Showing posts with label Kebidanan Patologis. Show all posts
Showing posts with label Kebidanan Patologis. Show all posts

Monday, February 15, 2010

Perdarahan bukan Haid


Pengertian
Adalah perdarahan yang terjadi dalam sa antara 2 haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
  1. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
  2. Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
Penyebab;
Sebab – sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
  • serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio uteri, karsinoma servisis uteri.
  • Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
  • Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
  • Ovarium; radang overium, tumor ovarium.
Sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium.

Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di rumah sakit.

Patologi
Menurut schroder pada tahun 1915, setelahpenelitian histopatologik pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasidan pembentukan corpus luteum.

Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.

Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovuloatoir.

Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.

Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari factor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya Belem seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.

Gambaran klinik
a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jira karena perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka Madang-kadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong.

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:

1) korpus luteum persistens
Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding).

Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.

2) insufisiensi korpus luteum
Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore. Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

3) apopleksia uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

4) kelainan darah
Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme pembekuan darah.

b. Perdarahan anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang Madang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.

Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada statu waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.

Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya perdarahan anovulatoir.

Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause.

Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.

Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir.

Diagnosis
a. Anamnesis
  • Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenore/amenorhe, sifat perdarahan ( banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainnya.
  • Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinaan penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun. Kecurigaan terhadap salah satu penyait tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan.
  • Pada pemeriksaan gynecologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
  • Pada pubertas tidak perlu dilakukan kerokan untuk menegakan diagnosis. Pada wanita umur 20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum,
  • Dilakukan kerokan apabila sudah dipastikan tidak mengganggu kehamlan yang masih bisa diharapkan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
Penanganan
  1. Istirahat baring dan transfusi darah
  2. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.

progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas.

Kematian Janin dalam Kandungan


Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau Intra uterine fetalDeath (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
  • Sebelum kehamilan 20 minggu ; kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasik jbnseosi yang sudah mati tidak dikeluatkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut dengan missed abortion.
  • Sesudah 20 minggu ; biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim.
Etiologi
  1. Perdarahan; plasenta previa, solusio placenta
  2. re eklamsia dan eklamsia
  3. Penyakit kelainan darah\penyakit ingeksi dan penyakit menular
  4. Penyakit saluran kencing; bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal
  5. Penyakit endokrin; diabetes meilitus , hiopertiroid
  6. Malnutrisi dan sebagainya
Diagnosis
Anamnesa
  • Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberaopa hari atau gerakan janin sangat berkurang
  • Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.
  • Wanita belakangan ini merasa perutnya sring menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
Inspeksi
  • tidak kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus
  • Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
  • Terhentinya perubahan payudara
Palpasi
  • Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba gerakan-gerakan janin
  • Dengan palpasi yang terliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
  • Auskultasi; baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung janin
  • Reaksi kehamilan ; reaksi kehamilan baru negatid setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
  • Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
  • Tanda nojoks ; adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
  • Tanda spalding ; overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin
  • Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
  • Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
  • Kepala janin terkulai
Ultrasonografi; tidak kelihatan denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin.

Penanganan
  1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
  2. Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
  3. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
  4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi.
Pengaruh terhadap ibu
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu selah diagnosis ditegakkan. Bila terjdai hipofibrinogenemia bahayanyaadalah perdarahan postpartu. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen. Resiko yang perlu ditangani adalah koagulasi intravaskuler (DIC). Koagulasi intravaskuler yang mungkin terjadi yaitu protombin, partial protombin, fibrinogen dan platelet yang dimonitor tiap minggu. Bila hasil tes tetap pada rentang normal dapat dilakukan penantian kelahiran spontan. Bila platelet fibrinogen menurun dan atau peningkatan protombin dan partial protomb in, konsultasi dengan dokter untuk melakukan induksi kelahiran.

