Saturday, May 21, 2011

Peneliti Buat Mobil Khusus Orang Buta dengan Teknologi Sensor

Peneliti Buat Mobil Khusus Orang Buta dengan Teknologi Sensor
Federasi Nasional Tunanetra mempertunjukkan Addison Hugen (kanan) seorang siswa buta sedang mengendarai mobil di College Park. / Foto AP Federasi (Nasional Blind)

DAPATKAN ORANG buta mengemudikan mobil? Peneliti mencoba untuk membuat gagasan yang mengada-ada itu menjadi kenyataan.

Tahun depan, Federasi Nasional Tunanetra dan Virginia Tech berencana akan mendemonstrasikan prototipe kendaraan yang dilengkapi dengan teknologi yang dapat membantu orang buta mengemudikan mobil sendiri.

Teknologi yang disebut “nonvisual interfaces” itu menggunakan sensor yang membantu pengemudi buta mengirimkan informasi kepadanya mengenai lingkungan di sekitarnya: apakah ada mobil atau objek lain dekatnya, di depannya, atau di jalur yang berlainan arah dengannya.

Kebanyakan orang buta menganggap mengendarai mobil sendiri apalagi dalam waktu yang lama dianggap tidak mungkin. Dengan teknologi canggih itu, para peneliti begitu berharap bahwa proyek ini dapat merevolusi mobilitas dan menantang asumsi-asumsi yang telah lama dipegang tentang keterbatasan.

Organisasi yang berbasis di Baltimore itu mengumumkan rencana demonstrasi kendaraan tersebut pada konferensi pers Jumat di Daytona Beach, Florida.

“Kami mengeksplorasi wilayah yang sebelumnya dianggap sebagai unexplorable,” kata Dr Marc Maurer, presiden Federasi Nasional Tunanetra seperti dilansir dari laman AP. “Kami bergerak jauh dari kapasitas manusia yang akhirnya teori ini akan memberikan kontribusi kepada masyarakat luas.”

“Beberapa orang mengira saya gila dan mereka berpikir, ‘Mengapa Anda ingin kami bakal mengumpulkan uang untuk sesuatu yang tidak dapat dilakukan’,” kata Dr. Maurer mengutip ucapan orang yang menghardiknya. “Sementara beberapa orang percaya. Dan lainnya berpikir itu ide yang luar biasa. ”

Inovasi kendaraan tersebut berakar pada tahun 2007, ketika Virginia Tech masuk ke dalam daftar DARPA Grand Challenge, sebuah kompetisi untuk penelitian kendaraan yang didanai oleh Departemen Pertahanan. Tim universitas menang di tempat ketiga yang menciptakan kendaraan mengemudi yang memiliki sensor dan dapat digunakan untuk melihat lalu lintas, menghindari menabrak mobil lain, serta benda-benda di sekitarnya seperti kendaraan lain.

Menyusul keberhasilan mereka, tim Virginia Tech menjawab tantangan dari Federasi Nasional Tunanetra untuk membantu membangun sebuah mobil yang dapat dikemudikan oleh orang buta. Virginia Tech pertama menciptakan dune buggy sebagai bagian dari studi kelayakan yang menggunakan sensor laser dan kamera yang bertindak sebagai mata kendaraan. Sebuah rompi bergetar digunakan untuk mengarahkan pengemudi untuk mempercepat, memperlambat dan membuat belokan.

Organisasi orang buta itu terkesan dengan hasil tersebut, kemudian mendesak para peneliti untuk terus melakukan penelitian.

Dr Dennis Hong, seorang profesor teknik mesin di Virginia Tech yang memimpin penelitian, mengatakan teknologi suatu hari nanti tidak hanya dapat membantu pengemudi buta mengoperasikan kendaraan, tetapi juga dapat digunakan pada kendaraan konvensional untuk membuat mereka lebih aman.

