Monday, January 4, 2010

KTI KEBIDANAN : PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS X

KTI KEBIDANAN : PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS X
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
KESEHATAN merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas seperti yang diharapkan, mampu bersaing di era yang penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang.
Pembangunan Kesehatan ini menjadi perhatian serius dalam masa kepemimpinan Gubernur , dan bahkan sektor ini merupakan salah satu agenda prioritas pembangunan selain pembangunan bidang lainnya. Mencermati aspek kesehatan dalam arti luas, maknanya tidak hanya sehat secara fisik namun juga psikis, termasuk di dalamnya kesehatan mental yang direfleksikan dalam inidikator kemampuan atau kecerdasan intelektual, emosional dan spritual. Dalam konteks ini jelas, derajat kesehatan dapat memberikan pengaruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan harus diakui, selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, seperti masih rendahnya derajat kesehatan dari warga miskin, akibat rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, minimnya dana yang dialokasikan untuk menunjang program kesehatan, beberapa penyakit menular, yang dapat menjadi ancaman utama bagi masyarakat. Namun di masa kepemimpinan gubernur , atau selama rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir, periode 2006 dan semester I 2007, secara bertahap permasalahan-permasalahan kesehatan tersebut sudah dapat diatasi, bahkan pembangunan dalam bidang kesehatan ini telah mengalami berbagai kemajuan yang sangat berarti.
Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Kesehatan telah melakukan langkah-langkah peningkatan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan terjangkau dengan mengembangkan berbagai peningkatan sarana kesehatan
(Profil Kesehatan Propinsi, 2008).
DAPATKAN KTI KEBIDANAN Ini BAB 1,2,3,4,5 dengan harga terjangkau HUB : 085727707236

Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Propinsi, 2008).
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).
Angka Kematian Bayi di propinsi periode tahun 1995-2000 di perkirakan 65 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2000 berdasarkan Proyeksi Penduduk BPS menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2001 menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup. Tetapi pada tahun 2003 angka kematian bayi meningkat menjadi 55 per seribu kelahiran hidup. Hal ini menunjukan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan sudah mengalami peningkatan/tercovernya kasus baik secara aktif maupun pasif. Hasil ini belum mencapai target 2003 yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup dan target Jawa Tengah sehat 2010 dan Indonesia sehat 2010 40 per 1000 KH (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2005).
Penyebab kematian bayi adalah pneumonia sebesar 34%, diare 15% dan lain-lain 51%.
Grafik 1.1 Kasus kematian bayi per 1000 KH menurut Kab./Kota di Propinsi Jawa Tengah tahun 2005.






Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2006
Berdasarkan grafik 1.1 di atas terlihat bahwa Kota Metro pada kasus kematian bayi per 1000 kelahiran hidup lebih besar jika dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya.
Angka kematian balita (0-<5 tahun) menggambarkan tingkat permasalahan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi penyakit infeksi dan kecelakaan. Hasil SDKI 2002-2003 Angka Kematian Balita: 64 angka ini belum mencapai target 58 per 1000 Kelahiran hidup. Jumlah balita mati di propinsi pada tahun 2003 sejumlah 130 kasus, terbesar di Kabupaten Tulang Bawang (57 kasus dari 13.640 kelahiran) dan terendah di Kabupaten Tanggamus dan Kota Metro (0 kasus). Pada tahun 2004 sejumlah 109 kasus, terbesar di Kota Metro (40 kasus) dan terendah di Kabupaten Jawa Tengah Barat (1 kasus). Pada tahun 2005 jumlah kasusnya 224 kasus per 165.347 KH. (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2005).
Berdasarkan data pra survei yang terdapat dalam hasil kegiatan program penanggulangan penyakit di Kota Metro tahun 2005 didapatkan:
Grafik 1.2: Prosentase Cakupan Ispa Pneumonia Balita di Kota Metro tahun 2005.





Sumber : Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit di Kota Metro tahun 2005.
Dari grafik di atas incidents rate teringgi yaitu di Puskesmas Ganjar Agung (21%) sedangkan terendah di Puskesmas Bantul (0%). Insiden rate penyakit pneumonia di Kota Metro yaitu 10,7%.
Grafik 1.3 : Insiden Rate Penyakit Diare per 1000 Penduduk di Kota Metro tahun 2005.









Sumber : Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit di Kota Metro tahun 2005.

Dari grafik di atas Incidents rate tertinggi yaitu di Puskesmas Bantul (40 per 1000 penduduk) sedangkan terendah terdapat di Puskesmas Ganjar Agung (14,6 per 1000 penduduk). Incidents rate penyakit diare di Kota Metro yaitu 26,5 per 1000 penduduk.
Adapun gambaran kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Metro selama 5 tahun yaitu sebagai berikut: tahun 2001 sebanyak 2 kasus, tahun 2002 sebanyak 4 kasus dan 2003 sebanyak 7 kasus, pada tahun 2004 meningkat menjadi 95 kasus serta tahun 2005 terdapat 37 kasus DBD di kota metro tahun 2004 yaitu 76 per 100.000 penduduk, sedangkan incident rate DBD tahun 2005 yaitu 29 per 100.000 penduduk. hal ini berarti terjadi penurunan angka IR penyakit DBD di Kota Metro yaitu 0%, berarti angka CFR penyakit DBD masih di bawah target nasional (<2,5% pertahun).
Untuk penyakit malaria pada tahun 2005 tidak ditemukan penderita malaria. Di Kota Metro bukan merupakan daerah endemik malaria. Dari penderita malaria yang datang berobat ke Puskesmas di Kota Metro berasal dari luar wilayah.
Tabel 1. Data Penyakit PD 31 Per Puskesmas Kota Metro Bulan Januari s/d Desember 2005

No Kecamatan Puskesmas Penyakit PD 31
Diptheri Pertusis Tetanus neonatorum Campak hepatitis
1 Metro Pusat Yoso Mulyo 0 0 0 31 3
Metro 0 0 0 57 0
2 Metro Timur Iring Mulyo 0 0 0 59 0
3 Metro Utara Banjarsari 0 0 0 25 2
4 Metro Barat Ganjar Agung 0 0 0 20 0
5 Metro Selatan SS Bantul 0 0 0 0 0
JUMLAH 0 0 0 192 5
Sumber : Laporan SST Dinkes Kota Metro tahun 2005.
Dari tabel di atas diketahui bahwa penyakit campak merupakan penyakit terbanyak diderita balita dari pada penyakit diptheri, pertusis, TN, dan hepatitis. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat campak paling efektif dengan imunisasi.



Untuk data tentang jumlah bayi yang di Bawah Garis Merah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi Data LB 3 tentang Program Perbaikan Gizi tahun 2006
No Puskesmas Sasaran Jml bayi dengan KMS Jml Bayi Ditimbang Jml Bayi naik timbangan Jumlah Bayi BGM Jml Anbal dengan KMS Jml Anbal ditimbang Jml Anbal naik timbangan Jml Anbal BGM
Bayi Anbal
1 Metro 244 616 244 166 118 5 616 431 169 11
2 Yoso Mulyo 442 1233 442 334 278 3 1223 827 588 16
3 Banjarsari 391 1612 390 312 238 5 1610 993 628 16
4 Iring Mulyo 631 2758 631 494 420 3 2758 1392 884 17
5 SS Bantul 164 701 164 146 115 0 701 434 259 2
6 Ganjaragung 404 1252 404 286 201 5 1251 831 376 10
Kota Metro 2.276 8172 2275 1741 1370 21 8168 4908 2904 72
Sumber : Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit di Kota Metro tahun 2005.
Dari tabel atas diketahui bahwa jumlah anak balita dan bayi yang masih di bawah garis merah mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu 21 untuk bayi dan 72 untuk anak balita.
Dari data hasil survei dapat digarisbawahi bahwa pneumonia, diare, malaria, campak dan gizi buruk merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang intensif. Dewasa ini cara-cara yang cukup efektif untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita akibat penyakit tersebut. WHO dan UNICEF memperkenalkan 1 set pedoman terpadu yang menjelaskan secara dini penanganan penyakit-penyakit tersebut. Selanjutnya dikembangkan paket pelatihan untuk melatih proses manajemen terpadu balita sakit kepada tenaga kesehatan yang bertugas menangani anak sakit. Metode ini dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1, 2004).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, yang menjadi permasalahan yang nantinya akan diteliti adalah bagaimana tinjauan pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Xxx tahun 2007 ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian : Deskriptif
Subjek penelitian : Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Objek penelitian : Tenaga kesehatan
Lokasi penelitian : Puskesmas di Kota Metro-Jawa Tengah
Waktu Penelitian : Februari-Mei 2007
Alasan penelitian : Untuk mengetahui seberapa besar keefektifan pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kota Metro, dalam rangka penurunan angka kematian bayi dan balita di Propinsi Jawa Tengah khususnya Kota Metro tahun 2007.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun oleh bidan di Puskesmas Xxx tahun 2007.