Wednesday, February 10, 2010

HIPOMENORRHOE

Kelainan / Gangguan Menstruasi Hypomenorhoe
Kelainan menstruasi yang biasanya dijumpai dapat berupa kelainan siklus atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan. Kelainan menstruasi tersebut antara lain karena keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.

Hypomenorrhea, juga dikenal sebagai atau terkait dengan hypomenorrhoea, jarang periode, dan bercak pada periode, sangat ringan menstruasi aliran darah.. Ini adalah kebalikan dari Hypermenorrhea yang lebih tepat disebut menorrhagia.

Salah satu penyebab hypomenorrhea adalah sindrom Asherman (adhesi intrauterine), yang hypomenorrhea (atau amenore) mungkin satu-satunya tanda yang jelas. Tingkat kekurangan menstruasi berkorelasi erat dengan sejauh mana adhes

Penyebab
Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
  • Konstitusi: Pada beberapa wanita mungkin normal kurang pendarahan selama menstruasi. Aliran darah kurang mungkin genetik dan, jika pertanyaan yang dibuat, mungkin akan menemukan bahwa wanita ibu dan / atau saudara perempuan juga memiliki aliran darah menurun selama periode mereka. Kehamilan dapat biasanya terjadi dengan jenis aliran menurun selama periode tersebut. Insiden infertilitas adalah sama seperti pada wanita dengan aliran darah normal.. Konstitusi yang berbau mungkin menstruasi paling baik dijelaskan dengan mengasumsikan adanya pengaturan yang tidak biasa, atau relatif ketidakpekaan, dari aparat vaskular endometrium.
  • Uterine: jarang kerugian kadang-kadang berarti bahwa permukaan pendarahan lebih kecil dari normal, dan kadang-kadang terlihat ketika rongga endomaterial telah berkurang ukurannya selama myomectomy atau operasi plastik lainnya di rahim. Namun, hal itu jarang menunjukkan rahim hypoplasia karena adanya kondisi ini dalam sebuah rahim yang responsif terhadap hormon ovarium betokens aktivitas di bawah, dan ini memanifestasikan dirinya dengan jarang daripada langka menstruasi.
  • Hormonal: jarang menstruasi atau menstruasi dapat terjadi secara normal pada ekstrem kehidupan reproduksi yakni, hanya setelah pubertas dan sesaat sebelum menopause. Hal ini karena ovulasi tidak teratur saat ini, dan lapisan endomaterial gagal untuk berkembang secara normal. Namun masalah normal pada waktu yang lain juga dapat menyebabkan aliran darah langka.. Anovulasi terjadi karena rendahnya tingkat hormon tiroid, tingkat prolaktin tinggi, tingkat insulin tinggi, tingkat androgen tinggi dan masalah dengan hormon lain juga dapat menyebabkan periode langka. Jarang mens juga dapat terjadi setelah penggunaan jangka panjang dari kontrasepsi oral sebagai akibat dari endomaterial atrofi progresif.
  • Nervous dan emosional: Pyschogenic faktor seperti stres karena ujian, atau kegembiraan yang berlebihan tentang peristiwa yang akan datang dapat menyebabkan hypomenorrhoea. Faktor-faktor seperti menekan aktivitas orang-orang pusat di otak yang merangsang indung telur selama siklus ovarium (untuk mengeluarkan hormon seperti estrogen dan progesteron), dan dapat berakibat pada produksi yang rendah hormon ini.
  • Penyebab lain: latihan berlebihan dan dapat menyebabkan crash diet periode langka. Salah satu penyebab hypomenorrhoea adalah sindrom Ashermn (intra uterine adhesi), yang hypomenorrhoea mungkin satu-satunya tanda yang jelas. Tingkat kekurangan menstruasi berkorelasi erat dengan tingkat adhesi (R. Toaff dan S. Ballus, 1978).
Tanda dan Gejala
Waktu haid singkat, perdarahan haid singkat

AMENOREA

Definisi
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat (lihat artikel menstruasi). Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
1. Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi
2. Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus oligomenorea ), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%

Penyebab
Amenorea bisa terjadi secara fisiologis dan patologis, ada beberapa penyebab amenorea fisiologis, yaitu kehamilan, menopause, prepubertas. Dan laktasi. Sedangkan pada amenorea patologis bisa disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya : ada kelainan pada otak, gangguan pada kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, klenjar ovarium, kelianan kejiwaan, gangguan pada hipothalamus.

