Showing posts with label Surveilans Penyakit. Show all posts
Showing posts with label Surveilans Penyakit. Show all posts

Wednesday, February 24, 2010

Influenza A virus subtype H5N1

Influenza A virus subtype H5N1

Influenza A virus subtype H5N1, also known as A(H5N1) or simply H5N1, is a subtype of the Influenza A virus which can cause illness in humans and many other animal species.[1] A bird-adapted strain of H5N1, called HPAI A(H5N1) for 'highly pathogenic avian influenza virus of type A of subtype H5N1', is the causative agent of H5N1 flu, commonly known as 'avian influenza' or 'bird flu'. It is endemic in many bird populations, especially in Southeast Asia. One strain of HPAI A(H5N1) is spreading globally after first appearing in Asia. It is epizootic (an epidemic in nonhumans) and panzootic (affecting animals of many species, especially over a wide area), killing tens of millions of birds and spurring the culling of hundreds of millions of others to stem its spread. Most references to 'bird flu' and H5N1 in the popular media refer to this strain.



HPAI A(H5N1) is an avian disease. There is no evidence of efficient human-to-human transmission or of airborne transmission of HPAI A(H5N1) to humans. In almost all cases, those infected with H5N1 had extensive physical contact with infected birds. Still, around 60% of humans known to have been infected with the current Asian strain of HPAI A(H5N1) have died from it, and H5N1 may mutate or reassort into a strain capable of efficient human-to-human transmission. In 2003, world-renowned virologist Robert Webster published an article titled 'The world is teetering on the edge of a pandemic that could kill a large fraction of the human population' in American Scientist. He called for adequate resources to fight what he sees as a major world threat to possibly billions of lives.[3] On September 29, 2005, David Nabarro, the newly-appointed Senior United Nations System Coordinator for Avian and Human Influenza, warned the world that an outbreak of avian influenza could kill anywhere between 5 million and 150 million people.[4] Experts have identified key events (creating new clades, infecting new species, spreading to new areas) marking the progression of an avian flu virus towards becoming pandemic, and many of those key events have occurred more rapidly than expected.

Due to the high lethality and virulence of HPAI A(H5N1), its endemic presence, its increasingly large host reservoir, and its significant ongoing mutations, the H5N1 virus is the world's largest current pandemic threat, and billions of dollars are being spent researching H5N1 and preparing for a potential influenza pandemic.[5] At least 12 companies and 17 governments are developing pre-pandemic influenza vaccines in 28 different clinical trials that, if successful, could turn a deadly pandemic infection into a nondeadly one. Full-scale production of a vaccine that could prevent any illness at all from the strain would require at least three months after the virus's emergence to begin, but it is hoped that vaccine production could increase until one billion doses were produced by one year after the initial identification of the virus.[6]

H5N1 may cause more than one influenza pandemic as it is expected to continue mutating in birds regardless of whether humans develop herd immunity to a future pandemic strain.[7] Influenza pandemics from its genetic offspring may include influenza A virus subtypes other than H5N1.[8] While genetic analysis of the H5N1 virus shows that influenza pandemics from its genetic offspring can easily be far more lethal than the Spanish Flu pandemic[9], planning for a future influenza pandemic is based on what can be done and there is no higher Pandemic Severity Index level than a Category 5 pandemic which, roughly speaking, is any pandemic as bad as the Spanish flu or worse; and for which all intervention measures are to be used
wikipedia.org

"

Sunday, February 7, 2010

Rubella

Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

Infeksi rubela hampir dapat ditemukan di setiap tempat, tetapi akhir-akhir ini jarang ditemukan di AS. Sejak upaya imunisasi pada masa kanak-kanak diwajibkan dan surveilens imunitas pada populasi berisiko tinggi diting¬katkan, jumlah kasus CRS menurun. Imunisasi menjangkau hampir semua wilayah Amerika Serikat, tetapi tidak demikian di negara-negara lain. Akibatnya, upaya pem¬basmian tidak mudah dilakukan. Perhatian terhadap kelompok berisiko tinggi serta pemberian vaksin yang berkelanjutan bagi anak-anak, remaja, dan mereka yang diketahui belum mendapat imunisasi merupakan upaya perlindungan yang memadai.

Kebanyakan kasus rubella di AS dialami oleh dewasa muda kelompok Hispanik yang lahir di luar AS, dan kebanyakan bayi dengan CRS lahir dari ibu yang bukan orang asli AS. Pemeriksaan kekebalan tubuh pada wanita usia subur, khususnya mereka yang berisiko tinggi terpajan rubela, akan membantu pencegahan CRS.

Tempat-tempat dengan risiko pajanan dan penularan penyakit harus memiliki dua komponen program perawatan kesehatan, yakni memastikan status kekebalan wanita usia subur terhadap rubela dan ketersediaan vaksin rubela. Tempat tersebut antara lain: fasilitas rawat satu hari, sekolah, kampus, penjara, dan pemukiman padat lain.