E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Wira Buana Metro memberikan manfaat sebagai bahan bacaan tentang pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit dan sebagai perbandingan serta dokumen untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang di dapat dengan proses pembelajaran secara nyata membuat karya tulis ilmiah tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya yang bekerja di puskesmas agar dapat memberikan pelayanan kesehatan pada balita sakit menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
4. Bagi Peneliti Lain
Membuka wawasan dan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian khususnya tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).

2. Sejarah Terbentuknya MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan. Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.
Pendekatan MTBS mulai diluncurkan oleh WHO pada tahun 1994 yang merupakan hasil kerjasama WHO dengan UNICEF serta lembaga lainnya. Sebelum pendekatan MTBS ini dipakai setiap negara dianjurkan untuk melakukan adaptasi terhadap bahan dan metode pelatihan. WHO telah menerbitkan petunjuk pelaksanaan adaptasi agar negara pelaksana lebih mudah melaksanakannya. Secara umum digariskan oleh WHO agar adaptasi dilakukan menjamin semua penyakit yang paling sering diderita balita, maka petugas kesehatan terdepan harus dapat menanganinya. Begitu pula adaptasi tersebut harus sejalan dengan kebijakan nasional serta kebijakan program dan dapat diimplementasikan pada sistem kesehatan yang sudah ada. Negara pengguna pendekatan MTBS dibenarkan untuk melakukan adaptasi lokal demi efektifitas dan efisiensi tetapi sampai tingkat tertentu pendekatan MTBS ini terstandarisasi, mulai dari bahan, metode, perangkat pelatihan serta cara, alat, monitoring dan evaluasi. Pendekatan MTBS ini dirancang menurunkan angka kematian balita di negara sedang berkembang (www.geogle.com, 2006).

3. Persiapan Penerapan MTBS di Puskesmas
Persiapan yang perlu dilakukan oleh setiap puskesmas yang akan mulai menerapkan MTBS dalam pelayanan kepada balita sakit, meliputi:
a. Diseminasi Informasi MTBS Kepada Seluruh Petugas Puskesmas
Dari langkah-langkah yang diterapkan dalam MTBS, jelas bahwa keterkaitan peran dan tanggung jawab antar petugas di puskesmas sangat erat. Oleh karena itu seluruh petugas kesehatan di puskesmas perlu memahami MTBS. Kegiatan diseminasi informasi MTBS kepada seluruh petugas puskesmas dilaksanakan dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas puskesmas yang meliputi perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola program P2M, petugas loket dan lain-lain. Diseminasi dilaksanakan oleh petugas yang telah dilatih MTBS, bila perlu dihadiri oleh supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (MTBS, Modul -7, 2004).
Informasi yang harus disampaikan:
1) Konsep umum MTBS
2) Peran dan tanggung jawab petugas puskesmas dalam penerapan MTBS


b. Penyiapan Logistik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menerapkan MTBS adalah:
1) Penyiapan obat dan alat
Sebelum mulai menerapkan MTBS, harus dilakukan penilaian dan pengamatan terhadap ketersediaan obat di puskesmas. Secara umum, obat-obatan yang digunakan dalam MTBS telah termasuk dalam daftar obat esensial nasional (LPLPO) yang digunakan di puskesmas.
Obat-obat yang diperlukan adalah:
 Kotrimoksazol tablet dewasa atau tablet atau sirup
 Sirup Amoksilin atau tablet Amoksilin
 Kaplet Ampisilin
 Kapsul Tetrasiklin
 Tablet asam nalidiksat
 Tablet Klorokuin
 tablet Primakuin
 Tablet Sulfaduksin pirimetamin (fansidar)
 Tablet kina
 Diazepam Suppositoria
 Suntikan Kloramfenikol
 Suntikan Gentamisin
 Suntikan Penisilin prokain
 Suntikan Ampisilin
 Suntikan Kinin
 Suntikan Fenobarbital
 Diazepam infeksi (5 mg dan 10 mg)
 Tablet Nistatin
 Tablet Parasetamol atau sirup
 Tetrasiklin atau Kloramfenikol salep mata
 Gentian violet 1% (sebelum digunakan, harus diencerkn menjadi 0,25% atau 0,5% sesuai kebutuhan)
 Sirup besi (Sulfat ferosus) atau tablet besi
 Vitamin A 200.000 IU dan 100.000 IU.
 Tablet pirantel pamoat
 Aqua bides untuk pelarut
 Oralit 200cc
 Cairan infuse : Ringer laktat, Dextrose 5% NaCl
 Alkohol 70%
 Glycerin
 Povidone
(MTBS, Modul -7, 2004)


Peralatan yang dipergunakan dalam penerapan MTBS adalah:
- Timer ispa atau arloji dengan jarum detik
- Tensimeter dan manset anak (bila ada)
- Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan dipojok oralit)
- Infuse set dengan wing needles no 23 dan no 25
- Semprit dan jarum suntik : 1ml ; 2,5 ml ; 10 ml
- Timbangan bayi
- Thermometer
- Kasa/kapas
- Pipa lambung
- Alat penumbuk obat
- Alat penghisap lendir
(MTBS, Modul -7, 2004).

2) Penyiapan Formulir MTBS dan Kartu Nasihat Ibu
Penyiapan formulir manajemen terpadu balita sakit dan kartu nasihat ibu (KNI) perlu dilakukan untuk memperlancar pelayanan.
Langkah-langkah dalam penyiapan formulir MTBS dan KNI:
Pertama-pertama hitung jumlah kunjungan balita sakit perhari dan hitunglah kunjungan perbulan. Jumlah keseluruhan kunjungan balita sakit merupakan perkiraan kebutuhan formulir MTBS selama satu bulan. Formulir adalah untuk anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, sedangkan kebutuhan formulir pencatatan untuk bayi muda, didasarkan pada perkiraan jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas, karena sasaran ini akan dikunjungi oleh bidan desa melalui kunjungan neonatal.
Untuk percetakan KNI hitunglah sebanyak jumlah kunjungan baru balita sakit dalam sebulan ditambah perkiraan jumlah bayi baru lahir dalam sebulan. Selama tahap awal penerapan MTBS, cetaklah formulir MTBS dan KNI untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan pertama (MTBS, Modul -7, 2004).

3) Penyesuaian Alur Pelayanan
Salah satu konsekuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu pelayanan menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit. Langkah-langkah tersebut adalah sejak penderita datang hingga mendapatkan pelayanan yang lengkap, meliputi:
a) Pendaftaran
b) Pemeriksaan dan konseling
c) Tindakan yang diperlukan di klinik
d) Pemberian obat atau
e) Rujukan bila diperlukan
(MTBS, modul -7, 2004)




4. Penerapan MTBS di Puskesmas
Dalam memulai penerapan MTBS di puskesmas, pertama kali harus dilakukan penilaian terhadap jumlah kunjungan balita sakit perhari. Seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, bila jumlah kunjungannya tidak banyak (kurang dari 10 kasus perhari) akan tetapi bila perbandingan jumlah petugas kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah balita sakit perhari cukup besar maka penerapan MTBS di puskesmas di lakukan secara bertahap. Dalam memulai penerapan tidak ada patokan khusus besarnya presentase kunjungan balita sakit yang ditangani dengan pendekatan MTBS. Tiap puskesmas perlu memperkirakan kemamupanya mengenai seberapa besar balita sakit yang akan ditangani pada sat awal penerapan dan kapan dicapai cakupan 100%. Penerapan MTBS di puskesmas secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan rawat jalan ditiap puskesmas. (MTBS, Modul -7, 2004).
Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut :
- Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit  10 orang perhari pelayanan MTBS dapat diberikan langsung kepada seluruh balita sakit.
- Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 11-20 orang perhari, berikanlah pelayanan MTBS kepada 50% kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan MTBS. MTBS
- Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 21-50 orang perhari, berikanlah pelayanan MTBS kepada 25% kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan MTBS (MTBS, Modul, 2004)

