Saturday, February 27, 2010

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN


PENDAHULUAN

BAB I

Latar Belakang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, manusia senantiasa berusaha u=
ntuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. Hal ini terbukti den=
gan pesatnya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan dalam rangka memecahkan mas=
alah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk di dunia. Dan seiring itu siste=
m pelayanan keperawatan di berbagai negara maju dan negara berkembang juga =
mengalami kemajuan/perubahan.
Isitilah proses keperawatan dan kerangka kerjanya merupakan ilmu yang relat=
if baru. Pada tahun 1955 Hall memulai istilah proses keperawatan dan sejak =
itulah para ilmuwan keperawatan menguraikan proses keperawatan secara ilmi=
ah dengan berbagai pendapat. Weiden Bach pada tahun 1963 menguraikan asuhan=
keperawatan menjadi 3 tahap yang meliputi observasi, bantuan untuk pertolo=
ngan dan validasi. Later Knowles (1967) mengatakan bahwa dalam praktek kepe=
rawatan menganjurkan 5 D yaitu discover (menemukan), delve (menyelidiki), d=
ecide (memutuskan), do (melaksanakan) dan discriminate (membedakan).
Selanjutnya Gabbie dan Lavin (1975) mengemukakan bahwa esensi dari model=
- model keperawatan yang ada menggambarkan 4 konsep yang sama yaitu :
-Orang yang menerima asuhan keperawatan.
-Lingkungan (masyarakat).
-Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit).
-Keperawatan dan perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi).
Melihat gambaran di atas Penulis mencoba menganalisa dan mengaplikasikan mo=
del konsep keperawatan yang dikemukakan oleh Sister Calista Roy (stress dan=
adaptasi Roy) ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia.
=20
Masalah.
Dengan adanya ragam model model keperawatan dan dari masing =E2=80=93 masin=
g model konseptual tersebut mempunyai gambaran inti yang sama (Gabbie & La=
vin, 1975), maka untuk mengaplikasikan model konsep keperawatan menurut Si=
ster Calista Roy ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia, muncul=
berbagai masalah antara lain :
Bagaimana cara menerapkan model konseptual secara optimal terhadap kasus pe=
nyakit yang dialami oleh penderita?
Bagaimana strategi yang digunakan oleh perawat dengan adanya ragam kultur/b=
udaya masyarakat Indonesia?
Bagaimana peranan perawat, mengingat secara ratio antara jumlah peawat deng=
an pasien di lapangan masih belum seimbang? =20

Tujuan.
Tujuan Umum.
Perawat Indonesia dapat menerapkan model konseptual keperawatan Sister Cali=
sta Roy yang menggunakan pendekatan metode ilmiah dalam system pelayanan ke=
sehatan.
Tujuan khusus.
1.Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual SisterCalista Roy=
.
2.Mampu memahami konsep dasar/asumsi dasar dalam model konseptual stress da=
n adaptasi Roy.
3.Mampu menjelaskan komponen =E2=80=93 komponen model konsep keperawatan Si=
ster Calista Roy.
4.Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan Sister Calista =
Roy.
5.Mampu menjelaskan hubungan model konsep keperawatan Sister Calista Roy de=
ngan proses keperawatan yang ada di Indonesia.

B A B II
TINJAUAN TEORI

Dasar Pengembangan Teori.
Filosofi
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahu=
n 1964. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep =
dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system model yang e=
sensial dalam keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk bio=
psikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manus=
ia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi per=
soalan tersebut Roy mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan koping atau mek=
anisme pertahanan diri, berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal =
untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari kead=
aan lingkungan sekitarnya. Jadi ada 5 faktor penting dari Roy adalah manusi=
a, sehat, sakit, lingkungan dan keperawatan yang saling terkait.