ACIP telah merekomendasikan supaya vaksin MMR diberikan kepada semua wanita usia subur (misal, remaja puteri dan wanita premenopause) _yang diketahui tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman rubela. Upaya harus digalakkan guna memastikan bahwa semua wanita usia subur yang reRata Penuhntan, khususnya mereka yang dibesarkan di wilayah yang tidak memungkinkan pemberian vaksin rubela, dapat divaksinasi dengan MMR atau dapat menunjukkan bukti bahwa mereka sudah diimunisasi.

Penapisan Dalam Kehamilan
Pemeriksaan titer antibodi rubela (penghambatan hema¬glutinasi) harus dilakukan secara rutiri sebagai bagian pemeriksaan antepartum awal. Titer antibodi 1:10 atau lebih menunjukkan adanya kekebalan. Sedangkan titer di bawah 1:10 bermakna sebaliknya, dan bidan harus mencatatnya pada rekam medis wanita tersebut serta membuat jadwal pemberian imunisasi setelah ia melahirkan. Titer antibodi yang tinggi, 1:64 atau lebih, menunjukkan adanya penyakit karena ketika begitu terjadi infeksi, segera muncul respons antibodi. Pada situasi ini, bidan harus mencari tanda dan gejala penyakit, memprogramkan serangkeian pemeriksaan titer antibodi, lalu melakukan konsul dengan dokter.

Pemberian vaksin rubela selama kehamilan pada wanita yang tidak kebal tidak direkomendasikan sebab vaksin adalah suatu virus hidup yang telah dilemahkan, yang secara teoretis dapat menyebabkan malformasi janin. Wanita yang tidak mengetahui bahwa mereka hamil dan menerima vaksin rubela dapat diberi penjelasan bahwa tidak akan timbul efek teratogenik akibat pemberian vaksin.

Untuk menghindari risiko, sangat bijaksana jika bidan menawarkan vaksin rubela kepada wanita yang tidak kebal terhadap rubela pada awal pascapartum. Apabila bukan pada periode pascapartum, tanyakan apakah ia hamil, jelaskan risiko yang berpotensi muncul, dan sarankan menunda kehamilannya selama satu bulan setelah mene¬rima vaksin. Jelaskan pula bahwa menyusui bukan kontraindikasi terhadap pemberian vaksin.

Diagnosis
Tanda dan gejala klinik rubela adalah sebagai berikut:
  1. Demam dengan suhu tubuh tidak terlalu tinggi
  2. Mengantuk
  3. Luka tenggorok
  4. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
  5. Pembengkakan kelenjar leher
  6. Durasinya 3 sampai 5 hari.
Penetapan diagnosis rubela agak sulit karena gejalanya bersifat subklinis sehingga kendati janin sudah terinfeksi, pada pemeriksaan klinis tidak muncul tanda atau gejala pada ibu. Apabila ibu menyadari bahwa ia telah terpajan rubela dan pada pemeriksaan laboratorium titer antibodinya di bawah 1:10 (tidak kebal), maka spesimen darah harus diambil untuk pemeriksaan serologi (IgG dan IgM) untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada dokter. Pada situasi seperti ini, kebijakan tentang pemberian hiperimmune gamma globulin berbeda-beda.

Pencegahan
Sasaran utama program imunisasi rubela ialah mencegah CRS. Komponen utama strategi pemusnahan rubela dan CRS adalah mencapai dan mempertahankan tingkat imuni¬sasi yang tinggi pada anak-anak dan dewasa, terutama pada wanita usia subur, menyelenggarakan surveilens yang akurat untuk rubella dan CRS; dan memutus mata rantai penularannya. Strategi pencegahan ini diketahui cukup efektif sejak digunakan pada akhir tahun 1970-an di Amerika Serikat.

Pemberian vaksin pada wanita usia subur yang rentan terinfeksi rubela harus menjadi bagian rutin untuk pera¬watan medis umum dan rawatjalan ginekologi, dilakukan di semua pelayanan keluarga berencana, dan diberikan rutin sebelum ibu pulang dari rumah sakit, pusat persalinan, atau pelayanan kesehatan lain.

Perhatian juga perlu diberikan kepada wanita atau anggota keluarga yang akan mengadakan perjalanan di luar benua Amerika. Karena vaksin rubela tidak diberikan secara rutin di banyak negara, disarankan agar mereka mendapat imunisasi ini dulu sebelum berangkat. Wanita hamil yang diketahui tidak mempunyai sistem kekebalan terhadap rubela disarankan menunda perjalanan sampai setelah melahirkan

Sunday, January 31, 2010

Info tentang Flu Babi atau Swine Influenza

Influenza, biasanya dikenal dengan sebutan FLU, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Swine influenza virus (SIV) merupakan Orthomyxovirus yang bersifat endemik pada populasi babi.