5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pelayanan
Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan puskesmas yang lain yaitu menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan . Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi MTBS kedalam kode diagnosis dalam SP2TP sebelum masuk kedalam sistem pelaporan. (MTBS, Modul -7, 2004).

a. Pencatatan Hasil
Pencatatan seluruh hasil pelayanan yaitu kunjungan, hasil pemeriksaan hingga penggunaan obat tidak memerlukan pencatatan khusus. Pencatatan yang telah ada di puskesmas digunakan sebagai alat pencatatan.
Alat pencatatan yang dapat digunakan adalah :
1) Register kunjungan
2) Register rawat jalan
3) Register kohort bayi
4) Register kohort balita
5) Register imunisasi
6) Register malaria, demam berdarah dangue, diare, ISPA, gizi dan lain-lain
7) Register obat

b. Pelaporan Hasil Pelayanan
Sebagaimana dengan pencatatan hasil pelayanan MTBS, pelaporan yang digunakan juga tidak memerlukan perubahan.
Pelaporan yang digunakan adalah :
1) Laporan bulanan 1/laporan bulanan data kesakitan (LB 1)
2) Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LP LPO)
3) Laporan bulanan gizi, KIA, Imunisasi dan P2M (LB 3)
4) Laporan mingguan diare
5) Laporan kejadian luar biasa
(MTBS, Modul -7, 2004).

6. Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS
Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok umur yaitu :
- Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
- Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”. Sampai 5 tahun, berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan”. Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).

7. Proses Manajemen Kasus
Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :
 Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun
 Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
 Memberi konseling bagi ibu
 Memberi pelayanan tindak lanjut
 Manajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan.

“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.
“Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.
“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan “berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
“Memberi konseling bagi ibu” juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk biaya ulang.
“Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul -1, 2004).







8. Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun
a. Memeriksa Tanda-Tanda Bahaya Umum
Tanyakan :
 Apakah anak bisa minum atau menetek ?
 Apakah anak selalu memuntahkan semuanya ?
 Apakah anak menderita kejang ?
Lihat :
 Apakah anak tampak letargis atau tidak sadar

b. Tanyakan Keluhan Utama
 Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas ?
Jika ya, tanyakan : berapa lama ?
lihat, dengar :
- Hitung napas dalam 1 menit
- Perhatikan adakah tarikan dinding dada kedalam
- Lihat dan dengar adanya staridor










Klasifikasi Batuk Atau Sukar Bernapas
Tabel 3. Klasifikasi Batuk Atau Sukar Bernapas
Gejala Klasifikasi Tindakan
 ada tanda bahaya umum atau
 tarikan dinding dada ke dalam atau
 stridor PNEUMONIA BERAT ATAU PENYAKIT SANGAT BERAT  beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
 rujuk segera
 napas cepat PNEUMONIA  beri antibiotic yang sesuai selama 5 hari
 beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
 nasihati ibu kapan harus kembali segera
 kunjungan ulang setelah 2 hari
Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat BATUK BUKAN PNEUMONIA  jika batuk lebih dari 30 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
 beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
 nasihati ibu kapan harus kembali segera
 kunjungan setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
c. Apakah anak diare ?
Jika ya, tanyakan :
- Sudah berapa lama ?
- Adakah darah dalam tinjau (beraknya berdarah) ?
Lihat dan raba :
- Lihat keadaan umum anak :
Apakah anak : letargis atau tidak sadar
gelisah atau rewel ? mudah marah ?
- Lihat apakah matanya cekung ?
- Beri anak minum : apakah anak : tidak bisa minum atau malas minum ?
haus, minum dengan lahap ?
- Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor apakah kembalinya ?
Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ?
Lambat ?

Klasifikasi Diare Untuk Dehidrasi
Tabel 4 . Klasifikasi Diare Untuk Dehidrasi
Gejala Klasifikasi Tindakan
Terdapat dua/lebih dari tanda-tanda berikut ini :
 letargis atau tidak sadar
 mata cekung
 tidak bisa minum atau malas minum
 cubitan kulit perut kembali sangat lambat DIARE :
DEHIDRASI BERAT  jika tidak ada klasifikasi berat lainnya : beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi c)
 jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya:
- rujuk segera dan selama perjalanan ibu di minta terus memberi larutan oralit sedikit demi sedikit
- anjurkan ibu agar tetap memberi asi
 jika ada kolera di daerah tersebut, beri obat antibiotika untuk kolera
Terdapat dua dua/lebih dari tanda-tanda berikut ini :
 gelisah, rewel/mudah marah
 mata cekung
 haus, minum dengan lahap
 cubitan kulit perut kembalinya lambat DIARE :
DEHIDRASI RINGAN/SEDANG  beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A
 nasihati ibu tentang kapan harus kembali segera
 kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
 tidak cukup tanda-tanda untuk di klasifikasikan dehidrasi berat atau ringan atau sedang DIARE :
TANPA DEHIDRASI  jika batuk lebih dari 30 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
 beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
 nasihati ibu kapan harus kembali segera
 kunjungan setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004




Tabel 5. Jika diare 14 hari atau lebih
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Ada dehidrasi
DIARE :
PERSISTEN BERAT  atasi dehidrasi sebelum dirujuk, kecuali bila anak juga mempunyai klasifikasi berat lain.
 rujuk
 Tanpa dehidrasi

DIARE :
PERSISTEN  nasihati ibu tentang cara pemberian makan pada anak dengan diare persisten.
 kunjungan ulang setelah 5 hari
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Tabel 6. Jika ada darah dalam tinja

Gejala Klasifikasi Tindakan
 Darah dalam tinja (beraknya bercampur darah)
Disentri  beri antibiotik yang sesuai untuk shigela selama 5 hari
 kunjungan ulang setelah 2 hari
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

d. Apakah anak demam ?
(Pada anmnesis atau teraba panas atau suhu 37,50c atau lebih)
Jika ya :
Tentukan daerah resiko malaria : resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria.
Jika daerah resiko rendah tanpa resiko malaria, tanyakan :
 Apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir ?
Jika, ya apakah dari daerah resiko tinggi atau resiko rendah malaria ?
Kemudian tanyakan :
 Sudah berapa lama anak demam ?
 Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari ?
 Apakah pernah mendapat klorokuin dalam 2 minggu terakhir ?
 Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir ?
Lihat dan raba :
 Llihat dan raba adanya kaku kuduk
 Lihat adanya pilek
Lihat adanya tanda-tanda campak :
 Ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh dan
 Terdapat salah satu gejala berikut : batuk, pilek, atau mata merah
Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir :
 Lihat adanya luka di mulut. apakah lukanya dalam atau luas?
 Lihat apakah matanya bernanah
 Lihat adakah kekeruhan pada kornea mata
Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, klasifikasikan campak
Klasifikasikan demam untuk demam berdarah dangue (hanya jika demam kurang dari 7 hari)
Tanyakan :
 Apakah anak menglami perarahan dari hidung atau gusi yang berat?
 Apakah anak muntah? jika ya :
- Apakah sering ?
- Apakah muntah dengan darah atau seperti kopi ?
 Apakah berak berwarna hitam ?
 Apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah ?
Lihat dan raba :
Periksa tanda-tadna syok :
 Ujung ekstermitas teras dingin dan nadi sangat lemah atau tidak teraba
Lihat adanya :
 Perdarahan dari hidung atau gusi yang berat
 Bintik perdarahan dikulit (potikie) jika ya dan tidak ada tanda lain dari DBD, lakukan uji torniket, jika mungkin.