Asumsi Dasar.
Asumsi adalah pernyataan dari fakta =E2=80=93 fakta atau anggapan yang dite=
rima sebagai dasar teori untuk konsep =E2=80=93 konsep dari disiplin ilmu t=
ertentu. Beberapa model keperawatan menggambarkan asumsi dari adaptasi teo=
ri =E2=80=93 teori yang lainnya dari system teori yang lain (teori system,=
teori adaptasi Nelsen dan fisiologi dari nilai =E2=80=93 nilai manusia).

Pola Pengembangan Ilmu.
Pola pengembangan ilmu keperawatan adalah yang terkait dengan keputusan =E2=
=80=93 keputusan tentang komponen =E2=80=93 komponen ilmu, filosofi tidak d=
idasarkan terhadap hal yang bersifat empiris, suatu keyakinan, merupakan su=
atu pertanyaan yang terkait terhadap praktek keperawatan dana mempengaruhi =
filosofi disiplin ilmu.
=09Model konsep Calista Roy didasarkan pada model adaptasi. Modelnya merupa=
kan contoh yang baik bagaimana ilmu itu diambil menjadi hal yang unik dalam=
keperawatan. Hal ini merupakan kombinasi pemikiran yang ditarik secara div=
ergen seperti system. Stress dan adaptasi menurut Roy, keberadaan manusia =
merupakan kumpulan biopsikososial yang berada di dalam lingkungan.
=09Vocal residual, conceptual. Rangsangan pada manusia dan bersifat utuh d=
an menimbulkan keutuhan =E2=80=93 keutuhan yang terkait dengan model adapta=
si yang meliputi kebutuhan fisiologis, peran, fungsi dan interdependen mel=
alui 2 mekanisme adaptasi yaitu regulator dan cognator individu dapat menun=
jukkan respon adaptasi yang berhasil dan gagal (respon tidak efektif yang m=
embutuhkan intervensi keperawatan).
=09Penekanan model Roy dikaitkan dengan kerja yang berkelanjutan, dilanjutk=
annya ke pendidikan praktek dan penelitian serta diteruskan ke perubahan =
=E2=80=93 perubahan dalam model =E2=80=93 model untuk memaksimalkan kejadia=
n empiris. Model Roy merupakan suatu system.

Komponen Model.
Roy dalam menyusun model konseptualnya didasari atas nilai =E2=80=93 nilai =
sebagai berikut :
Manusia.
Roy memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang holistic dalam se=
genap aspek individu dengan bagian =E2=80=93 bagiannya berperan bersama mem=
bentuk kesatuan ditambah manusia sebagai system yang berada dalam interaksi=
yang konstan dengan lingkungan antara system dan lingkungan terjadi pertuk=
aran informasi, materi dan energi.
=09Ini menunjukkan system =E2=80=93 system kehidupan sebagai system yang te=
rbuka. Sel adalah system kehidupan terbuka. Sel mempunyai substansi yang ha=
rus mempertahankan dalam usaha memperbanyak diri. Keterbukaan system selanj=
utnya menunjukkan pertukaran yang konstan dari informasi, materi dan energi=
antara system dan lingkungan. Interaksi ini juga diterapkan pada manusia. =
Interaksi konstan manusia dengan lingkungannya ditandai oleh perubahan =E2=
=80=93 perubahan interna dan eksterna, selanjutnya perubahan ini mengharusk=
an manusia mempertahankan integritasnya yaitu adaptasi terus menerus. Diagr=
am di bawah digunakan Roy untuk menggambarkan system adaptasi manusia.=20
=09Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus. Stimulus ini adalah unit da=
ri informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai respon=
. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi manusia berperan sebagai system=
adaptasi. Tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus manusia yang dapat me=
ngadaptasikan responnya dengan usaha yang wajar.

