Monday, April 26, 2010

Gambaran Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kurun waktu tiga dasawarsa, Program KB Nasional telah mencapai keberhasilan yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan semakin diterimanya norma keluarga sebagai bagian dari tata kehidupan masyarakat yang tercermin dari semakin meningkatnya angka kesertaan ber-KB, mengecilnya rata-rata jumlah anak yang dimiliki keluarga, menurunnya angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta menurunnya angka pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 dan 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 179,4 Juta (1990) dan 206,2 juta jiwa (2000), dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% pada periode 1990 – 2000 atau lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode 1970 – 1980 (2,32%) dan periode 1980 – 1990 (1,97%).
Tahun 1990 – 1991, Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF, dan UNDP melaksanakan assesment safe motherhood. Suatu hasil dari kegiatan ini adalah Rekomendasi Rencana Kegiatan Lima Tahun. Departemen kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi operasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI). Sasarannya adalah menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada 1986, menjadi 225 pada tahun 2000.
Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut perlu diperbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan drastis dalam tempo singkat.
Upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe mohterhood, salah satunya adalah Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses keinformasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan jarak kehamilan dan jumlah anak.
Keluarga berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesehatan.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah salah satu alat kontrasepsi berjangka panjang dan efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. (10 Tahun Proteksi dari CUT-380A dan tidak perlu diganti). (Saifudin, 2003).
Di Indonesia telah banyak di coba AKDR seperti spiral margulis, lippes loop, AKDR M (Metal) dengan hasil yang baik. Kemudian dikembangkan kembali AKDR yang mengandung CU atau hormonal diantaranya seven cupper, multilood, cupper T380, medosa dan progestasert (AKDR dengan progesteron) BKKBN menggunakan cupper T380A sebagai standar yang digunakan (Manuaba, 1998).
Pada penelitian ini akseptor KB AKDR yang akan dilihat berdasarkan usia, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lama pemakaian, dan keluhan yang dialami.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Bererncana Nasional (BKKBN) Propinsi Lampung Tahun 2005, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Propinsi Lampung tercatat sebesar 1.344.747 orang dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 937.841 orang (70,6%). Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 124.834 orang (9,42%). Pada tahun yang sama jumlah PUS di Kota ....... sebesar 24.279 orang yang terdiri dari 17.685 orang (72,84%) peserta KB aktif dan 6.594 orang (27,15%) yang tidak mengikuti KB. Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 2.589 orang (14,63%).
Berdasarkan data dari PLKB ....... tahun 2007 jumlah PUS di Kecamatan ....... Pusat sebesar 8.052 dengan jumlah KB yang aktif menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 2.779 (48%) peserta, pil sebesar 1.314 (23%) peserta, IUD sebesar 906 (15,5%) peserta, Implant sebesar 580 (9,9%) peserta, MOW sebesar 185 (3,2%) peserta, kondom sebesar 48 (0,8%) peserta, MOP sebesar 21 (0,4%) peserta.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat Tahun 2008 karena KB AKDR merupakan alat kontrasepsi terpilih.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah yaitu : “Bagaimana Gambaran Akseptor KB AKDR Kecamatan ....... Pusat Tahun 2008”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tentang Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran akseptor KB AKDR berdasarkan usia, paritas, pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi.
b. Diketahui gambaran akseptor KB AKDR berdasarkan lama pemakaian
c. Diketahui pengetahuan akseptor KB AKDR berdasarkan keluhan yang dirasakan.