Penyebab amenorea primer yaitu :
Tertundanya menarke, kelainan bawaan pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina , serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina ), penurunan berat badan yang drastis, kelainan kromosom, obesitas yang ekskrim, hipoglikemia, disgenesis gonad, hipogonadisme hipogonadotropik,sindrom feminisasi testis, hermafrodit sejati, penyakit menahun, kekurangan gizi, penyakit cushing, fibrosis kistik, penyakit jantung bawaan, tumor ovarium, hipotiroidisme, sindroma adrenogenital, sindroma prader – Willi, penyakit ovarium polikista, hiperplasia adrenal kongenital.
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
  • Pubertas terlambat
  • Kegagalan dari fungsi indung telur
  • Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
  • Gangguan pada susunan saraf pusat
  • Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
Penyebab Amenorea sekunder :
Kehamilan, kecemasan akan kehamilan, penurunan berat badan yang drastis, olah raga yang berlebihan, lemak tubuh kurang dari 15 – 17 extreme, mengkomsumsi hormon tambahan, obesitas, stress emotional, menopause, kelainan endokrin, obat – obatan, prosedur dilatasi dan kuretase, kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa
Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:

• Stress dan depresi
• Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas
• Gangguan hipotalamus dan hipofisis
• Gangguan indung telur
• Obat-obatan
• Penyakit kronik dan Sindrom Asherman

Tanda dan gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.

Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada, adalah kegagalan mengalami pubertas , maka tidak akan ditemukan tanda - tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :
  • Sakit kepala
  • Galaktorea
  • Gangguan penglihatan
  • Penurunan berat badan yang berarti
  • Vagina yang kering
  • Hirsutisme
Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progestogen Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :
  • Biopsi endometrium
  • Progestin withdrawal
  • Kadar prolaktin
  • Kadar hormon
  • Tes fungsi tiroid
  • Tes kehamilan
  • Kadar FSH,LH,TSH
  • Karotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
  • CT scan kepala
Tinjauan umum tentang Penanggulangan Amenorea
  • Tidak selalu memerlukan terapi, misalnya pada wanita berumur > 40 th dengan amenorea tanpa sebab yang mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan
  • Dalam kategori ini, yang memerlukan terapi adalah wanita-wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas, atau sangat terganggu dengan tidak datangnya haid.
  • Tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang.
  • Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
  • Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
  • Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenalis (Penyakit Addison laten)
  • Pemberian estrogen dan progesteron dapat menimbulkan perdarahan siklik, dan perdarahan ini bersifat withdrawal bleeding, bukan merupakan suatu haid yang didahului oleh ovulasi.
Penyakit yang dapat disertai amenorea
Kelainan Kejiwaan
  • Psikosis: sering dijumpai bersama amenorea ialah penyakit yang disertai depresi.
  • Anoreksia nervosa:Terutama ditemukan pada wanita muda yang menderita gangguan emosional yang cukup berat. Penanganan anoreksia nervosa harus dilakukan oleh ahli psikiatri. Jika berat badan bertambah, biasanya haid dapat kembali dalam 3 bulan.
  • Pseudosiesis:adalah suatu keadaan dimana terdapat kumpulan tanda-tanda kehamilan pada seorang wanita yang tidak hamil. Diagnosis dibuat dengan menemukan uterus yang sebesar biasa pada pemeriksaan ginekologik dan tes hamil yang negatif.
Gangguan Poros Hipotalamus-Hipofisis
  • Sindrom amenorea galaktorea: ditemukan amenorea, dan pada mamma dapat dikeluarkan air susu. Dasarnya ialah gangguan endokrin berupa gangguan produksi releasing factor dengan akibat menurunnya kafar FSH dan LH dan gangguan produksi Prolacting Inhibiting Factor dengan akibat peningkatan pengeluaran prolaktin. Dapat ditemukan setelah kehamilan, disini masa laktasi menjadi jauh lebih panjang dari biasanya (sindrom Chiari Frommel).Dapat juga ditemukan pada tumor hipofisis yang memproduksi prolaktin (sindrom Forbes-Albright).
  • Sindrom Stein-Leventhal : terdiri dari amenorea, hirsutisme dan pembesaran polikistik ovarium.
  • Amenorea hipotalamik