Klasifikasi demam
Tabel 7. Daerah resiko tinggi malaria
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Ada tanda bahaya umum atau
 Kaku duduk
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM  Beri dosis pertama kinin untuk malaria berat
 Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
 Cegah agar gula darah tidak turun
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Rujuk segera
 Demam(pada anamnesis atau pada perabaan atau suhu 37,50C atau lebih) MALARIA  Beri obat antimalaria oral
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Jika anak pernah mendapat klorokuin 2 minggu terakhir, perlakukn sebagai kunjungan ulang.
 Ambil sediaan darah
 Nasihati ibu tentang kapan harus kembali
 Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam.
 Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Tabel 8. Daerah resiko rendah malaria

Gejala Klasifikasi Tindakan
 Ada tanda bahaya umum atau
 Kaku duduk
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM  Beri dosis pertama kinin untuk malaria berat
 Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
 Cegah agar gula darah tidak turun
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Rujuk segera
 Tidak ada pilek dan tidak ada campak dan tidak ada penyebab lain dari demam MALARIA  Beri obat antimalaria oral
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Ambil sediaan darah
 Nasihati ibu tentang kapan harus kembali
 Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam.
 Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
 Ada pilek atau
 Ada campak
 Ada penyebab laindari demam DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA  Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Obati penyebab lain dari demam
 Nasehati ibu tentang kapan harus kembali segera
 Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam
 Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Tabel 9. Daerah tanpa resiko malaria dan tidak ada kunjungan ke daerah resiko malaria
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Ada tanda bahaya umum atau
 Kaku duduk
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM  Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
 Cegah agar gula darah tidak turun
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Rujuk segera
 Tidak ada tanda bahaya umum dan tidak ada kaku duduk DEMAM BUKAN MALARIA  Beri dosis pertama parasetamol di klinik, jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Obati penyebab lain dari demam
 Nasehati ibu tentang kapan harus kembali segera
 Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam
 Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
Tabel 10. Klasifikasi campak
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Ada tanda bahaya umum atau
 Kekeruhan pada kornea mata atau
 Luka di mulut yang dalam
CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT  Beri vitamin A
 Beri dosis pertama antibiotic yang seuai
 Jika ada kekeruhan pada kornea atau mata bernanah, bubuhi salep mata tetrasiklin. kloranfenikol
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik jika demam tinggi (38,50C)
 Rujuk segera
 Mata bernanah
 Luka di mulut CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA ATAU MULUT  Beri vitamin A
 Jika mata bernanah, bubuhi salep mata tetrasiklin. kloranfenikol
 Jika ada luka di mulut, ajari ibu untuk mengobati dengan gantian violet
 Kunjungan setelah 2 hari
 Rujuk segera
 Tidak ada tanda-tanda di atas CAMPAK  Beri vitamin A
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Tabel 11. Klasifikasi demam berdarah dangue
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Ada tanda-tanda syok : ekstremitas teraba dingin dan nadi lemah atau tak teraba atau
 Muntah bercampur darah atau
 Berak berwarna hitam atau
 Perdarahan dari hidung atau gusi yang berat atau
 Bintik perdarahan di kulit dan uji torniket positif atau
 Sering muntah, tanpa diare
DEMAM BERDARAH DANGUE  Jika ada syok, segera beri cairan intravena sesuai petunjuk pemberian cairan. para rujukan untuk DBD
 Jika tidak ada syok, beri tambahan cairan atau oralit sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 rujuk segera
 Nyeri ulu hai atau gelisah atau
 Bintik perdarahan di kulit dan uji tornikel negatif MUNGKIN DBD  Beri dosis pertama di klinik jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Nasehati ibu untuk memberi anak lebih bnayk minum atau oralit
 Nasehati ibu kapan harus kembali segera
 Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam
 Tidak ada satupun gejala di atas DEMAM MUNGKIN BUKAN DBD  Obati penyebab lain dari demam
 Beri dosis pertama Parasetamol di klinik jika demam tinggi (38,50C atau lebih)
 Nasehati ibu kapan harus kembali segera
 Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
e. Apakah anak mempunyai masalah telinga ?
Jika ya, tanyakan :
 Apakah telinganya sakit
 Adakah cairan/nanah keluar dari telinga ? Jika ya, berapa lama ?
Lihat dan raba :
 Lihat, adakah cairan/nanah keluar dari telinga ?
 Raba, adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga ?

Tabel 12. Klasifikasi masalah telinga
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga
MASTOIDITIS  Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
 Beri dosis pertama parasetamol di klinik untuk mengatasi nyeri
 Rujuk segera
 Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari atau
 Nyeri telinga INFEKSI TELINGA AKUT  Beri antibiotic selama 5 hari
 Beri parasetamol untuk nyeri
 Keringkan telinga dengan kain/kertas penyerap
 Kunjungan ulang setelah 5 hari
 Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama dari 14 hari atau lebih INFEKSI TELINGA KRONIS  Keringkan telinga dengan kain/kertas penyerap
 Kunjungan ulang setelah 5 hari
 Tidak ada sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga TIDAK ADA INFEKSI TELINGA Tidak perlu tindakan tambahan
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004






f. Memeriksa status gizi dan anemia
Lihat dan raba :
 Lihat apakah anak tampak sangat kurus ?
 Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan, apakah :
- Sangat pucat ?
- Agak pucat
 Lihat dan raba adanya pembengkakan dikedua kaki
 Bandingkan berat badan menurut umur

Tabel 13. Klasifikasi status gizi
Gejala Klasifikasi Tindakan
 Badan tampak sangat kurus atau
 Bengkak pada kedua kaki atau
 Telapak tangan sangat pucat
GIZI BURUK DAN/ATAU ANEMIA BERAT  Beri vitamin A apabila anak tampak sangat kurus/atau bengkak pada kedua kaki
 Rujuk segera
 Telapak tanganagak pucat atau
 Berat badan menurut umur sangat rendah(bawah garis merah (BGM) BGM DAN/ATAU ANEMIA  Lakukan penilaian tentang cara pemberian makan pada anak dan nasehati ibu sesuai “Bagan Pemberian Makan Anak” pada bagan “Konseling bagi Ibu”.
Bila ada masalah pemberian makan, kunjungan ulang setelah 5 hari
 Jika anemia :
- Beri zat besi
- Jika daerah dengan resiko tinggi malaria beri anti malaria oral
- Beri pirantel pamoat (hanya jika anak berusia 4 bulan atau lebih dan belumpernah diberi selama 6 bulan terakhir, serta hasil pemeriksaan tinja positif)
- Kunjungan ulang setlah 4 minggu.
 Nasehati ibu kapan harus kembali segera
 Jika BGM, kunjungan ulang setelah 4 minggu
 Berat badan menurut umur tidak BGM dan tidak ditemukan ttanda-tanda lain dan malnutrisi dan anemia TIDAK BGM DAN TIDAK MALARIA  Jika anak berumur kurang dari 2 tahun lakukan penilaian tentang cara pemberian makan anak dan nasehati ibu sesuai “BAGAN PEMBERIAN MAKAN ANAK” pada bagan Konseling bagi Ibu”
 Jika ada masalah pemberian makan, kunjungan ulang setelah 5 hari
 Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

g. Memeriksa Status Imunisasi Anak

Umur Jenis Imunisasi
Jadwal Iminusasi : 0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan Hep B-1
BCG
Hep B-2
Hep B-3

Campak

Polio-1
Polio-2
Polio-3
Polio-4

DPT-1
DPT-2
DPT-3

h. Memeriksa Pemberian Vitamin A
Dosis pertama 100.000 IU pada umur 6 bulan sampai 1 tahun
Dosis berikutnya 200.000 IU setiap 6 bulan (sampai umur 5 tahun)