Hong juga mengatakan, mereka berharap untuk mengubah teknologi menjadi produk konsumen. Namun dia menambahkan, “Ini tidak akan menjadi suatu produk yang telah terbukti sampai 100 persen aman.”

Dengan adanya teknologi itu, para pendukung orang buta menyatakan akan diperlukan waktu sebelum masyarakat luas menerima potensi pengemudi buta dan diperlukan pembuktian mengenai teknologi itu dapat menjadi keselamatan. Tapi lebih dari apa pun, mereka mengatakan itu bagian dari misi yang lebih luas untuk mengubah cara orang merasakan kebutaan.

Mark Riccobono, direktur eksekutif Institut NFB’s Jernigan, mengatakan ketika ia berjalan menyusuri jalan dengan anaknya 3 tahun, banyak orang mungkin berpikir ia, sebagai orang buta, yang dipandu oleh anaknya. “Itu akan berubah ketika orang melihat bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang mereka pikir itu mustahil,” kata Riccobono.


SOURCE

Microsoft Menarik Kin dari Penjualan

Microsoft Menarik Kin dari Penjualan


MICROSOFT TELAH mengkonfirmasi bahwa ia akan menghentikan produksi telepon selular Kin, yang dirancang untuk fitur-fitur jaringan sosial. Kerugian dalam penjualan sebagai alasan utama untuk keputusan tersebut.


Microsoft akan fokus pada sistem operasi terbarunya, Windows Phone 7, dan akan manarik Kin dari penjualan,


“Kami telah membuat keputusan untuk memfokuskan secara eksklusif pada Windows Phone 7 dan tidak jadi meluncurkan Kin di Eropa musim gugur ini seperti yang direncanakan,” kata Microsoft dalam sebuah pernyataannya seperti dikutip dari laman Telegraph.


Microsoft mengatakan akan terus bekerja sama dengan operator Verizon di Amerika Serikat untuk menjual sisa Kin.



SOURCE

Ilmuwan Temukan Cara Memprediksi Tendangan Pinalti

Ilmuwan Temukan Cara Memprediksi Tendangan Pinalti
Oscar Cardozo (Paraguay) mencetak gol kemenangan setelah membobol gawang Eiji Kawashima (Jepang) / Foto: Toru Hanai / Reuters

DALAM PERTANDINGAN sepak bola seperti Piala Dunia, hal yang menjadi tujuan pemain adalah kesempatan melakukan tendangan pinalti karena adanya kesalahan atau pelanggaran dari ‘lawan’ bertanding.

Kiper yang menghadapi bola yang meroket ke arahnya menghabiskan kurang dari setengah detik di udara, membuatnya harus berkonsentrasi menentukan cara menyelami kaki penendang yang akan membuat kontak dengan bola.

Gabriel Diaz, seorang ilmuwan dari Rensselaer Polytechnic Institute di Troy, New York, mengungkapkan telah menemukan cara memprediksi tendangan pinalti dengan menggunakan teknologi gerak indera dan analisis komputer. Dia melakukan identifikasi beberapa tanda-tanda awal yang dipercaya dapat memprediksikan ke mana arah tendangan penalti akan pergi.

Seperti dilansir dari laman ABC.net, Jumat (02/07/2010), Diaz menyatakan bahwa tendangan penalti terkadang dapat menentukan tim mana yang memenangkan pertandingan sepak bola. Meskipun ada peran penting keterampilan fisik yang juga dapat menentukan. Pada akhirnya, tembakan pinalti merupakan permainan pikiran antara penedang bola dan kiper.

“Di masa depan, saya ingin menciptakan suatu rezim pelatihan persepsi,” kata Diaz.

Studi ilmiah terdahulu menyatakan bagaimana emosi seorang kiper, bagaimana sikap yang dapat mempengaruhi seorang penendang akan menempatkan bola, dan bagaimana kegelisahan seorang penendang bola dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan.