=09Gambaran dari manusia sebagai system adalah tingkah laku interna maupun =
eksterna. Selanjutnya adaptasi manusia tersebut dapat diukur, diamamti kelu=
han =E2=80=93 keluhan subyektif yang merupakan umpan balik dari system ini.=
Roy mengkategorikan hasil system sebagai respon adaptaif dan inefektif. Re=
spon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia yaitu semua =
tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup=
, tumbuh, produksi dan kekuasaan.
Roy menggunakan isitilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses pengenda=
lian manusia sebagai system adaptasi. Roy menggunakan mekanisme yang disebu=
t regulator dan cognator sebagai sustu system dari system adaptasi.
Subsistem regulator mempunyai komponen sistm input, proses dan ouput. Stim=
ulus output mungkin berasal dari dalam manusia. Penghubung =E2=80=93 penghu=
bung system regulator adalah kimia, neural atau endokrin. Respon otonomi ya=
ng merupakan respon =E2=80=93 respon saraf bagian otak dan spinal dihasilka=
n sebagai output. Tingkah laku dalam subsistem regulator, jaringan dan orga=
n target dibawah kontrol endokrin juga menghasilkan tingkah laku regulator.=
Akhirnya Roy menunjukkan respon psikomotor dari system saraf pusat sebaga=
i pusat system regulator.
Sub system yang lain adalah sub sistem cognator. Rangsangan ke subsistem c=
ognator juga berasal dari luar dan dalam. Ouput dari subsistem regulator da=
pat diumpan balik merangsang subsistem cognator. Proses =E2=80=93 proses pe=
ngendalian cognator dihubungkan ke fungsi yang lebih tinggi dari otak yaitu=
persepsi atau pengolah informasi yang berhubungan dengan proses interna da=
ri perhatian yang dipilih, ditunjukkan dan ingatan. Pemecahan masalah dan p=
embuatan keputusan adalah proses mencari bentuk.
Dalam mempertahankan integritas manusia, regulator dan cognator sering dian=
ggap berperan bersama =E2=80=93 sama. Tingkat adaptasi dari system manusia =
dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari mekanisme koping. =
Dalam gambaran lebih lanjut tentang proses interna manusia sebagai subsiste=
m adaptasi, Roy menjelaskan system efektor atau model adaptasi yang terdiri=
dari 4 efektor :
1.Model adaptasi fisiologis, terdiri dari :
-oksigenasi
-nutrisi
-eliminasi
-aktivitas dan istirahat
-sensori
-cairan dan elektrolit
-integritas kulit
-fungsi saraf
-fungsi endokrin dan reproduksi
2.Konsep diri.
Menunjukkan pada nilai, kepercayaan, emosi, cita =E2=80=93 cita serta perha=
tian yang diberikan untuk mengetahui keadaan fisik sendiri.
3.Fungsi peran.
Menggambarkan hubungan interaksi perorangan dengan orang lain yang tercermi=
n pada peran pertama, kedua dan seterusnya.
4.Model ketergantungan.
Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi da=
lam hubungan antar manusia dengan individu dan kelompok.
=20
Tujuan Keperawatan.
Roy mendefinisikan tujuan keperawatan sebagai peningkatan dari respon adapt=
asi keempat model adaptasi. Kondisi seseorang ditentukan oleh tingkat adapt=
asinya, apakah berespon secara positif terhadap rangsang interna atau ekste=
rna. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsangan baik fokal, konte=
kstual maupun residual. Yang dimaksud dengan tiga rangsang tersebut adalah=
:
1.Fokal stimuli
Rangsangan yang segera dihadapi oleh manusia dan merupakan tingkatan yang p=
aling tinggi dari perubahan atau kelainan.
2.Kontekstual stimuli
Semua rangsangan dari manusia baik interna maupun eksterna dapat diamati, d=
iukur atau subyektifitasnya yang dilaporkan secara obyektif oleh pasien.=20
3.Residual stimuli.
Rangsangan yang membentuk karakteristik dari seseorang sesuai dengan stuasi=
atau tidak, hal ini sulit untuk dimulai.

-Konsep kesehatan.
Roy mengidentifikasi sebagai status dan proses dari keadaan yang digabungka=
n dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan=
hidup, berkembang, tumbuh dan produksi serta memimpin.