Swine Influenza (flu babi) adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), secara umum penyakit ini mirip influenza dengan gejala demam, batuk, pilek, sesak nafas, nyeri tenggorokan, lesu, letih dan mungkin disertai mual, muntah dan diare. Penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia (radang paru-paru), akan berakibat pada kematian.

Penyakit virus flu babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu didunia sedang terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik pada manusia yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia. Kasus tersebut terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit epizootik pada babi di Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejala klinis dan patologi dengan influensa pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu pada babi.

EPIDEMIOLOGI (Penyebaran Penyakit)

Penyebaran virus influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan. Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.

Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di. Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia.

Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italia dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.

ETIOLOGI (Penyebab Penyakit)

Penyebab influenza yang ditemukan pada babi, bersamaan dengan penyakit yang langsung menyerang manusia. Pertama kali, virus influenza babi diisolasi tahun 1930, sudah banyak aspek dari penyakit tersebut yang diungkapkan, antara lain meliputi tanda klinis, lesi (luka pada saluran pernafasan), imunitas, transmisi, adaptasi virus terhadap hewan percobaan dan hubungan antigenik dengan virus influenza lainnya serta kejadian penyakit di alam.

Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Famili Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.

Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80-120 nm. Selain influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi.


Sedangkan 2 tipe virus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift). Pergeseran antigenik tersebut sangat berhubungan dengan sifat penularan secara pandemik dan keganasan penyakit. Hal ini dapat terjadi seperti adanya genetic reassortment antara bangsa burung dan manusia.

Ketiga tipe virus yaitu influensa A, B, C adalah virus yang mempunyai bentuk yang sama dibawah mikroskop elektron dan hanya berbeda dalam hal kekebalannya saja. Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan permukaan virionnya diselubungi oleh semacam paku yang mengandung antigen haemagglutinin (H) dan enzim neuraminidase (N).

Peranan haemaglutinin adalah sebagai alat melekat virion pada sel dan menyebabkan terjadinya aglutinasi sel darah merah, sedangkan enzim neurominidase bertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus dari sel darah merah dan juga mempunyai peranan dalam melepaskan virus dari sel yang terinfeksi. Antibodi terhadap haemaglutinin berperan dalam mencegah infeksi ulang oleh virus yang mengandung haemaglutinin yang sama. Antibodi juga terbentuk terhadap antigen neurominidase, tetapi tidak berperan dalam pencegahan infeksi.

Influensa babi yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh influensa A H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa termasuk Inggris, Jepang dan Asia Tenggara disebabkan oleh influensa A H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa yang mempunyai hubungan antigenik sangat dekat dengan A/Port Chalmers/1/73 strain asal manusia. Peristiwa rekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yang dilaporkan di Jepang kemungkinan berasal dari rekombinasi H1N1 dan H3N2.

Peristiwa semacam ini juga dilaporkan di Italia, Jepang, Hongaria, Cekoslowakia dan Perancis. BEVERIDGE (1977) melaporkan bahwa pada tahun 1935, WILSON MITH menemukan virus influenza yang dapat ditumbuhkan dengan cara menginokulasikannya pada telor ayam berembrio umur 10 hari. Setelah diuji dalam 2 hari, cairan alantoisnya mengandung virus sebanyak 10.000 juta (1010) partikel karena virus tersebut dapat menyebabkan aglutinasi sel darah merah, maka dari kejadian tersebut dikembangkan uji HA dan HI.

Teknik ini kemudian digunakan sebagai cara yang termudah untuk digunakan di laboratorium. Setelah penemuan tersebut banyak para peneliti tertarik untuk mempelajari virus influenza. Oleh sebab itu, sekarang banyak ilmu pengetahuan mengenai virus influeza telah diungkapkan dibandingkan dengan virus lainnya yang menyerang manusia. Virus influenza selain dapat ditumbuhkan dalam telur berembrio juga dapat ditumbuhkan pada sejumlah biakan jaringan (sel lestari) seperti chicken embryo fibroblast (CEF), canine kidney (CK), Madin-Darby canine kidney (MDCK).

KEJADIAN PENYAKIT

Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi sering berkisar antara 1-2 hari, tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari. Penyakit ini menyebar sangat cepat hampir 100% babi yang rentan terkena, dan ditandai dengan apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia, demam sampai 41.8oC. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat, dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnu diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Biasanya sembuh secara tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis. Terjadi tingkat kematian tinggi pada anakanak babi yang dilahirkan dari induk babi yang tidak kebal dan terinfeksi pada waktu beberapa hari setelah dilahirkan. Tingkat kematian pada babi tua umumnya rendah, apabila tidak diikuti dengan komplikasi. Total kematian babi sangat rendah, biasanya kurang dari 1%. Bergantung pada infeksi yang mengikutinya, kematian dapat mencapai 1-4%.

Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat pertumbuhannya. Anak-anak babi yang lahir dari induk yang terinfeksi pada saat bunting, akan terkena penyakit pada umur 2-5 hari setelah dilahirkan, sedangkan induk tetap memperlihatkan gejala klinis yang parah. Pada beberapa kelompok babi terinfeksi bisa bersifat subklinis dan hanya dapat dideteksi dengan sero konversi. Wabah penyakit mungkin akan berhenti pada saat tertentu atau juga dapat berlanjut sampai selama 7 bulan. Wabah penyakit yang bersifat atipikal hanya ditemukan pada beberapa hewan yang mempunyai manifestasi akut. Influensa juga akan menyebabkan abortus pada umur 3 hari sampai 3 minggu kebuntingan apabila babi terkena infeksi pada pertengahan kebuntingan kedua. Derajat konsepsi sampai dengan melahirkan selama tejadi wabah penyakit akan menurun sampai 50% dan jumlah anak yang dilahirkan pun menurun.

FLU BABI PADA MANUSIA

Orang yang bekerja dengan unggas dan babi memiliki resiko yang tinggi untuk terpapar penyakit infeksi menular antara hewan dan manusia (zoonosis). Pernah dilaporkan kejadian transmisi influenza dari babi ke pekerja, pada tahun 2004 oleh Universiti of Iowa. Kejadian wabah pada tahun 2009 ini merupakan reassortment nyata pada beberapa strain influeanza A subtipe H1N1, termasuk strain endemik pada manusia dan dua strain endemik pada babi, seperti avian influenza.

CDC melaporkan bahwa gejala dan transmisi flu babi dari manusia ke manusia terjadi seperti kejadian flu musiman, demam seperti biasa, kehilangan nafsu makan, keletihan dan batuk. Beberapa mengalami sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare. Penyakit bisa menular dari leleran yang tersebar melalui bersin, batuk dari penderita.

Flu babi tidak dapat menyebar melalui produk-produk babi, artinya tidak ditularkan melalui makanan. Flu babi pada manusia paling berpeluang menular pada 5 - 10 hari pertama setelah terinfeksi, terutama pada anak-anak dan pada saat kondisi tubuh lemah.

PENCEGAHAN

Untuk pencegahan infeksi, direkomendasikan untuk mencuci tangan sesering mungkin dengan menggunakan sabun sanitizer berbahan dasar alkohol, terutama jika bepergian di tempat umum. Hindari menyentuh mata, hidung, mulut sebelum membersihkan tangan terlebih dahulu. Jika batuk, tutup dengan tissue dan buang segera ke tempat sampah, dan cuci tangan kembali.

Virus flu babi rentan terhadap obat-obat seperti amantadine, rimantadine, oseltamivir dan zanamivir, namun untuk wabah 2009 ini, direkomendasikan pengobatan menggunakan oseltamivir dan zanamivir. Vaksin untuk manusia H1N1 tidak efektif melindungi terhadap H1N1 flu babi, walaupun strain virusnya sama, namun secara antigentik berbeda.

:: Dikutip dari berbagai sumber nsharmoko.blogspot.com

Saturday, January 30, 2010

Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular seksual yang nantinya kita bahas disini antara lain :

  1. Herpes

  2. Gonorea

  3. Sifilis

  4. Chlamidia


Herpes


Pengertian, adalah infeksi akut pada genetalia dengan gejala khas berupa vesikel.


Etiologi


Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat kelamin luar.


Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II































HSV tipe IHSV tipe II
PredileksiKulit dan mukosa di luarKulit dan mukosa daerah genetalia dan perianal
Kultur pada chorioallatoic membran (CAM) dari telur ayamMembentuk bercak kecilMembentuk pock besar dan tebal
SerologiAntibodi terhadap HSV tipe IAntibodi terhadap HSV tipe II
Sifat lainTidak bersifat onkogeniBersifat onkogeni

Epidemiologi


Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur 10x lebih tinggi daripada wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok dengan sosioekonomi rendah.


Patogenesis


Infeksi herpes genitalis dapat sebagai infeksi primer maupun sebagai infeksi rekuren.



  • Infeksi primer – Infeksi primer terjadi bila virus dari luar masuk ke dalam tubuh penderita, DNA dari tubuh penderita melakukan penggabungan dan mengadakan multiplikasi. Pada saat itu, tubuh hospes belum memiliki antibodi yang spesifik hingga menimbulkan lesi lebih luas. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut syaraf sensorik menuju ganglion sakralis (syaraf regional) dan berdiam disana.