9. Pengobatan
Melakukan langkah-langkah dalam tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan klasifikasi.
a. Beri Antibiotik oral yang sesuai
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang sesuai :
Antibiotik pilihan pertama : Kotrimoksazol (Trimetroprim + Salfametoksazol)
Antibiotik pilihan kedua : Amoksilin
Tabel 14. Dosis antibiotik
Umur atau
Berat badan KOTRIMOKSAZOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari) AMOKSILIN
Beri 3 kali sehari untuk 5 hari
Tablet dewasa 80 mg Trimetoprim + 400 mg Sulfametoksazol Tablet anak
20 mg Trimetoprim + 100 mg Sulfametoksazol Sirup/per 5 ml
40 mg Trimetoprim + 200 mg Sulfametoksazol Sirup
125 mg
Per 5 ml
2 sampai 4 bulan
(4 - <6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml
12 sampai 5 tahun
(10 - <19 kg) ¾ atau 1 3 7,5 ml 10 ml
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Untuk disentri : Beri antibiotic yang dianjurkan untuk Shigela selama 5 hari
Antibiotik pilihan pertama : Kotrimoksazol (Trimetroprim + Salfametoksazol)
Antibiotik pilihan kedua : Asam Nolidiksat
Tabel 15. Dosis antibiotik untuk disentri
Umur atau
Berat badan KOTRIMOKSAZOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari) ASAM NALIDIKSAT
Tablet 500 mg
Berikan 4 kali sehari selama 5 hari
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) 1/8
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 kg) ¼
12 sampai 5 tahun
(10 - <19 kg) ½
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
Untuk kolera : beri antibiotic yang dianjurkan untuk kolera selam 3 hari
Antibiotik pilihan pertama : Kotrimoksazol (Trimetroprim + Salfametoksazol)
Antibiotik pilihan kedua : Tetrasiklin
Tabel 15. Dosis antibiotik untuk kolera
Umur atau
Berat badan KOTRIMOKSAZOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 3 hari) TETRASIKLIN
Tablet 500 mg
Berikan 4 kali sehari selama 3 hari
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) Lihat dosis di atas Jangan diberi
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 kg) ½
12 sampai 5 tahun
(10 - <19 kg) 1
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

b. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
Ikuti pentunjuk di bawah ini untuk setiap obat oral yang harus diberikan di rumah. Ikuti juga petunjuk yang tercantum dalam tiap tablet dosis obat
- Tentukan obat-obatan dosis yang sesuai dengan umur dan berat badan anak
- Jelaskan kepada ibu alasan pemberian obat tersebut
- Peragakan cara, mengukur/membuat satu dosis
- Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri 1 dosis
- Mintalah ibu memberikan dosis pertama pada anak
- Terangkan dengan jelas cara memberikan obat, beri label dan bungkus obat
- Jelaskan bahwa semua obat-obatan tablet /sirup harus diberikan sesuai waktu yang dianjurkan, walaupun anak menunjukkan perbaikan
- Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan klinik
Beri obat anti malaria oral (berikan sesudah makan)
 Anti malaria pilihan pertama : klorokuin ditambah Primakuin (anak < 1 tahun : hanya kloro kuin).
 Anti malaria pilihan kedua untuk anak umur  tahun : sulfadoksin pirimitamin di tambah primakuin
 Anti malaria malaria pilihan kedua untuk anak umur < 1 tahun : tablet kina

Untuk klorokuin :
 Jelaskan kepada ibu agar mengamati anak selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin. Jika dalam waktu 30 menit anak muntah, ulangi pemberian klorokuin dan ibu minta kembali ke klinik untuk mendapatkan tablet tambahan
 Jelaskan mungkin akan timbul gatal-gatal setelah pemberian obat, akan tetapi ini tidak berbahaya.
Tabel 16. Dosis obat anti malaria
KLOROKUIN
Beri selama 3 hari
Umur atau
berat badan Tablet
(150 mg basa) Tablet
(15 mg basa) Tablet
(500 mg sulfadoksin)
25 mg pirimetafin) Tablet
(200 mg)
Hari-1 Hari-1 Hari-1 Dosis tunggal di klinik Dosis tunggal di klinik 3 x sehari selama 7 hari
2 sampai 12 bulan
(4 - < 10 kg) ½ ½ ¼ Jangan diberi Jangan diberi 10 mg per kg BB setiap kali pemberian selama 7 hari
12 bulan sampai 5 tahun
(10 - < 19 kg) 1 1 ½ ¾ ¾ ½
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
Beri parasetamol untuk demam tinggi ( 38,50c) atau sakit telinga
Diberi setiap 6 jam sampai demam atau nyeri telinga hilang

Tabel 17 . Dosis pemberian parasetamol
PARASETAMOL
Umur atau berat badan Tablet (500mg) Tablet (100mg) Sirup (120mg/5ml)
2 sampai 6 bulan
(4-< 7 kg ) 1/8 1/2 2,5ml (1/2 sendok teh)
6 bulan sampai 3 tahun
(7 - <14kg) ¼ 1 5ml (1sendok teh)
3sampai 5 tahun
(14 - < 19 kg) 1/2 2 7,5 ml (1 ½ sendok teh)
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Beri vitamin A untuk pengobatan
Beri 1 dosis di klinik

Tabel 18. Dosis pemberian kapsul vitamin A
Umur Kapsul vitamin A
200.000 IU Kapsul vitamin A
6 – 11 Bulan ½ kapsul 1 kapsul
12 Bulan sampai 5 tahun 1 kapsul 2 kapsul
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
Beri zat besi untuk pengobatan
Beri tiap hari selama 4 minggu untuk anak umur 6 bulan sampai 5 tahun

Tabel 19. Dosis pemberian tablet zat besi
Umur atau berat badan Tablet besi/Folat Sulfat ferosus 200 mg + 250 mg Folat
Berikan 3 kali sehari Sirup Besi Sulfat ferosus 150 mg (30 mg elemental iron per 5 ml) berian 3 kali sehari

6 – 11 Bulan ¼ tablet 2,5 ml ( ½ sendok teh)
12 Bulan sampai 5 tahun ½ tablet 5 ml ( 1 sendok teh)
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

Beri Pirantel Pamoat
Jika anak dengan anemia berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah mendapat obat ini dalam 6 bulan terakhir dan hasil pemeriksaan tinjanya positif, beri pirantel pamoat di klinik sebagai dosis tunggal.
Tabel 20. Dosis pemberian Pirantel pamoat
Umur atau berat badan Piranter pamoat(125mg/tablet)
dosis tunggal
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8kg) ½ tablet
9 bulan sampai 1tahun (8-<10kg) ¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14kg) 1 tablet
3 tahun sampai 5 tahun (14-<19kg) 1 ½ tablet
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004

c. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
 Jelaskan kepada ibu tentang pengobatan yang diberikan dan alasannya
 Uraikan langkah-langkah pengobatan sebagaimana tercantum pada penjelasan berikut yang sesuai
 Amati cara ibu melakukan pengobatan ini di klinik (kecuali untuk batuk dan sakit tenggorokan)
 Jelaskan beberapa kali dia harus mengerjakannya di rumah
 Jika dibutuhkan untuk pengobatan di umah, beri ibu salep tetrasiklin/kloramfenikol atau botol kecil berisi gentian violet
 Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan klinik





 Mengobati infeksi mata dengan salep mata tetrasiklin
Bersihkan kedua mata 3 kali sehari
- Cuci tangan
- Mintalah anak untuk memejamkan mata
- Gunakan kain bersih dan air untuk membersihkan nanah dengan hati-hati
Kemudian oleskan salep mata tetrasiklin pada kedua mata 3 kali sehari
- Mintalah anak untuk melihat keatas
- Oleskan sejumlah kecil salep pada bagian dalam dari kelopak mata bawah
- Cuci tangan kembali
Obati sampai kemerahan hilang.
jangan menggunakan obat salep mata atau tetes mata yang lain atau memberi sesuatu apapun dimata.