D. Ruang Lingkup
Dalam melakukan penelitian, agar sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat
3. Objek Penelitian : Gambaran Akseptor KB AKDR
4. Lokasi Peneliti : Kecamatan ....... Pusat
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui
6. Alasan Penelitian : Peneliti memilih Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat karena AKDR merupakan alat kontrasepsi terpilih.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan ilmu dan teori yang sudah didapatkan dari pendidikan dan menambah wawasan serta pengalaman mengenai gambaran Akseptor KB AKDR.
2. Bagi Institusi Kebidanan Wira Buana
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3. Bagi Akseptor KB
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang KB terutama KB AKDR.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (Mop) Di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan usia subur dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN 2001).
Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Rendahnya partisipasi pria dalam ber KB dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif. Salah satu penyebab dari rendahnya pemakai kontap/vasektomi ini adalah karena tingkat pengetahuan masih rendah, informasi dan motivasi para kaum pria yang berstatus PUS disamping itu partisipasi kaum pria masih sangat rendah. (http//www.BKKBN.go.id)
Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan tingkat fertilitas total (TFR) yang cukup menggembirakan, namun partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah yaitu sekitar 0,4% (SDKI 2002-2003). Sedangkan di negara berkembang lainnya seperti Bangladesh 8%, Nepal 24%, Malaysia 16,8%. (SDKI 2002-2003). Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan suami akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 226 juta dan merupakan negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia. (www.BKKBN.go.id) sedangkan jumlah penduduk Kota Metro diperkirakan sebesar 130.348 orang. (Badan Pusat Statistik)
Menurut data BKKBN tahun 2003 melaporkan partisipasi pria dalam BKKBN secara nasional hanya 1,3% terdiri dari akseptor yang memakai kondom 0,7%, akseptor yang memakai vasektomi 0,6%. (http//wwwBKKBN.go.id). Peran pria dalam ber KB masih sangat rendah di Indonesia hanya 1,8%, jauh dari target tahun 2001 sebesar 2,41%, karena itu perlu upaya sangat keras dari pelaksana program untuk mencapai partisipasi pria menjadi 8% diakhir 2004 dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 (Kompas, 2001).
Berdasarkan data dari Puskesmas ............ jumlah PUS tahun 2007 sebesar 3372 dengan jumlah akseptor KB yang aktif 2934, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 1441 (49,1%), akseptor pil sebesar 648 (22,1%), akseptor IUD sebesar 395 (13,5%), akseptor implant sebesar 279 (9,5%), akseptor MOW sebesar 132 (4,5%), akseptor MOP sebesar 20 (0,7%), dan akseptor kondom sebesar 19 (0,6%).
Wilayah kerja Puskesmas ............ dibagi menjadi 3 yaitu, ............, Hadimulyo Barat dan Hadimulyo Timur. Berdasarkan data dari Puskesmas ............ tahun 2007 terdapat rincian sebagai berikut jumlah PUS di wilayah ............ sebesar 865 orang dengan jumlah KB aktif 853 orang dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 420 (49,2%), akseptor pil sebesar 184 (21,6%), akseptor IUD sebesar 119 (13,9%), akseptor implant sebesar 90 (10,6%), akseptor MOW sebesar 29 (3,4%), akseptor kondom sebesar (0,7%) dan akseptor MOP sebesar 5 (0,6%). Data Hadimulyo Barat jumlah PUS 1602 orang, KB aktif 1215 orang, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 589 (48,5%), akseptor pil sebesar 293 (24,1%), akseptor IUD sebesar 178 (14,7%), akseptor impant sebesar 91 (7,4%), akseptor MOW sebesar 47 (3,9%), akseptor kondom sebesar 9 (0,7%) dan akseptor MOP sebesar 8 (0,7%) sedangkan data Hadimulyo Timur jumlah PUS 905 orang, KB aktif 866 orang, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 432 (49,9%), akseptor pil sebesar 171 (19,7%) akseptor IUD sebesar 98 (11,3%), akseptor impant sebesar 98 (11,3%), akseptor MOW sebesar 56 (6,5%), akseptor kondom 4 (0,5%), dan akseptor MOP sebesar 7 (0,8%).
Menurut data dari Puskesmas ............ tahun 2007 terdapat 2934 akseptor KB aktif dan hanya terdapat 20 aksepor yang menggunakan KB MOP. Sedangkan vasektomi adalah metode efektif bagi laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ........

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ........

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis menetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Studi deskriptif
2. Objek penelitian : Gambaran akseptor KB MOP
3. Subyek penelitian : Suami yang menjadi akseptor KB MOP di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... .......
4. Lokasi penelitian : Wilayah Kerja Pukesmas ............ Kecamatan ...... .......
5. Waktu penelitian : Mei – Juni 2008
6. Alasan penelitian : Menurut data dari Pukesmas ............ tahun 2007 terdapat 2934 akseptor KB yang aktif dan hanya terdapat 0,7% pengguna KB MOP sedangkan KB MOP merupakan metode yang efektif bagi laki-laki.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran akseptor KB MOP di Peskesmas ............ Kecamatan ...... ........
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan pengetahuan di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
b. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan karakteristik suami (pendidikan, ekonomi) di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
c. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan alasan ikut KB MOP di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
d. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan keluhan di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dalam bidang penelitian dan mengetahui keikutsertaan suami menjadi akseptor KB.
2. Bagi Suami
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi suami di wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... mengenai alat/metode kontrasepsi pada pria.
3. Bagi Institusi Kebidanan Wira Buana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Usia (6-24 Bulan) di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING
ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nur Aisyah Sekampung pada bulan Maret 2008, jumlah bayi yang berusia 6 – 24 bulan sebanyak 108 bayi dan sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung ........... .......

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Subyek penelitian : Seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi 6 – 24 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten ........... .......
5. Waktu penelitian : Maret – Mei 2008.

D. Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten ........... .......

