Wednesday, February 9, 2011

Menakar Kelayakan Palangkaraya Sebagai Ibu Kota Indonesia Masa Depan

Secara resmi pembangunan kota Palangka Raya sebagai Ibukota Kalimantan Tengah baru dimuali pada tanggal 17 Juli 1957. Peristiwa tersebut ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan kota Palangka Raya oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pada pukul 10.00 WIB (ada yang menyebut Jam 10.17 WIB). Tugu peletakan batu pertama pembangunan kota Palangka Raya ini berada di jalan S. Parman, tepat di depan perkantoran DPRP Provinsi Kalimantan Tengah.

Inilah monumen peletakan batu pertama kota Palangkaraya oleh Presiden pertama RI Soekarno

Inilah monumen peletakan batu pertama kota Palangkaraya oleh Presiden pertama RI Soekarno


Kendati demikian, keberadaan Palangka Raya sebagai daerah pemukiman penduduk telah berlangsung sejak sekitar abad 18 Masehi. Sejarah mencatat, terbentuknya Kota Palangka Raya bermula dari Pedukuhan Bayuh di pesisir Sungai Kahayan, tepatnya di Gang Pesanggrahan, Kelurahan Pahandut sekarang. Presiden Soekarno pernah berencana menjadikan Palangkaraya sebagai Ibu Kota Republik Indonesia pada tahun 1950-an, namun gagasan ini gagal diwujudkan akibat kesulitan bahan bangunan.


Prasasti bersejarah kota Palangkara

Prasasti bersejarah kota Palangkara


Presiden Soekarno sudah memperhitungkan di masa depan kondisi Jakarta sebagai ibu kota negara bakal semakin padat dan mungkin secara geografis karena berada di barat wilayah Indonesia menjadi terlalu jauh untuk dijangkan dan menjangkau kawasan timur Indonesia yang punya potensi sangat besar. Konsep yang mungkin dicita-citakan adalah sebagaimana Washinton DC nya Amerika, atau Canberra nya Australia.


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih dari daerah pemilihan Kalimantan Timur, Desmond Mahesa, menilai kota paling cocok di Pulau Kalimantan untuk menjadi Ibukota adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ada beberapa alasan Desmond mendukung Palangkaraya.


“Ini sebetulnya bukan hal yang baru karena sebelumnya Soekarno pun pernah mendesain hal ini kan,” kata Desmond Senin 26 Juli 2010. “Kalau memang mengikuti hitung-hitungannya Bung Karno dulu, ya memang di Kalimantan Tengah lebih cocok: Palangkaraya,” kata politisi Partai Gerakan Indonesia Raya itu. Desmond menilai, Palangkaraya secara geografis dan pertahanan, cocok sebagai Ibukota. Kemudian, bicara pengembangan Indonesia, Palangkaraya masih terbuka luas untuk dikembangkan.


“Bicara mengenai pengembangan Indonesia ke depan tentunya usulan ini saya dukung. Kita di Jakarta sekarang sudah terjebak dengan situasi macet dan macam-macam kan,” ujarnya. Desmond lebih mendukung Kalimantan Tengah daripada Kalimantan Timur yang menjadi dapilnya karena alasan pertahanan. “Kalau menurut saya, Kalimantan Timur terlalu dekat dengan negara lain. Dari segi pemikiran Bung Karno, hal itu tidak tepat. Itu kan dalam rangka persoalan pertahanan kan,” katanya.


Kota Palangkaraya kini, mungkinkan bisa menjadi kota harapan untuk Indonesia masa depan, letaknya yang ditengah memudahkan dijangkau dan terjangkau dari seluruh wilayah Indonesia

Kota Palangkaraya kini, mungkinkan bisa menjadi kota harapan untuk Indonesia masa depan, letaknya yang ditengah memudahkan dijangkau dan terjangkau dari seluruh wilayah Indonesia


Dari segi infrastruktur pun, kawasan tengah lebih mudah dibangun daripada yang di timur. “Ditambah lagi kalau di tengah itu kan letaknya di tengah-tengah Kalimantan sehingga jadi untuk distribusi informasi dan macam-macamnya untuk jangka panjang kan lebih cocok,” ujarnya.


Kemarin Wakil Ketua Komisi II Teguh Juwarno melempar isu pemindahan Ibukota ke Pulau Kalimantan. Menurut Teguh, kemacetan dan potensi bencana alam di Jakarta sudah cukup menjadi alasan memindahkan Ibukota seperti yang digagas Bung Karno dulu.


Semoga saja hal ini menjadi sebuah dorongan positif untuk menggairahkan potensi wilayah timur Indonesia yang saat ini masih belum tergarap secara lebih serius dan efektif. Baik pembangunan SDM nya maupun SDA nya.



ref: Dayakpos, Vivanews

Blog Archive