  • Infeksi rekuren – Infeksi rekuren terjadi pada suatu waktu bila ada faktor tertentu (trigger factor) sehingga virus mengalami reaktivitas dan multiplikasi kembali.


Gambaran Klinis (Tanda dan Gejala)



  • Timbul erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.

  • Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan berubah menjadi vesikel disertai nyeri.

  • 5-7 hari, vesikel pecah dan keluar cairan jernih sehingga timbul keropeng.

  • Kadang dapat kambuh lagi.


Komplikasi



  • Gangguan mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani herpetika terjadi bila mengenai region genetalia.

  • Abortus

  • Anomali kongenital

  • Infeksi pada neonatus (konjungtifitis/ keratis, ensefalitis, vesikulitis kutis, ikterus, dan anomali konvulsi).


Penanganan



  • Lakukan pemeriksaan serologi (STS).

  • Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3 x 500 mg.

  • Bersihkan lesi dengan larutan antiseptic dan kompres dengan air hangat.

  • Keringkan dan oleskan acyclovir 5% topikal setelah nyeri berkurang.

  • Berikan acyclovir tablet 200 mg tiap 4 jam.

  • Rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis, reaksi neurologik lokal, ketuban pecah dini maupun partus prematurus.

  • Berikan pengobatan pada pasangan berupa acyclovir oral selama 7 hari.

  • Bila terpaksa partus pervaginam, hindari transmisi ke bayi atau penolong.


Gonorhea


Pengertian, adalah penyakit kelamin yang bisa terjadi pada pria maupun wanita.Disebut juga penyakit kencing nanah atau GO.


Penyebab


Penyebabnya adalah kuman Neisseria Gonorrhoea, disebut juga gonokokus, berbentuk diplokokus.


Kuman ini menyerang selaput lendir dari :



  • Vagina, saluran kencing dan daerah rahim/ leher rahim.

  • Saluran tuba fallopi.

  • Anus dan rektum.

  • Kelopak mata.

  • Tenggorokan.


Tanda Dan Gejala


Penularan melalui oral, anal dan vaginal seks. Hampir 90% penderita GO tidak memperlihatkan keluhan dan gejala. Tanda pada penderita GO baik lelaki dan perempuan, bisa tanpa keluhan dan gejala.


Lelaki



  • Keluar cairan putih kekuning-kuningan melalui penis.

  • Terasa panas dan nyeri pada waktu kencing.

  • Sering buang air kecil.

  • Terjadi pembengkakan pada pelir (testis).


Perempuan



  • Pengeluaran cairan vagina tidak seperti biasa.

  • Panas dan nyeri saat kencing.

  • Keluhan dan gejala terkadang belum tampak meskipun sudah menular ke saluran tuba fallopi.


Bila gejala sudah meluas ke arah PID (Pelvic Inflamatory Disease) maka sering timbul :



  • Nyeri perut bagian bawah.

  • Nyeri pinggang bagian bawah.

  • Nyeri sewaktu hubungan seksual.

  • Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid.

  • Mual-mual.

  • Terdapat infeksi rektum atau anus.


Bila GO tidak diobati maka ± 1% dari lelaki dan wanita, akan terjadi DGI atau Dessiminated Gonorrhoe Infection. Tanda dan gejalanya berupa demam, bercak di kulit, persendian bengkak dan nyeri, peradangan pada dinding rongga jantung, peradangan selaput pembungkus otak serta meningitis.


Komplikasi


Komplikasi dapat timbul pada bayi, lelaki maupun perempuan dewasa.


1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,


2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir rahim setelah melahirkan (post partum endometriosis), abortus, cistitis (peradangan kandung kencing), peradangan disertai pus.


Pencegahan



  • Menghindari seks bebas (free sex).

  • Monogami.

  • Penggunaan kondom saat vaginal, oral maupun anal seks.


Penanganan


1. Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.


2. Masa nifas, berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.


3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.


4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual.


5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.


6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.


Sifilis


Pengertian


Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat kronik dan sistematik. Nama lain adalah Lues venereal atau raja singa.


Penyebab


Penyebabnya adalah Treponema Pallidum, termasuk ordo Spirochaecrales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk spiral teratur, panjang 6-15 µm, lebar 0,15 µm, terdiri atas 8-24 lekukan. Pembiakan secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.


Klasifikasi


Sifilis terbagi menjadi sifilis congenital dan sifilis akuista.


1. Sifilis Kongenital, terbagi atas : a) Dini (sebelum 2 tahun); b) Lanjut (sesudah 2 tahun); Stigmata


2. Sifilis Akuista, terbagi : a) Klinik; b) Epidemiologik


Menurut caranya sifilis dibagi menjadi tiga stadium yaitu : Stadium I (SI); Stadium II (SII); Stadium III (SIII)


Secara epidemiologik, WHO membagi menjadi :



  • Stadium dini menular ( dalam waktu 2 tahun sejak infeksi), terdiri dari SI, SII, stadium rekuren dan stadium laten dini.