Gangguan Hipofisis
  • Insufisiensi hipofisis (Sindrom Sheehan dan Penyakit Simmonds).Gejalanya adalah amenorea, hilangnya laktasi, hipotiroidea, atrofi alat-alat genital dan sebagainya. Terapi terdiri atas pemberian hormon sebagai subsitusi, antara lain kortison, bubuk tiroid, dan sebagainya.
  • Tumor Hipofisis
  • Kelainan kongenital pada Hipofisis
Gangguan Gonad
Disgenesis/ Agenesis ovarii (Sindrom Turner): Trias klsiknya : infantilisme, webbed neck dan kubitus vagus. Penderita ini memiliki genitalia eksterna wanita dengan klitoris agaj membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai wanita. Pola kromosom kebanyakan 45XO, pada sebagian dalam bentuk 45-XO/46-XX; pada sebagian dalam kelahiran bayi wanita. Selain trias, biasanya dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150cm, dada berbentuk perisai dengan puting susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit atau tidak ada, amenorea, koarktasi atau stenosis aorta, batas rambut belakang yang rendah, ruas tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, anomali ginjal dan sebagainya.
  • Sindrom feminisasi Testikuler
  • Menopause prematur
  • Sindrom ovarium yang Tidak Peka (The insensitive ovary syndrome)
  • Tumor-tumor ovarium
Gangguan Glandula suprarenalis
  • Sindrom Adrenogenital: bersifat kongenital, akan tetapi dapat tumbuh kemudian. Penyebabnya ialah hiperplasia adrenal. Biasanya bayi dengan sindrom ini adalah bayi wanita, dengan pembesaran klitoris dengan kadang-kadang hipospadia. Pada wanita yang lebih dewasa terdapat amenorea, klitoris membesar, atrofi mamma dan membesarnya suara.
  • Sindrom Crushing: pembuatan hormon glandula suprarenalis yang berlebihan, terutama komponen kortikosteroid yang ada sangkut pautnya dengan metabolisme karbohidrat, protein dan elektrolit. Gejalanya ialah obesitas, moon face, amenorea, hirsutisme, osteoporosis, hipertensi, striae terutama pada dinding perut.
  • Penyakit Addison

Gangguan Uterus dan vagina
  • Sindrom Asherman: terjadi karena destruksi endometrium serta tumbuhnya sinekia pada dinding kavum uteri sebagai akibat kerokan yang berlebihan, biasanya pada abortus atau postpartum.
  • Endometritis tuberkulosa: umumnya skunder pada penderita salpingitis tuberkulosa. Terapi yang kausal terhadap tuberkulosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.

