Sunday, June 6, 2010

Ketika Sang Teknologi Menjajah Manusia

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yakni makhluk yang tidak bisa hidup sendirian. Dimanapun dan kapanpun, setiap individu pasti akan berinteraksi satu dengan yang lainnya karena mereka memang saling membutuhkan. Dimensi manusia sebagai makhluk sosial ini, tidak hanya sebatas pada interaksi-interaksi singkat melainkan setiap manusia bisa dipastikan membutuhkan adanya kedekatan personal entah itu kepada orang tua, sahabat, anggota keluarga, atau siapapun yang mereka percayai.

Namun kini zaman telah berubah dan telah mengalami perkembangan yang amat pesat terutama dalam bidang teknologi. Peralatan-peralatan canggih mulai berhasil diciptakan. Mulai dari sekedar konsep telepon genggam yang awalnya sangat besar hingga telepom genggam yang memiliki fitur yang maksimal. Belum lagi ditambah dengan pengembangan robot yang semakin merajalela hingga sekarang.

Menjajah atau membantu
Di tengah zaman yang terus berkembang ini, ada suatu pertanyaan mendasar yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara manusia yang sekarang dengan manusia yang lainnya serta hubungannay dengan perkembangan teknologi itu sendiri, yakni: apakah teknologi yang ada sekarang bersifat menjajah atau membantu manusia?

Memang pada dasarnya, teknologi diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Telepon genggam misalnya diciptakan untuk mempermudah komunikasi antara manusia meskipun harus terpisah secara jarak. Komputer dan perangkat-perangkat elektronik lainnya diciptakan untuk membantu pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan administratif yang selanjutnya juga menjadi pembantu dalam kegiatan disain dan lain sebagainya. Robot pun diciptakan untuk membantu manusia menjalankan tugas-tugas yang hampir tidak mungkin dilakukan oleh manusia.

Namun, sayangnya, teknologi dewasa ini cenderung lebih digunakan untuk membuat manusia terisolir dari hakikatnya sebagai manusia. Manusia yang demikian seperti terjajah oleh teknologi hanya saja mereka tidak menyadarinya. Jika hal ini berlanjut terus, maka hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan rusak dan dimensi manusia sebagai makhluk sosial yang seharusnya berinteraksi satu dengan lainnya akan dipersempit menjadi hanya sebatas bertemu, menyapa, dan akhirnya berkutat pada dirinya masing-masing.

Memang, benar kata orang yang menyatakan bahwa teknologi itu mampu untuk mendekatkan yang jauh. Namun, ada implikasi lainnya juga yakni juga sekaligus menjauhkan yang dekat. Beberapa kali penulis sering melihat ketika orang-orang sekarang berkumpul, nampak sangat jarang ada perbincangan diantara mereka. Yang jelas-jelas nampak adalah mereka semua sibuk berkutat dengan blackberry nya masing-masing seolah-olah mereka memang tidak sedang berkumpul dengan orang lain. Percakapan hanya terjadi saat makan, misalnya, dan berhenti sesudahnya karena lagi-lagi mereka berkutat dengan perangkat teknologi mereka. Dari hal inilah nampak jelas implikasi dari teknologi bahwa ia mampu untuk mendekatkan yang jauh serta menjauhkan yang dekat.

Bukan hanya berhenti pada perangkat komunikasi saja. Implikasi dari kecanggihan teknologi ini dapat juga terlihat pada penggunaan robot-robot yang semakin hari semakin canggih. Bukannya bersikap paranoid terhadap keberadaan robot, namun apakah bukan sesuatu hal yang mungkin jika kemudia di suatu abad nanti robot akan menggantikan posisi manusia bahkan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya sepele dan sebenarnya lebih membutuhkan sisi afektif daripada hanya sekedar normatif menolong?

Hal ini, misalnya, terjadi jika ada robot yang diatur untuk menjaga bayi di rumah. Meskipun ini hanya permisalan, namun bukan berarti hal ini tidak mungkin terlaksana apalagi dalam zaman yang terus berkembang seperti ini. Dalam konteks di atas, apakah pantas kita memberikan kepercayaan pengasuhan bayi hanya kepada robot sedangkan kita asik berkutat pada kehidupan kita? Bukankah harga sebuah sentuhan untuk bayi lebih mahal daripada harga untuk membeli sebuah robot?

Selain itu, hal yang mungkin terjadi juga adalah jika pekerjaan manusia seluruhnya digantikan oleh robot. Apakah ini tidak akan menimbulkan pengangguran yang akan menurunkan kesejahteraan masyarakat yang biasa-biasa saja? Tentu saja hal ini akan menyangka prinsip bahwa manusia sebenarnya adalah subjek kerja dan bukan robot yang menjadi subjek kerja, sebab dalam pekerjaannya manusia selalu berusaha untuk menjadikan hidupnya lebih baik.

Bukan tidak mungkin ada suatu zaman di depan dimana manusia telah kehilangan kodratnya sebagai makhluk sosial akibat dari teknologi yang tadinya diciptakan untuk mempererat hubungan antarmanusia tersebut. Selain itu, potensi penajajahan manusia oleh teknologi pun bukan tidak mungkin untuk terjadi. Dalam hal ini, manusia telah kehilangan jati dirinya sebagai makhluk sosial dan oleh karena itu mereka sedang terjajah oleh produk buatannya sendiri.

Yang bisa menghindari hal ini terjadi adalah manusia itu sendiri. Teknologi boleh saja terus berkembang asal pemanfaatannya memang ditujukan untuk hal yang tepat, untuk hal-hal yang memang membutuhkan bantuan teknologi. Akan lebih baik juga jika manusia zaman sekarang juga mulai memerhatikan kondisi sosial disekitarnya. Perangkat teknologi bisa dijadikan sarana untuk melakukan hal tersebut.

Manusia dari dulu hingga ke depan tetaplah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Bisa dibayangkan apa jadinya dunia dengan manusia yang individualis, hanya berkutat pada perangkat teknologinya masing-masing dan seolah-olah berinteraksi padahal tidak nyata? Nampaknya dunia ini akan terasa tidak ramah. Hal itu terjadi ketika penjajahan teknologi atas manusia sudah terlaksana.

sumber : http://ruangbacaan.blogspot.com/2010/06/ketika-sang-teknologi-menjajah-manusia.html

Blog Archive