 Mengeringkan telinga dengan kain/kertas penyerap
Keringkan telinga sekurang-kurangnya 3 kali sehari
- Gulung selembar kain penyerap bersih dan lunak atau kertas tissue yang kuat menjadi sebuah sumbu
- Masukan sumbu tersebut ke dalam telinga anak
- Keluarkan sumbu jika sudah basah
- Ganti sumbu dengan yang baru dan ulangi langkah-langkah diatas sampai kering


 Meredakan batuk dan melegakan tenggorokan dengan bahan yang aman
Bahan yang aman dianjurkan :
- ASI ekslusif untuk bayi sampai umur 4 bulan
- Kecap manis atau madu di campur di campur dengan air jeruk nipis
Obat yang tidak di anjurkan :
- semua jenis obat batuk yang di jual bebas yang mengandung codein
- obat-obatan dekongestan oral dan nasal

d. Pemberian pengobatan hanya di klinik
- Beri antibiotik intramuscular
Untuk anak yang harus segera di rujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral
- Beri dosis pertama kloramfenikol intramuscular dan rujuk segera
Jika rujukan tidak memungkinkan :
- ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari
- kemudian ganti dengan antibiotic yang sesuai, untuk Melengkapi 10 hari pengobatan
Tabel 21. Dosis antibiotik Kloramfenikol intramuskular
Umur atau berat badan KLORAMFENIKOL
Dosis : 40 mg per kg
Tambahkan 5,0 ml Aquadest sehingga menjadi 1000 mg = 5,6 ml atau180 mg/dl
2 sampai 4 bulan (4-<6kg) 1,0 ml = 180 mg
4 sampai 9 bulan (6-<8kg) 1,5 ml = 270 mg
9 sampai 12 bulan (8-<10kg) 2 ml = 360 mg
12 bulan sampai 3 tahun (10-<14kg) 2,5 ml = 450 mg
3 sampai 5 tahun (14-19kg) 3,5 ml = 630 mg
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
 Suntikan kinin untuk malaria berat
Untuk anak yang harus dirujuk karena penyakit berat dengan demam :
- Periksa formula kinin yang tersedia apakah kinin antipirin atau kinin HCL
- Beri dosis pertama suntikan kinin antipirin atau kinin HCL segera intramuscular dan dalam (masing-masing ½ dosis di paha kanan dan kiri
- Khusus suntikan kinin HCL 25% harus diencerkan dulu dengan larutan NaCl 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-1—mg/ml
- Di daerah resiko rendah malaria jangan beri kinin pada anak umur < 4 bulan, tetapi langsung dirujuk.

Tabel 22. Dosis pemberian Kina intramuskular
Umur atau berat badan KINA INTRAMUSKULAR
50 mg/ml (dalam ampul 2 ml)
2 sampai 4 bulan (4-<6kg) 0,2 ml
4 sampai 9 bulan (6-<8kg) 0,3 ml
9 sampai 12 bulan (8-<10kg) 0,4 ml
12 bulan sampai 3 tahun (10-<14kg) 0,5 ml
3 sampai 5 tahun (14-19kg) 0,6 ml
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
Jika rujukan tidak memungkinkan dan tidak ada dokter :
Beri dosis pertama kinin antipirin atau kinin HCL secara intramuscular dalam di paha
anak harus berbaring selama 1 jam
ulangi suntikan kinin setiap 8 jam sampai anak mampu menelan tablet kina
jangan lanjutkan suntikan kinin sampai lebih dari I minggu

pemberian suntikan kinin dilanjutkan dengan tablet kina sehingga (suntikan + tablet ) total 7 hari
jika digunakan kinin HCL, larutkan dulu sesuai penjelasan diatas
jika sudah memungkinkan, anak tetap harus di rujuk

Jika rujukan tidak memungkinkan dan ada dokter di puskesmas :
- Beri suntikan kinin HCL dalam drip sesuai program P2 malaria.

Mencegah agar gula darah tidak turun
 Jika anak masih bisa menetek :
 mintalah kepada ibu untuk memeteki anaknya
 Jika anak tidak bisa menetek tapi masih bisa menelan
 Beri perasaan ASI atau beri susu pengganti
 Jika keduanya tidak memungkinkan, beri air gula
 beri 30 – 50 ml susu atau air gula sebelum dirujuk

Cara membuat air gula : larutkan 4 sendok teh gula (20 garam) kedalam gelas yang berisi 200 ml air matang.
Jika anak tidak bisa menelan :
Beri 50 ml susu atau air gula melalui pipa nasogastrik, jika tidak tersedia pipa nasogastrik rujuk segera.




d. Pemberian Cairan Tambahan Untuk Diare Dan Melanjutkan Pemberian Makanan
Rencana terapi A : Penanganan diare di rumah
Jelaskan kepada ibu :
1. Beri Cairan Tambahan
- Jelaskan kepada ibu :
 Pada bayi muda pemberian ASI merupakan cara pemberian cairan tambahan yang utama
 beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali pemberian
 jika anak memperoleh ASI ekslusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan
 jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit, larutan gula garam, cairan makanan (kuah sayur/air tajin) atau air matang
- Anak harus diberi oralit di rumah jika :
 anak telah di obati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
 anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah
- Ajari ibu cara mencampur dan memberi oralit
Beri 6 bungkus oralit (200 ml) untuk di gunakan di rumah
- Tunjukan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari :

- sampai umur 1 tahun  50 sampai 100 ml setiap kali berak
- umur 1 sampai 5 tahun  100 sampai 200 ml setiap kali berak
Katakan kepada ibu :
 Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/gelas
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Lanjutkan Pemberian Makan/ASI
3. Kapan Harus Kembali

Rencana terapi B : Penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan oralit.
Berikan oralit di klinik sesuai yang di anjurkan selama periode 3 jam

 Tentukan jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama
Umur : sampai 4 bulan, berat badan < 6 kg 200 – 400 ml
Umur/berat badan = 4 sampai 12 bulan/6 - < 10 kg 400 - 700
Umur/berat badan = 12 sampai 24 bulan/10 - < 12 kg 700 - 900
Umur/berat badan = 2 sampai 5 tahun/12 – 19 kg 900 – 1400 ml
- jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan
- untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menetek, berikan juga 100 – 200 ml air matang selama periode ini


 Tunjukan kepada ibu cara memberikan larutan oralit
- Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi lebih lambat
- Lanjutkan ASI selama anak mau
Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
- Mulailah memberi makan anak berumur 6 bulan lanjutkan pemberian ASI

 Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :
- Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
- Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk dehidrasi juga beri 6 bungkus sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A
- Jelaskan 3 aturan perawatan dirumah
1. Beri cairan tambahan lihat rencana terapi A :
2. Lanjutkan pemberian makan mengenai jumlah cairan dan lihat bagan
3. Kapan harus kembali konseling bagi ibu






Rencana terapi C : Penanganan dehidrasi berat dengan cepat
 Jika di klinik dapat segera memberikan cairan intravena
Beri cairan intravena secepatnya, jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut sementara infuse di persiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer laktat (jika tak tersedia gunakan cairan NACL) yang dibagi sebagai berikut :
- Dibawah umur 12 bulan : pemberian pertama 30 ml/kg selama 1 jam
pemberian berikut 70 ml/kg selama 5 jam
- 12 bulan sampai 5 tahun : pemberian pertama 30 ml/kg selama 30 menit
pemberian berikut 70 ml/kg selama 2 1/2jam

Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
- Periksa kembali anak setiap 1 – 2jam, jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat
- Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum : biasanya sesudah 3-4 jam (bayi)/1-2 jam (anak)
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam klasifikasikan dehidrasi, kemudian pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

 Jika di klinik tidak bisa memberikan cairan intravena
- Rujuk segera untuk pengobatan intravena
- Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan
 Jika tidak ada fasilitas pengobatan intravena yang terdekat, dan petugas kesehatan di klinik terlatih menggunakan pipa nasogastrik
- Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasoggastrik atau mulut : beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg)
- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam :
Jika anak muntah terus menerus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat.
Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena.
- Sesudah 6 jam, periksa kembali anak klasifikasikan dehidrasi kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

 Pemberian Cairan Pra Rujukan Untuk Demam Berdarah Dengue
- Jika ada tanda syok, atasi syok dengan segera, segera beri cairan intravena Ringer laktat atau NaCl : 20 ml/kg/dalam 30 menit.

Periksa kembali anak setelah 30 menit :
- Jika nadi teraba, beri cairan intravena dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam dan rujuk segera ke rumah sakit.
- Jika nadi tidak teraba, beri cairan intravena dengan tetesan 20 ml/kg BB/jam dan rujuk segera ke rumah sakit.


- Jika tidak ada tanda syok :
bila anak masih bisa minum, beri minuman apa saja (air putih, teh, manis, sirup, jus buah, susu atau oralit) sebanyak mungkin dalam perjalanan ke tempat rujukan.
Catatan :
Jangan beri minuman yang berwarna merah atau coklat, karena sulit di bedakan jika ada perdarahan lambung.