  • Stadium lanjut tak menular (setelah 2 tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan SIII.


Komplikasi



  • Pada kehamilan: a) Kurang dari 16 minggu : kematian janin (sifilis fetalis). b) Stadium lanjut : prematur, gangguan pertumbuhan intra uterin, cacat berat (pnemonia, sirosis hepatika, splenomegali, pankreas kongenital, kelainan kulit dan osteokondritis).


Tanda dan gejala



  • Lesi (berupa ulkus, soliter, dasar bersih, batas halus, bentuk bulat/longitudinal).

  • Tanpa nyeri tekan.


Penanganan


1. Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada persalinan.


2. Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada penggunaan instrumen.


3. Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap minggu dengan 4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100 mg oral hingga 20 hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.


4. Sebelum pemberian terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis kongenital, maka dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap bulan sampai negatif. Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per minggu hingga 4x pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari).


5. Lakukan konseling preventif, pengobatan tuntas dan asuhan mandiri.


6. Memastikan pengobatan lengkap dan kontrol terjadwal.


7. Pantau lesi kronik atau gejala neurologik yang menyertai.


Chlamydia


Pengertian

Adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Chlamydia trachomatis dan dapat diobati.

Penyebab

Kuman Chlamydia trachomatis.

Penularan

Kuman ini menyerang sel pada selaput lendir : a) Uretra, vagina, serviks dan endometrium. b) Saluran tuba fallopi. c) Anus dan rektum. d) Kelopak mata. e) Tenggorokan (insiden jarang).Chlamydia paling sering menyerang pada usia muda dan remaja. Penularannya dapat melalui : hubungan seksual secara oral, anal maupun oral seks; hubungan seksual dengan tangan, sehingga cairan mani terpercik ke mata; dari ibu ke bayi sewaktu proses persalinan.

Tanda dan gejala

Sekitar 75 % perempuan dan 50% laki-laki yang tertular Chalmydia tidak menunjukkan tanda dan gejala. Keluhan dan gejala biasanya timbul sekitar 3 minggu setelah tertular kuman chlamydia.

Adapun tanda dan gejalanya adalah :

1. Menderita proktitis (radang rektum), urethritis (radang saluran kencing) dan konjungtivitis (radang selaput putih mata).

2. Pada wanita : keluar cairan dari vagina; perasaan panas dan nyeri sewaktu buang air kecil

3. Bila sudah menyebar ke tuba fallopi, akan timbul : nyeri perut bagian bawah; nyeri sewaktu coitus; timbul perdarahan pervaginam diantara siklus haid; demam dan mual-mual

4. Pada pria : keluar cairan kuning seperti pus dari penis; nyeri dan rasa terbakar sewaktu kencing; nyeri dan bengkak pada testis


Komplikasi
















Perempuan



Laki-laki



Bayi baru lahir


PID

Infertil


Radang kandung kencing (cyctitis)


Radang serviks (servisitis)

ProstitisTimbul jaringan parut pada urethra

Infertil


Epididimis

KebutaanPneumoni (radang paru)

Kematian

Pencegahan
1) Hindari seks bebas; 2) Monogami; 3) Gunakan kondom saat hubungan seks baik dengan oral, anal maupun vaginal seks.

Penanganan

1. Doksisiklin per oral 2x sehari selama 7 hari.
2. Asitromisin dengan pemberian dosis tunggal (kontraindikasi untuk ibu hamil, gunakan eritromisin, amoksilin, azitromisin).
3. Lakukan follow-up pada penderita dengan :
a) Apakah obat yang diberikan sudah diminum sesuai anjuran.
b) Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati.
c) Jangan melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai.
d) Lakukan periksa ulang 3-4 bulan setelah selesai pengobatan.


Referensi

Adobe Reader- [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].Adobe Reader- [SSH-6135-IND.pdf]. Chlamydia Dan Gonorea.Harahap, M, 1984. Penyakit Menular Seksual. Gramedia, Jakarta.Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.Yatim, Faisal (2005). Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/ Leher Rahim Dan Indung Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta.http://askep-askeb.cz.cc/

Tuesday, January 26, 2010

DIAGNOSIS MALARIA

Malaria : Diagnosis

Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop. Peranan diagnosis laboratorium terutama untuk menunjang penanganan klinis.

Manfaat penunjang laboratorium adalah :

* Untuk diagnosis kasus pada kegagalan obat.
* Untuk penyakit berat dengan komplikasi.
* Untuk mendeteksi penyakit tanpa penyulit di daerah yang tidak stabil atau daerah dengan transmsi rendah dan penting untuk daerah yang ada infeksi P.falciparum dan P.vivax secara bersamaan, sebab pengobatan keduanya berbeda.