-Konsep lingkungan.
Roy mendefinisikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua keadaan, ko=
ndisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta tingkah la=
ku individu dan kelompok.
=20
-Arah tindakan.
Aktivitas perawatan direncanakan oleh model sebagai peningkatan respon adap=
tasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang =
merupakan tindakan perawat memanipulasi stimuli fokal, kontekstual dan resi=
dual yang menyimpang pada manusia. Rangsangan fokal dapat dirubah tetapi pe=
rawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan kon=
tekstual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon seku=
nder yang tidak efektif pada rangsangan yang sama pada keadaan tertentu. Pe=
rawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat re=
gulator, cognator dan mekanisme koping.=20

B A B III
PROSES KEPERAWATAN

=09Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat bah=
wa pasien harus dipandang sebagai manusia yang utuh (pandangan yang menyelu=
ruh) baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pas=
ien pun harus dipandang sebagai suatu system yang dapat hidup melalui inter=
aksi yang konstan dengan lingkungannya.

Hubungan Teori Roy dengan Proses Keperawatan.
Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau melaksanakan=
proses keperawatan melalui elemen =E2=80=93 elemen Roy meliputi :
-Pengkajian tingkat pertama (I).
Tahap ini ditujukan untuk menentukan sekumpulan tingkah laku sebagai system=
adaptasi yamg berhubungan dengan empat model adaptasi melalui pendekatan y=
ang sistematis dan menyeluruh (holistic) kemudian perawat mengklarifikasi =
menjadi fokus pembahasan/penanganan.=20
-Pengkajian tingkat kedua (II).
Sebagai kelanjutan dari pengkajian tingkat pertama, perawat menganalisa mas=
alah =E2=80=93 masalah keperawatan yang muncul dari gambaran tingkah laku k=
lien sebagai respon yang tidak spesifik atau mengidentifikasi respon yang a=
daptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Hal lain yang menjadi perhatia=
n perawat pada tahap ini adalah mengumpulkan data tentang rangsangan kontek=
stual dan residual yang menyimpang kemudian mengklarifikasikan tentang etio=
logi masalah yang muncul tersebut.
-Perumusan diagnosa keperawatan
Roy menganalisa tiga metode pembuatan diagnosa keperawatan dengan cara seba=
gai berikut : (a) memakai tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan =
dihubungkan dengan empat model adaptasi dari Roy, (b) merumuskan diagnosa d=
engan mengobservasi tingkah laku sepanjang rangsangan masih berpengaruh, (c=
) kesimpulan satu atau lebih model adaptasi yang berhubungan dengan respon =
yang sama.
-Penentuan tujuan keperawatan.
Tujuan adalah akhir tngkah laku pasien yang akan dicapai. Hal tersebut terg=
ambar dalam tingkah laku pasien yang menunjukkan resolusi dari masalah adap=
tasi. Tujuan jangka panjang menggambarkan akhir dari masalah adaptasi dan k=
emungkinan kemampuan pada tujuan lain (hidup, tumbuh, reproduksi, dan kekua=
saan). Tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang diharapkan dari tingkah l=
aku klien setelah memanipulasi penyebabnya, pendorong dan rangsangan sisa =
seperti keadaan tingkah laku klien yang menunjukkan koping =E2=80=93 koping=
cognator dan regulator. Tujuan ini sebaiknya dibuat sesuai kemampuan klien=
.=20
-Intervensi keperawatan.
Pelaksanaan perawatan direncanakan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi=
stimuli foka,l, kontekstual dan residual. Intervensi mungkin juga difokusk=
an pada kemampuan koping individu atau zone adaptasi sehingga seluruh rangs=
angan sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi.=20
-Evaluasi.
Proses keperawatan dilengkapi dengan evaluasi, tujuan tingkah laku dibandin=
gkan dengan tingkah laku keluaran seseorang. Penyusunan kembali terhadap tu=
juan dan intervensi berdasarkan evaluasi data.
=09
Hubungan Teori dan Praktek Keperawatan.
Menurut Roy proses keperawatan meliputi pengkajian pertama, pengkajian kedu=
a, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Jadi antara=
teori dan praktek keperawatan ada hubungannya yang akan kita bahas di bawa=
h ini.
Physiologic mode.
Oksigenasi (oxygenation).
kekurangan oksigen (hypoxia)
shock
kelebihan oksigen (overload)
Kebutuhan nutrisi (nutrition).
kekurangan nutrisi (malnutrition).
mual =E2=80=93 mual (nausea).
muntah (vomiting)
Eliminasi (elimination)
konstipasi (constipation)
diare (diarrhea)
buang air besar tidak terasa (incontinence)
retensi BAK (urinary retention).
Aktivitas dan istirahat (activity and rest).
aktivitas fisik yang tidak adekuat (inadequate physical activity).
potensial kerusakan jaringan
istirahat tidak cukup
tidak bisa tidur (insomnia).
kurang tidur (sleep deprivation)
istirahat yang berlebihan.
Integritas kulit (skin integrity).
gatal (itching)
kulit kering (skin dry)
luka karena tekanan (pressure sores)
Model konsep diri (self concept mode).
Gambaran diri (physical self)
penurunan konsep seksual
perilaku seksual yang agresif
kehilangan anggota badan
Konsep diri (personal self)
Cemas (anxiety)=20
tak berdaya (powerlessness)
perasaan bersalah (guilt)
rasa rendah diri (low self esteem)
Model fungsi peran (role function mode)
Transisi peran (role trantition)
Kehilangan peran (role distance)
Konflik peran (role conflict)
Kegagalan peran (role failure).
Model ketergantungan (interdependence mode).
Cemas karenaa perpisahan (separation anxiety).
Kesepian (loneliness).