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dalam rangka pengetahuan ibu menyusui.
2. Seluruh Ibu menyusui di desa Trimulyo Puskesmas Sekampung Kabupaten ........... .......
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida tentang Kehamilan Fisiologis di RB

KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG
KEHAMILAN FISIOLOGIS DI RB

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI (2002-2003) AKI di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (www.sdki.indonesia.com.id,2007). Penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis. Selain itu keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo,2002:6).
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin juga merupakan masalah besar di negara berkembang dan negara miskin. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dan lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Sarwono Prawirohardjo,2002:3).
Sampai akhir 2007 jumlah ibu hamil mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk di antaranya program save motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua Safe Motherhood juga cukup baik,yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya perlu ditingkatkan terus. (Sarwono Prawirohardjo, 2002:7)
Dalam memantau program kesehatan dewasa ini digunakan indikator cakupan yaitu cakupan pelayanan antenatal, yaitu K1 untuk akses antenatal dan K4 untuk melihat kualitas antenatal.(www.artikelkesehatan.blogspot.com)
Berdasarkan data yang didapatkan penulis di lapangan pada waktu melakukan pra survei di RB Kartini ....... ........... ......... pada bulan Januari – Mei 2008 jumlah ibu hamil 96 orang dengan ibu primigravida berjumlah 42 orang yaitu 30 ibu hamil primigravida yang melakukan kunjungan awal dan 24 ibu hamil primigravidar yang mengalakukan kunjungan ulang.
Dari kebanyakan ibu primigravida sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, pening dan lain-lain (Ayah Bunda, 2007). Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada di latar belakang, penulis menggambarkan data awal yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian adalah :
“Bagaimana pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis di RB Kartini ....... ........... ......... Tahun 2008?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian pengetahuan ibu Primigravida tentang kehamilan fisiologis ini adalah :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Obyek Penelitian : Pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis di RB Kartini ....... ........... ......... Tahun 2008
3. Subyek Penelitian : Seluruh ibu primigravida yang ada di RB Kartini ....... ........... ......... tahun 2008.
4. Lokasi penelitian : RB Kartini ....... ........... ..........
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei – Juni 2008
6. Alasan penelitian : Karena dari beberapa ibu hamil primigravida yang memeriksakan kehamilan di RB Kartini ....... ........... ......... belum mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis di RB Kartini ....... ........... ......... tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti.
Peneliti dapat mengetahui dengan jelas pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
2. Untuk ibu primigravida (responden).
Agar ibu primigravida mendapat tambahan pengetahuan tentang kehamilan fisiologis.
3. Institusi pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan, bagi mahasiswa / peneliti lain yang akan mengadakan penelitian terutama yang berkaitan dengan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis.
4. Bagi Bidan Praktik Swasta.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di RB Kartini ....... ........... ......... yaitu memberikan masukan agar dapat meningkatkan pelayanan kehamilan seoptimal mungkin.
5. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti tentang kehamilan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG
KEHAMILAN FISIOLOGIS DI RB
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun Di Kelurahan

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP
PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman (Depkes Republik Indonesia, 2002).
Anak yang lahir di negara maju dan negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda. Dari data UNICEF 1980, yang dikutip dari Morley menunjukkan perbedaaan tersebut :
Negara Maju Negara Berkembangan
1. Kemungkinan meninggal sebelum umur 1 tahun
2. Umur harapan hidup
3. Kesempatan diperiksa tenaga kesehatan
4. Kemungkinan lama sekolah
(Soetjiningsih, 2002) 1:100
70 tahun
semua
11 tahun 1:5
50 tahun
1:10
2 tahun
Seperti kita ketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan. (SDKI, 1997).
Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut Mönks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa – embrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak (Markum, 2002).
Dalam penelitian ini di batasi oleh pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan bayi 0-1 tahun .
Di kelurahan Tanjung Raya terdapat 7 dari 12 primipara yang memiliki bayi 0-1 tahun. Lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja dan mereka beranggapan bahwa bila anaknya dapat berjalan sebelum waktunya maka nantinya anak itu akan pintar. Selain itu juga ada anggapan bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan luka muka yang khas.

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang pengertian perkembangan bayi masih rendah.
1.2.2 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perilaku sosial bayi masih rendah.
1.2.3 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi masih rendah.
1.2.4 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan bahasa bayi masih rendah.
1.2.5 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan motorik bayi masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pra survey tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya masih rendah.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.2 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur Bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.3 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.4 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.5 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka penulis menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei 2006
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun
b. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun
d. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun
e. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun

1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Untuk tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dalam meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.2 Untuk Institusi
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan perpustakaan
1.6.3 Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.4 Untuk masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya proses perkembangan bayi dalam aspek fisik, mental dan sosial, pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya posyandu.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan primipara terhadap perkembangan
bayi 0-1 tahun
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu-ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun di
Kelurahan Tanjung Raya
1.7.4 Lokasi Penelitian : Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
1.7.5 Waktu Penelitian : April-Mei 2006
1.7.6 Alasan : Ibu-ibu kurang memahami perkembangan bayi
karena hanya memfokuskan pada kemampuan
motorik saja.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Blog Archive