 Pemberian Imunisasi Balita Sakit sesuai Kebutuhan
 Pemberian Suplemen Vitamin A sesuai Kebutuhan

10. Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut
a. Pneumonia
Sesudah 2 hari :
- Periksa adanya tanda bahaya umum
- Lakukan penilaian untuk batuk/sukar bernapas
Tanyakan :
- Apakah anak bernapas lebih lambat ?
- Apakah nafsu makan anak membaik ?
Tindakan :
- Jika tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada kedalam beri 1 dosis antibiotik pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol selanjutnya rujuk segera
- Jika frekuensi nafas, atau nafsu makan anak tidak menunjukan perbaikan, gantilah dengan antibiotik pilihan kedua dan anjurkan ibu untuk kembali dalam 2 hari (atau rujuk), jika tidak ada obat pilihan kedua atau jika anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir
- Jika nafas melambat, atau nafsu makannya membaik, lanjutkan pemberia antibiotik hingga seluruhnya 5 hari.

b. Diare Persisten
Sesudah 5 hari : Tanyakan apakah diare sudah berhenti ?
Tindakan :
- Jika diare belum berhenti, lakukan penilaian ulang lengkap pada anak
Berikan pengobatan yang diperlukan, selanjutnya rujuk.
- Jika diare sudah berhenti, katakana pada ibu untuk menerapkan anjuran pemberian makan yang sesuai dengan umur anak.

c. Disentri
Sesudah 2 hari : Periksa diare lihat bagan penilaian dan klasifikasi.
Tanyakan :
- Apakah beraknya berkurang ?
- Apakah jumlah darah dalam tinja berkurang ?
- Apakah nafsu makan anak membaik ?
Tindakan :
- Jika anak mengalami dehidrasi, atau dehidrasi
- Jika frekuensi berak, jumlah darah dalam tinja atau nafsu makan tetap atau memburuk : gantilah dengan antibiotic oral pilihan kedua untuk shigela. Berikan untuk 5 hari .
Anjurkan ibu untuk kembali dalam 2 hari
Pengecualian jika anak :
- Berumur kurang dari 12 bulan atau
- Mengalami dehidrasi pada kunjungan pertama atau Rujuk
- Menderita campak dalam 3 bulan terakhir
Jika beraknya berkurang, jumlah darah dalam tinja berkurang dan nafsu makan membai, lanjutkan pemberian antibiotic yang sama hingga selesai.

e. Malaria (Daerah Resiko Tinggi Dan Rendah Malaria)
Jika anak tetap demam sesudah 2 hari, atau demam lagi dalam 14 hari. Anak yang datang untuk kunjungan pertama, tetapi sudah mendapat klorokuin dalam 2 minggu terakhir, dianggap sebagai kunjungan ulang. Lakukan penilaian untuk gejala utama  lihat bagan penilaian dan klasifikasi
Cari penyebab lain dari demam .
Tindakan :
- Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk. Perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
- Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan
- Jika tidak ada sediaan darah, beri tablet kina
- Jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam :
- Periksa hasil sediaan darah yang sudah diambil sebelumnya
Jika positif untuk falciparum atau ada infeksi campuran (mixed) beri obat anti malaria oral pilihan kedua. Jika tetap demam rujuk untuk pemerikasaan lebih lanjut.
Jika positif untuk vivak, beri tablet kina selama 7 hari ditambah primakulin ¼ tablet perhari selama 5 hari.
Jika hasil sediaan darah negatif, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut

f. Demam : Mungkin bukan malaria (daerah resiko rendah malaria)
Jika tetap demam sesudah 2 hari :
Lakukan penilaian untuk gejala utama  lihat bagan penilaian dan klasifikasi. Cari penyebab lain dari demam.
Tindakan :
- Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam
- Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan
- Jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam :
 Ambil sediaan darah
 Beri obat anti malaria oral pilihan tanpa menunggu hasil sedian darah
 Nasihati ibu untuk kembali dalam 2 hari jika tetap demam
 Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.

g. Demam : Bukan malaria (daerah resiko tanpa malaria dan tidak ada kunjungan ke daerah dengan resiko malaria)
Jika demam sesudah 2 hari :
Lakukan penilaian untuk gejala utama  lihat bagan penilaian dan klasifikasi. Cari penyebab lain dari demam.
Tindakan :
- Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
- Jika ada penyebab lain dari demam, beri pengobatan
- Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Jika tidak diketahui penyebab demam, anjurkan ibu untuk kembali lagi dalam 2 hari jika tetap demam pastikan anak mendapat tambahan cairan dan mau makan.

h. Mungkin demam berdarah dengue dan



i. Demam : Mungkin bukan demam berdarah dengue jika tetap dedam sesudah 2 hari.
Lakukan penilaian ulang secara lengkap  lihat bagan penilaian dan klasifikasi. Cari penyebab lain dari demam.
Tindakan :
- Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
- Jika ada penyebab lain dari demam selain DBD, berikan pengobatan.
- Jika ada tanda-tanda DBD, perlakukan sebagai DBD
- Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.

j. Infeksi Telinga
Sesudah 5 hari:
Lakukakan penilaian ulang masalah telinga  lihat bagan penilaian dan klasifikasi. Ukur suhu tubuh anak
Tindakan :
- Jika ada pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga atau demam tinggi (38,50< atau lebih) rujuk segera
- infeksi telinga akut : jika masih ada nyeri atau keluar cairan/nanah, obati dengan atibiotik yang sama selama 5 hari lagi. Lanjutkan mengeringkan telinga. Kunjungan ulang setelah 5 hari.
- Infeksi telinga kronis : perhatikan apakah cara ibu mengeringkan telinga anaknya sudah benar, anjurkan ibu untuk melanjutkan.
- Jika tidak ada nyeri telinga atau keluar cairan/nanah, dan ibu belum menyelesaikan pemberian antibiotik selama 5 hari, anjurkan untuk melanjutkannya sampai habis.

k. Campak dengan Komplikasi Pada Mata Atau Mulut
Setelah 2 hari :
- Perhatikan apakah matanya merah atau bernanah
- Perhatikan apakah ada luka dimulut ciumlah bau mulutnya.
Pengobatan infeksi mata :
- Jika mata masih bernanah, ibu di minta menjelaskan cara mengobati infeksi mata anaknya. Jika belum benar ajari ibu cara mengobati dengan benar
- Jika mata tidak bernanah dan merah, hentikan pengobatan.
Pengobatan luka dimulut :
- Jika luka di mulut makin memburuk atau tercium bau busuk dari mulut, rujuk
- Jika luka di mulut tetap atau membaik, lanjutkan pengobatan 0,25% gentian violet hingga seluruhnya 5 hari.

l. Masalah Pemberian Makan
Sesudah 5 hari :
Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian makan  lihat pertanyaan pada bagan konseling bagi ibu. Tanyakan masalah pemberian makan yang ditemukan saat kunjungan pertama.
- Nasihati ibu tentang semua masalah dalam pemberian makan yang masih ada atau yang baru di jumpai
- Jika berat badan anak menurut umur sangat rendah (BGM), ibu diminta untuk kembali 4 minngu sesudah kunjungan pertama guna mengukur penambahan berat anak

m. Anemia
Sesudah 4 minggu :
- Beri zat besi untuk 4 minggu berikutnya. Nasihati ibu untuk kembali 4 minggu kemudian
- Jika anak masih agak pucat sesudah 8 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
- Jika telapak tangan sudah tidak pucat sesudah 8 minggu, tak ada pengobatan tambahan.
- Berat badan menurut umur sangat rendah (BGM = bawah garis merah)
n. Berat Badan Menurut Umur Sangat Rendah (BGM = Bawah Garis Merah)
Sesudah 4 minggu :
Timbanglah anak dan tentukan apakah berta badanya masih sangat rendah. Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian makan  lihat pertanyaan pada bagan konseling bagi ibu.
Tindakan :
- Jika berat anak menurut umur sudah tidak BGM, pujilah ibu dan bangkitkan semangatnya untuk melanjutkan.
- Jika berat badan anak menurut umur masih BGM, nasihati ibu tentang setiap masalah pemberian makan yang dijumpai . Anjurkan ibu untuk kembali bersama anaknya setiap bulan sampai makanannya baik dan berat badanya meningkat secara teratur/sudah tidak BGM.
- Jika tidak ada perbaikan cara pemberian makan, atau berat badan anak terus menurun  Rujuk
- Jika masih di perlukan kunjungan ulang berdasarkan kunjungan pertama atau kunjungan saat ini, nasihati ibu tentang kunjungan berikutnya, juga nasihati ibu tentang kapan harus kembali segera.