Tekhnik diagnosis :
Mikroskop cahaya. Sediaan darah dengan pulasan Giemsa adalah merupakan dasar dari pemeriksaan dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan sediaan darah tebal dilakukan dengan memeriksa 100 lapangan mikroskopis dengan pembesaran 500-600 kali yang setara dengan 0,20 µL darah. Jumlah parasit dapat dihitung per lapangan mikroskopis.

Metode semi kuantitaf untuk hitung parasit (parasite count) pada sediaan darah tebal adalah sebagai berikut :

+ = 1 – 10 parasit per 100 lapangan
++ = 11 – 100 parasit per 100 lapangan
+++ = 1-10 parasit per 1 lapangan
++++ = >10 parasit per 1 lapangan
+++++ = >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit / µL

Hitung parasit dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit dalam sediaan darah tebal dan jumlah leukosit rata-rata 8000 / µL darah, sehingga densitas parasit dapat dihitung sebagai berikut :
Parasit / µL darah = (Jumlah parasit yang dihitung × 8000)/(jumlah leukosit yang dihitung (200))

Sayang sekali bahwa diagnosis mikroskopis secara rutin kadang-kadang kurang bermutu atau tidak dapat dilakukan pada sistem pelayanan kesehatan di daerah perifer. Walaupun teknolginya sederhana dan biayanya relatif murah, diagnosis mikroskopis ini tetap memerlukan infrastruktur yang memadai untuk pengadaan dan pemeliharaannya, serta untuk melatih tenaga mikroskopik dan mempertahankan mutu.

Tekhnik mikroskopis lain.
Berbagai jenis upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas teknik mikroskopis yang konvensional, diantaranya :

Teknik QBC (Quantitavie Buffy Coat) dengan pulasan jingga akridin (acridine orange) yang berfluoresensi dengan pemeriksaan mikroskop fluoresen merupakan salah satu hasil usaha ini, tetapi masih belum dapat digunakan secara luas seperti pemeriksaan sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa menggunakan mikroskop cahaya biasa.

Teknik Kawamoto merupakan modifikasi teknik pulasan jingga akridin yang memulas sediaan darah bukan dengan giemsa tetapi dengan akridin dan diperiksa dengan mikroskop cahaya yang diberi lampu halogen.

Metode lain tanpa mikroskop.
Beberapa metode untukmendeteksi parasit malaria tanpa mengguankan mikroskop telah dikembangkan denan maksud untuk mndeteksi parasit lebih baik daripada dengan mikroskop cahaya. Metode ini mendeteksi protein atau asam nukleat yang berasal dari parasit.

Teknik dip-stick mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya histidine II yang spesifik parasit (immuno enzymatic detection of the parasite spesific histidine rich protein II). Tes spesifik untuk plasmodium falciparum telah dicoba pada beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini sederhana dan cepat karena dapat dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, tes ini dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikti latihan. Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukanaliran listrik.

Kelemahan tes dip-stick ini adalah :

* Hanya spesifik untuk plasmodium falciparum (untuk plasmodium vivax masih dalam tahap pengembangan)
* Tidak dapat mengukur densitas parasit (secara kuantitatif)
* Antigen yang masih beredar beberapa hari setelah parasit hilang masih memberikan reaksi positif.
* Gametosit muda (immature) bukan yang matang (mature), mungkin masih dapat dideteksi.
* Biaya tes ini cukup mahal.

Walaupun demikian tes yang sederhana dan stabil dapat digunakan untuk pemeriksaan epidemiologi dan operasional. Hasil positif palsu (false positive) yang disebabkan oleh antigen residual yang beredar dan oleh gametosit muda dalam darah biasanya ditemukan pada penderita tanpa gejala (asimptomatik). Jadi seharusnya tidak mengakibatkan over treatment sebab tes ini digunakan untuk menunjang diagnosis klinis pada penderita dengan gejala.

Metode yang berdasarkan deteksi asam nukleat dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu hibridisasi DNA atau RNA berlabel yang sensitivitasnya dapat ditingkatkan dengan PCR (polymerase chain reaction). Akhir-akhir ini beberapa pelacak (probe) DNA dan RNA yang spesifik telah dikembangkan untuk mengidentifikasi keempat spesies Plasmodium, tetapi terutama untuk plasmodium falciparum, tes ini sangat spesifik dan sensitif, dapat mendeteksi hingga minimal 2 parasit, bahkan 1 parasit / µL darah. Penggunaan pelacak tanpa label radioaktif (non radioactivelabelled probe) meskipun kurang sensitif dibandingkan dengan yang menggunakan bahan label radioaktif, mempunyai shelf-life lebih panjang dan lebih mudah disimpan dan diolah.

