dilakukan adalah pikirkan penyebabnya, kedua, cegah terjadinya dehidrasi. (Bayiku Anakku dr. Purnawati S. Pujiarto, SPAK, MMPed, 2005)
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronik bagi bayi dan anak adalah diare yang berlangsung lebih dari batas waktu dua minggu.sebagian besar ibu-ibu tidak mengetahui penyebab diare pada anaknya, seperti makanan yang diberikan atau lingkungan yang kotor yang tidak disadari dapat menyebabkan diare disini peneliti mengambil batasan pada faktor-faktor penyebab diare adalah faktor lingkungan, makanan, infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan, malabsorbsi, dan faktor psikologis.
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali pertahun. Dengan dikenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah turun, yang lain dapat merupakan penyakit diare pada anak. Dari hasil prasurvey Puskesmas ............ merupakan urutan kedua paling tinggi kejadian diare pada balita pada tahun 2008 terdapat 91 balita yang menderita diare.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu "Bagaimanakah kejadian diare pada balita di Puskesmas ............ .............."?

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Diskriptif
2. Subjek penelitian : Seluruh balita yang menderita diare di desa ............ ...............
3. Objek penelitian : Kejadian diare
4. Lokasi penelitian : Wilayah ............ ..............
5. Waktu penelitian : Juni 2009
6. Alasan Penelitian : Masih banyaknya ditemukan balita yang menderita diare di Puskesmas ............ .............. tahun 2008 yaitu 91 balita.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kejadian diare di Puskesmas ............ ...............

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi ibu
Menambah pengetahuan ibu tentang penyebab diare.
2. Bagi Petugas kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan dan pencegahan diare.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4. Bagi penelitian
Sebagai pengalaman penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Blog Archive