11. Konseling Bagi Ibu
a. Makanan
Menilai cara pemberian makanan
Tanyakan :
Apakah ibu meneteki anak ini ?
- Berapa kali sehari ?
- Apakah ibu juga meneteki pada malam hari ?
Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain ?
- Makanan atau minumam apa?
- Berapa kali sehari ?
- Alat apakah yang digunakan untuk memberi makan/minum anak ?
- Jika berat badan menurut umur sangat rendah /BGM :
Berapa banyak makan dan minum yang diberikan kepada anak ?
Apakah anak mendapat porsi sendiri ?
Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya ?
- Selama ia sakit ini, apakah pemberian makan anak diubah ?
Bila ya, bagaimana ?

b. Anjuran makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
 Sampai umur 4 bulan :
- Beri ASI sesuai keinginan anak , paling sedikit 8 kali sehari
- Jangan diberi makan dan minuman lain selain ASI
(jika mungkin beri ASI eksklusif sempai anak umur 6 bulan)
 Umur 4 sampai 6 bulan :
- Beri ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari
- Beri makanan pendampingASI 2 kali sehari, tiap kali 2 sendok makan
- Pemberian makanan pendamping ASI dilakukan setelah pemberian ASI
- Makaan pendamping ASI adalah :
- bubur tim lumat ditambah kuning telur/ayam/tempe/tahu/daging sapi/wortel /bayam/dll.

 Umur 6 sampai 12 bulan
- Berikan ASI sesuai keinginan anak
- Berikan bubur nasi ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/ daging sapi/wortel /bayam/dll.
- Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari. setiap kali makan diberikan sebagai berikut :
Umur 6 bulan : 6 sendok makan
Umur 7 bulan : 6 sendok makan
Umur 8 bulan : 6 sendok makan
Umur 9 bulan : 6 sendok makan
Umur 10 bulan : 6 sendok makan
Umur 11 bulan : 6 sendok makan
- Beri juga makanan selingan 2 kali sehari seperti : bubur kacsmh hijsu, pisang, biscuit, nagasari, dsb.


 Umur 12 sampai 24 bulan
- Berikan ASI sesuai keinginan anak
- Berikan nasi lembek ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/ daging sapi/wortel /bayam/dll.
- Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari.
- Beri juga makanan selingan 2 kali sehari seperti : bubur kacsmh hijsu, pisang, biscuit, nagasari, dsb.
 Umur 2 tahun atau lebih
- Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehariyg terdiri dari nasi, laukpauk, sayur dan buah.
- Beri juga makanan yang bergizi sebagai selingan 2 kali sehari seperti : bubur kacang hujau, biscuit , dsb.

Cucilah tangan sebelum menyiapkan makanan anak
Gunakan bahan makanan yang baik dan aman, peralatan masak yang bersih dan cara masak yang benar.

b. Anjurkan pemberian makan untuk anak dengan diare lebih dari 14 hari :
 Jika masih mendapatkan ASI berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan malam
 Jika anak mendapatkan susu selain ASI:
- Gantikan dengan meningkatkan pemberian ASI atau
- Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah temp
- Jangan diberi susu kental manis
 Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan yang sesuai dengan umur anak

c. Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan
Jika pemberian makan anak tidak mengikuti anjuran tersebut diatas, nesehati ibu sesuai dengan umur anak. Disamping itu :
 Jika ibu mengeluh ada kesulitan pemberian ASI, lakukan penilaian terhadap terhadap cara ibu meneteki
 Jika bayi berumur kurang dari 4 bulan dan mendapatkan makanan atau susu non-ASI :
- Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ia dapat memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan anaknya
- Anjurkan ibu untuk memberikan ASi lebih sering, lebih lama, pagi, siang maupun malam dan secara bertahap mengurangi pemberian susu atau makanan lain.

Jika pemberian susu non-ASI harus dianjurkan, nasehati ibu :
 Agar memberi ASI sesering mungkin, termasuk di malam hari
 Pastikan bahwa susu non-ASI tersebut mudah diperoleh, berikan hanya jika diperlukan.
 Pastikan bahwa susu non-ASI tersebut dipersiapkan secara benar, higienis dan dalam jumlah yang cukup
 Buatlah susu non-ASI hanya sejumlah yang dapat dihabiskan anak dalam waktu 1 jam, jika masih ada sisa, buang.

Jika ibu menggunakan botol untuk memberikan susu kepada anaknya :
 Anjurkan untuk menggantikan botol dengan cangkir/mangkuk/gelas
 Peragakan cara memberikan susu dengan cangkir/mangkuk/gelas

Jika anak tidak diberikan makan secara aktif, nasehati ibu untuk :
 Duduk disamping anak dan membujuk anak agar mau makan
 Memberi makanan dalam porsi yang cukup dengan piring atau mangkuk tersendiri
 Mengamati apak yang disukai anak dan mempertimbangkan hal ini pada waktu menyiapkan makanan anak.

Jika anak tidak diberi makanan yang baik selama sakit, nasehati ibu untuk :
 Memberi ASi lebih sering dan lebih lam, bila mungkin
 Memberi makanan yang lembek, bervariasi, menarik dan disukai anak, beri dalam porsi sedikit tapi sering
 Membersihkan hidungnya yang buntu/tersumbat, jika hal itu mempengaruhi makannya.
 Tetap mendorong anak untuk makan, karena nafsu makan menjadi lebih basik setelah keadananak membaik.
 Kunjungan ulang untuk masalah pemberian makan setelah 5 hari.
---
d. Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit :
 Untuk setiap anak sakit
- Berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali meneteki
- Tingkatkan pemberian cairan
 Untuk anak diare
- Pemberian cairan tambahan akan dapat menyelamatkan nyawa anak
- beri cairan sesuai rencana terapi A atau B pada bagan obat.

e. Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan
Kunjungan ulang:
Menasehati ibu untuk datang kembali sesuai waktu yang paling awal untuk permasalahan anaknya
Tabel. 23 Jadwal Kunjungan Ulang
Anak dengan : Kunjungan ulang
Penumonia, Disentri, Malaria (jika masih demam), Demam-mungkin bukan malaria (jika masih demam)
Campak dengan komplikasi pda mata dan mulut,
Mungkin DBD (jika masih demam), Demam bungkin bukan DBD (jika masih demam) 2 hari
Diare persisten, Infeksi telinga kronis, masalah pemberian makan, Penyakit lain, jika tidak ada perdarahan. 5 hari
Anemia 4 minggu/1 bulan
Berat badan menurut umur sangat rendah (BGM) 4 minggu/1 bulan
Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004
 Kunjungan berikutnya untuk anak sehat:
Nasehati ibu kapan harus kembali untuk imunisasi dan vitamin A berikutnya sesuai jadwal yang ditetapkan

 Kapan harus kembali segera:
Nasehati ibu agar kembali segera bila ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
setiap anak sakit : - tidak bisa minum atau menetek
- Bertambah parah
- Timbul demam
 Anak dengan batuk bukan pneumonia, juga kembali jika:
- Napas cepat
- Sukar bernafas

 Jika anak : mungkin DBD atau demam-mungkin bukan DBD, juga harus kembali jika:
- Ada tanda-tanda perdarahan
- Ujung ekstremitas dingin
- Nyeri ulu hati atau gelisah
- Sering muntah
(Buku Bagan, Manajemen Terpadu Balita sakit, Depkes RI, 2004).



B. Kerangka Konsep
Berdasarkan telah pustaka yang ada, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Dalam pelaksanaan manajemen balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun petugas kesehatan/bidan harus mampu melakukan penilaian dan pemeriksaan sesuai dengan prosedur tetap MTBS. Berdasarkan hal tersebut kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun

C. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional diperlukan untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang di teliti atau diamati. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan, serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2005)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun oleh tenaga kesehatan atau bidan di puskesmas tentang penilaian terhadap semua gejala yang ditemukan, memeriksa tanda bahaya umum, mengklasifikasikan gejala yang ditemukan, melakukan tindakan/pengobatan, memberikan konseling bagi ibu, dan mendokumentasikan temuan pada formulir tatalaksana balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Pelaksanaan adalah proses atau cara melakukan suatu kegiatan, dalam penelitian ini khususnya pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.

"

Blog Archive