Kelemahan tes ini adalah :

* Penyediaan DNA dan RNA sangat rumit
* Alat yang diperlukan untuk hibridisasi rumit
* Alat untuk amplifikasi PCR dan deteksi hasil amplifikasi sangat canggih dan mahal
* Metode ini membutuhkan waktu lebih lama (>24 jam)
* Tidak dapat membedakan stadium aseksual dan seksual
* Tidak dapat dilakukan pemeriksaan secara kuantitatif

Sementara keuntungan utama pada teknik PCR adalah dapat mendeteksi dan mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiolgi dan eksperimental, tetapi tidak penting untuk meningkatkan penanganan malaria tanpa komplikasi.

Sunday, January 3, 2010

SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT

SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT: "

picture1picture2 Slide 2


Pengertian Surveilancepicture3picture4

picture6



CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN (1)



-Ditemukan adanya unggas mati secara mendadak

-Unggas yang tidak dikandangkan

-Kandang unggas yang tidak bersih dan dekat dengan pemukiman

-Rumah yang tidak sehat

(gelap, lembab, kurang pertukaran udara)

-Banyak anak yang tidak di Imunisasi





CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN (2)

-Lingkungan tempat tinggal yang kotor

-Tidak tersedianya air bersih untuk keperluan sehari-hari.

-Banyaknya air yang tergenang sebagai tempat berkembang

biaknya nyamuk penular penyakit.

-Sampah yang tidak dibuang pada tempatnya

-Sampah yang tidak tertutup

-Buang air besar sembarangan

-Banyak lalat dan nyamuk





CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH

KESEHATAN (3)

Slide 8

Anak jarang ditimbang di Posyandu

Anak tidak diberikan ASI sampai 2 tahun

Anak kurang makan

Tidak cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah berak (buang air besar).

Masih ditemukannya jentik di tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, kaleng, ban bekas, dan lain-lain

picture8

Slide 10
PERAN KADER:

Slide 10

Melihat, mendengar, mencatat

Untuk menemukan gejala
penyakit dan masalah kesehatan, kemudian melaporkan,

melakukan pencegahan dan penanganan sederhana

Slide 11
Untuk menemukan gejala dan tanda serta masalah kesehatan yang ada di

masyarakat dapat diperoleh dari:

Slide 11

Posyandu

Laporan dari warga/masyarakat

Laporan PKK, Dasa Wisma

Kerja sama dengan Usaha Kesehatan Sekolah

Kunjungan rumah

Kegiatan pengajian, arisan, karang taruna

Tempat-tempat pengobatan tradisional

CARA MELAPORKAN

picture9

picture10

picture11







picture12picture13picture14

picture15picture16

picture17

picture18picture19










http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT

SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT: "

picture1picture2 Slide 2


Pengertian Surveilancepicture3picture4

picture6



CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN (1)



-Ditemukan adanya unggas mati secara mendadak

-Unggas yang tidak dikandangkan

-Kandang unggas yang tidak bersih dan dekat dengan pemukiman

-Rumah yang tidak sehat

(gelap, lembab, kurang pertukaran udara)

-Banyak anak yang tidak di Imunisasi





CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN (2)

-Lingkungan tempat tinggal yang kotor

-Tidak tersedianya air bersih untuk keperluan sehari-hari.

-Banyaknya air yang tergenang sebagai tempat berkembang

biaknya nyamuk penular penyakit.

-Sampah yang tidak dibuang pada tempatnya

-Sampah yang tidak tertutup

-Buang air besar sembarangan

-Banyak lalat dan nyamuk





CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH

KESEHATAN (3)

Slide 8

Anak jarang ditimbang di Posyandu

Anak tidak diberikan ASI sampai 2 tahun

Anak kurang makan

Tidak cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah berak (buang air besar).

Masih ditemukannya jentik di tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, kaleng, ban bekas, dan lain-lain

picture8

Slide 10
PERAN KADER:

Slide 10

Melihat, mendengar, mencatat

Untuk menemukan gejala
penyakit dan masalah kesehatan, kemudian melaporkan,

melakukan pencegahan dan penanganan sederhana

Slide 11
Untuk menemukan gejala dan tanda serta masalah kesehatan yang ada di

masyarakat dapat diperoleh dari:

Slide 11

Posyandu

Laporan dari warga/masyarakat

Laporan PKK, Dasa Wisma

Kerja sama dengan Usaha Kesehatan Sekolah

Kunjungan rumah

Kegiatan pengajian, arisan, karang taruna

Tempat-tempat pengobatan tradisional

CARA MELAPORKAN

picture9

picture10

picture11







picture12picture13picture14

picture15picture16

picture17

picture18picture19










http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

Blog Archive