Dengan melakukan pendekatan yang berbeda, Diaz ingin mencari tahu bagaimana gerakan tubuh penendang bola sebelum dia menendang, ini kemungkinan dapat menentukan bola tersebut akan pergi ke mana.

Hasil yang didapat, adalah menentukan gerakan tubuh dan menunggu sedikit lebih lama untuk membuat keputusan dapat menentukan keberhasilan.

Sementara itu menurut Richard Ginsburg, direktur Rumah Sakit Umum Program Psikologi Olahraga Massachusetts di Boston, temuan ini hanya cara mengakali antara penendang bola dan kiper. Bedah olahraga berdasarkan kajian ilmiah tetap tidak pernah dapat menghasilkan pemain yang sempurna.

Psikologi pemain memiliki peran besar yang dapat membuat hasil tak terduga.

“Ada sejumlah besar faktor dapat menentukan semuanya. Nanti akan selalu ada variabel-variabel lain yang akan diketahui,” kata Ginsburg, yang juga pemain dan seorang pelatih sepak bola.

Rencananya, hasil studi Gabriel Diaz tersebut akan diserahkan ke jurnal ilmiah dan akan ditindak lanjuti.


SOURCE

HIRO III Merasakan Apa yang Anda Lihat pada Layar

HIRO III Merasakan Apa yang Anda Lihat pada Layar

ILMUWAN DARI Universitas Gifu Kawasaki dan Laboratorium Mouri di Gifu di pusat Jepang, mengatakan HIRO III adalah robot antarmuka yang dapat mengirimkan sensasi sentuhan yang nyata bagi ujung jari penggunanya. Menggunakan layar sentuh tampilan 3D yang dapat memberikan rangsangan visual.

Robot ini digunakan dengan cara mengikat pergelangan tangan dan lima jari si pengguna. Jari-jari robot tersebut dapat memberikan rangsangan atau sensasi terhadap sentuhan penggunanya, mensimulasikan tekstur permukaan, menentukan ukuran objek virtual dan rasa berat.

Sistem ini terintegrasi dengan tampilan tiga dimensi yang menampilkan gambar tangan penggunanya. Tangan di layar muncul berada di posisi yang sama dengan si pengguna, yang dapat membuat pengalaman tampak sangat realistis.

Setiap ujung jari robot memiliki gerak lima belas derajat dan memiliki enam lengan, yang memungkinkan untuk beroperasi dalam ruang yang relatif besar di bawah layar. Gerakan robot tersebut dikendalikan oleh lima belas mesin bermotor yang berjalan secara bersamaan.

Perangkat ini dapat digunakan dalam aplikasi seperti mengontrol lengan robot dalam pekerjaan pabrik, untuk mensimulasikan prosedur dalam pelatihan diagnosa medis.

Robot ini masih dalam tahap percobaan. Para peneliti sedang berkonsentrasi menggunakan robot itu dalam proses mengajar mahasiswa kedokteran bagaimana melaksanakan skrining taktil untuk kanker payudara.


SOURCE

Peneliti Ramalkan Siapa yang Hidup Lebih Lama dengan Pola Gen

Peneliti Ramalkan Siapa yang Hidup Paling Lama dengan Pola Gen
Seorang penjaga Afghanistan tersenyum melihat kamera ketika duduk di luar sebuah toko di sebuah pasar di Kabul, 26 Mei 2010 / Foto: Reuters (Ahmad Masood)

PARA PENELITI telah berhasil menemukan pola gen yang dapat memprediksikan dengan tingkat akurasi yang lebih banyak daripada penelitian sebelumnya — siapa yang kemungkinan dapat hidup sampai umur 100 tahun atau lebih tua — bahkan jika mereka memiliki gen lain yang berkaitan dengan penyakit.

Temuan mereka, diterbitkan di jurnal Science, Jumat (02/07/2010) dimana peneliti menawarkan kemungkinan yang menggiurkan tentang siapa yang kemungkinan dapat memiliki kehidupan yang lebih lama. Temuan itu juga mencuatkan keraguan mengenai ketepatan percobaan yang kini dipasarkan dan menawarkan untuk meramalkan resiko seseorang terserang penyakit kronis seperti Alzheimer`s.