PENUTUP

Kesimpulan.
Setelah melakukan pendalaman & eksplorasi terhadap model konseptual Sister =
Calista Roy maka Penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
-Model konseptual Sister Calista Roy menekankan pola asuhan pada adaptasi s=
ehat atau sakit
-Model konseptual Sister Calista Roy terbagi dalam 5 elemen dasar yaitu man=
usia, tujuan perawatan, lingkungan, konsep kesehatan dan arah tindakan.
-Model konseptual Sister Calista Roy dalam proses keperawatan terdiri 6 el=
emen yaitu :
1.Pengkajian pertama.
2.Pengkajian kedua.
3.Diagnosa keperawatan.
4.Penentuan tujuan
5.Intervensi.
6.Evaluasi.

Saran.
Setelah pelaksanaan eksplorasi model konseptual Sister Calista Roy Penulis =
dapat memberikan saran sebagai berikut :
-Model konseptual Sister Calista Roy cukup baik untuk diterapkan pada pasie=
n yang menghadapi gangguan psikologis.
-Model konseptual Sister Calista Roy perlu diujicobakan pada ruang geriatri=
c, bangsal jiwa dan bangsal umum dengan masalah psikologis.
-Model konseptual Sister Calista Roy mungkin perlu diujicobakan pada rumah =
sakit jiwa di negara Indonesia dalam rangka meningkatkan asuhan keperawatan=
.

DAFTAR PUSTAKA

-Doenges, Marillyn E, et.al, (1989), Psychiatrics Care Plants : Guidelines =
for Client Care, F.A. Davis Company, Philadelphia.

-Gaffar Jumadi La Ode, (1999), Pengantar Keperawaan Profesional, EGC, Jakar=
ta.

-George, Julia B, (1990), Nursing Theories : The Basic for Professional Nur=
sing Practice, Practice Hall International Inc, New Jersey.

-Gordon, Majory, (1992), Manual of Nursing Diagnosis, Mosby Years Book, St.=
Louis.

-Henderson, Virginia, (1990), Nursing Models A Major Steps Towards : Profes=
sional Autonomy, Mosby Years Book, New York.

-Mediana, Dwidiyanti, (1998), Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Akper=
Depkes, Semarang.

Blog Archive