Beberapa tim peneliti telah mengidentifikasi pola gen yang berkaitan dengan usia sangat tua. Tetapi para peneliti tersebut yang dipimpin oleh Paola Sebastiani dan Dr. Thomas Perls di Boston Unversity mengatakan temuan mereka menyediakan ketepatan terbaik.

Mereka meneliti lebih dari 1.000 orang yang hidup sampai usia 100 tahun atau lebih dan mencocokkan mereka dengan 1.200 orang lagi untuk mengidentifikasi pola genetika yang lebih umum pada orang yang berusia 100 tahun. Mereka menggunakan pendekatan yang disebut studi asosiasi genom-luas.

Hal yang mengejutkan mereka adalah orang yang hidup paling lama memiliki banyak gen yang sama yang berkaitan dengan penyakit sebagaimana orang lain. Gen usia tua mereka tampaknya membatalkan semua dampak gen penyakit itu.

“Banyak orang mungkin menanyakan, `Yah, siapa yang ingin hidup sampai usia 100 tahun`, karena mereka menduga mereka memiliki setiap penyakit yang berkaitan dengan usia di bawah sengatan sinat Matahari dan berada di ambang kematian, dan tentu saja menderita Alzheimer`s. Tetapi ini ternyata tidak benar,” kata Perls kepada wartawan dalam taklimat melalui telefon, sebagaimana dikutip redaktur Kesehatan dan Sains Reuters, Maggie Fox.

“Kami telah menyatakan dalam pekerjaan sebelumnya bahwa 90 persen orang yang berumur 100 tahun terbebas dari cacat pada usia, rata-rata, 93 tahun. Kami telah lama berpendapat bahwa untuk mencapai usia 100 tahun orang harus memiliki relatif lebih sedikit varian yang berkaitan dengan penyakit. Namun dalam kasus ini, kami mendapati bukan itu kasusnya.”

Mereka mengidentifikasi 19 pola di antara 150 gen dan mengatakan pola itu meramalkan dengan 77 persen ketepatan siapa yang akan berada di kelompok usia sangat tua.

“Sebagian tanda berhubungan dengan kelangsungan hidup paling lama, tanda lain berkaitan dengan usia paling lama tertunda mengenai kemunculan penyakit yang berhubungan dengan usia seperti dementia atau penyakit jantung dan pembuluh darah atau tekanan darah tinggi,” kata Sebastiani.

Para peneliti itu menekankan bahwa memiliki gen itu kelihatannya tidak memberi seseorang karcis bebas untuk merokok, minum minuman beralkohol dan makan berlebihan.

Para peneliti Boston tersebut mengatakan mereka tak berencana memasarkan hasil percobaan bagi gen usia panjang itu dan sedang mengerjakan rancangan jejaring gratis tempat orang yang memiliki rangkaian DNA dapat memeriksakan dan melihat apakah mereka memiliki gen itu.

“Metodologi yang kami kembangkan dapat diterapkan pada ciri khusus gen lain yang rumit, termasuk penyakit Alzheimer`s, Parkinson, penyakit jantung dan pembuluh darah dan diabetes,” kata Sebastiani.

Saat ini, satu dalam 6.000 orang hidup sampai usia 100 tahun dan 1 dalam 7 juta mencapai usia 110 tahun. Para peneliti tersebut mengatakan kepercayaan bahwa penduduk tertentu di tempat seperti Rusia atau Azerbaijan lebih mungkin untuk mencapai usia 100 tahun telah terbukti tidak benar.

Perls mengatakan ia tidak melihat temuan yang mengarah kepada obat awet muda, tapi berharap obat itu dapat digunakan untuk membantu menunda kemunculan penyakit yang berkaitan dengan usia seperti Alzheimer`s.


SOURCE

Blog Archive