Saluran reproduksi
  1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
  2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
  3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
  4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
  5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
Gangguan Indung Telur
  1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
  2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun
  3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal
Gangguan Susunan Saraf Pusat
  1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor
  2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya
  3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater

Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. Lingkar lengan atas merupakan indicator status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini sesuai dengan Depkes RI (1994) yang dikutip oleh Supariasa, bahwa pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan cepat. Hasil Pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran <> 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

Pengukuran Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara tidak langsung ada dua yaitu survey konsumsi makanan dan statistic vital. Penilaian status gizi secara langsung ada empat yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara langsung dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu :

Lingkar Lengan Atas
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48). Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keadaan KEK Pada Ibu Hamil
Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri. Namun makanan yang dimakan oleh seorang ibu bukan satu-satinya factor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, faktor Biologis, faktor pola Konsumsi dan Faktor perilaku ibu. (Notoatmodjo, 2008).

Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
a.Pendapatan Keluarga
b.Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan cara mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya.
Pendidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Depdikbud, 1997).
c.Status Perkawinan
Status Perkawinan ibu dibedakan menjadi: Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah, secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri. Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya telah meninggal dunia dan belum kawin lagi.

Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a.Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 : 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995 : 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b.Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5). Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
c. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
a.Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
b.Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
c.Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

Faktor Pola Konsumsi
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh
melalui produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Almatsier, 2003: 13), Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatanatau penyakit pada ibu. Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. (Supariasa, 2002: 187)

Faktor Prilaku
Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan ibu diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi cafein, Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan system syaraf. Kafein bukan merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulakan kafein lebih banyak yang negative dari pada positifnya salah satunya adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan makanan maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin.


Konsep Dasar Kelainan Presentasi dan Posis

Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex. Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus macet.

Presentasi Puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.

Etiologi :
1. Kelainan panggul
2. Kepala berbentuk bulat
3. Anak kecil/mati
4. Kerusakan dasar panggul

Penanganan
  • Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan
  • Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah VVB
Komplikasi
Ibu :
Robekan jalan lahir yang lebih luas
Anak:
Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi

Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu

Etiologi :
1. Panggul sempit
2. Janin besar
3. Multiparitas
4. Kelainan janin
Ex : anansefalus
5. Kematian janin intra uterin

Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup). Janin mati pembukaan belum lengkap  SC, pembukaan lengkap Kraniotomi.

Komplikasi
Ibu :Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
Anak: Mortalitas janin tinggi

Presentasi Occipito posterior
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang. Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput. Keadaan VVK dibelakang dianggap <>
  • Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transversa Ex : panggul antiopoid
  • Segmen depan Menyempit Ex : panggul android
  • Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para
  • Kepala janin yang kecil dan bulat
Penanganan
  • Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
  • Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin
  • Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomi
  • Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
  • Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC
  • Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip
  • Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
  • Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0) maka E.V atau forseps
  • Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC
Presentasi muka
Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin. Yang teraba muka bayi = mulut, hidung, dan pipi

Etiologi
- Panggul sempit
- Janin besar
- Kematian intrauterine
- Multiparitas
- Perut gantung
- Janin ansefalus dan tumor di leher bagian depan
Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala, sehingga ada presentasi muka dagu anterior dan postorior.
- Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi
- Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi max

Penanganan
Dagu anterior
a. Bila pembukaan lengkap
  • Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
  • Bila kemajuan persalinan lambat lakukan disitoksin drip
  • Bila kurang lancar, lakukan forseps
b. Bila pembukaan belum lengkap
Tidak didapatkan tanda obtuksi, lakukan oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dengan persalinan verteks
Dagu Posterior
  • Bila pembukaan lengkap maka SC
  • Bila pembukaan maka lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dan kemajuan persalinan, jika macet maka SC
  • Jika janin mati maka Kraniotomi

Tuesday, February 9, 2010

Ekstraksi Vakum

Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002).

Etiologi
  1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
  2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
  3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
  • Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia.
  • Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi.
  • Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
Teknik Ekstraksi Vakum
Ekstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang ¬kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).
Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999).

Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial (Mansjoer Arif, 1999).

Syarat dari Ekstraksi Vakum:
a. Janin aterm
b. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
c. Pembukaan serviks sudah lengkap
d. Kepala janin sudah enganged.
e. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
f. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.

Komplikasi Ekstraksi Vakum
Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999).

Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks (Mansjoer Arif, 1999).

Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7 sampai-0,8 kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar, 1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam Mochtar, 1999). Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis (Rustam Mochtar, 1999). Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya.
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala liahir, pentu dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
  1. Tenaga vakum terlalu rendah
  2. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
  3. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik.
  4. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
  5. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.
  6. Traksi terlalu kuat
  7. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
  8. Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
  1. Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
  2. Tidak diperlukan narkosis umum
  3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
  4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
  5. Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999).
Kerugian
  1. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
  2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
  3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).

Kanker Payudara

Pengertian Kanker Payudara
Kata ‘kanker’ berasal dari bahasa latin ‘crab’ (kepiting) yang digunakan untuk menggambarkan tumor ganas (pertumbuhan kanker). Kanker bermula ketika sel mulai membelah dan tumbuh dalam cara yang tidak terkontrol dan abnormal. (Lincoln, Jakie-Wilensky, 2008). Sedangkan payudara berasal dari bahasa latin ‘mamma’ adalah organ tubuh bagian atas dada dari mamalia yang berjenis kelamin perempuan yang biasanya digunakan untuk menyalurkan air susu (Wibisono, Nancy, 2009).
Menurut DR Sutjipto Sp.B (K) Onk (2008), saat ini banyak penderita kanker payudara berusia muda, bahkan tidak sedikit yang baru berusia 14 tahun. walaupun belum diketahui penyebab pastinya, ada faktor risiko terjadinya kanker payudara. Pemicu terjadinya penurunan usia kanker payudara, disebabkan oleh perubahan gaya hidup, seperti konsumsi makanan cepat saji serta kurang konsumsi sayur dan buah.

Berapa Faktor Resiko pada Kanker Payudara
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Namun ada berbagai faktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara, diantaranya adalah sebagai berikut:
Faktor hormon; yang diduga memegang peranan dalam proses kejadian tumor ini adalah faktor hormon estro¬gen. Namun, bagaimana mekanisme kejadiannya belum jelas diketahui. Akan tetapi pemberian hormon estrogen dan progesteron pada penggunaan alat kontrasepsi belum terbukti berpengaruh meningkatkan angka kejadian kanker payudara, kecuali pemakaian pil kontrasepsi pada usia muda. Penelitian membuktikan bahwa wanita usia dini (remaja) yang memakai alat kontrasepsi oral (pil) sangat berisiko tinggi terserang kanker payudara.
Pernah menggunakan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih hormon atau hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan (infertilitas).
Pemakai kontrasepsi oral pada penderita tumor jinak payudara seperti kelainan fibrokistik.
Wanita bekerja pada malam hari. Pusat Penelitian Kanker Fired Hutchison Cancer di Seatle, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa wanita yang bekerja malam hari mempunyai peluang 60% terkena kanker payudara. Cahaya lampu yang kusam pada malam hari dapat menekan produksi melatonin noctural pada otak sehingga hormon estrogen yang diproduksi oleh ova¬rium meningkat. Padahal diketahui melatonin dapat menekan pertumbuhan sel kanker payudara.
  1. Faktor usia; wanita berusia di atas 30 tahun, wanita yang mendapatkan haid pertama pada umur kurang dari 10 tahun, dan wanita yang mengalami menopause (mati haid) setelah usia 50 tahun, mempunyai ke¬mungkinan lebih besar mendapatkan kanker payudara.
  2. Wanita yang tidak pernah melahirkan anak.
  3. Wanita yang melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun.
  4. Wanita yang tidak pernah menyusui anak.
  5. Terapi radiasi pada daerah sekitar dada dan payudara pernah dilakukan.
  6. Riwayat keluarga; beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk deteksi dini yaitu ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara atau kanker yang berhubungan dari ibu atau ayah, kanker ovarium, endometrium, kolorektal, prostat, tumor otak, leukemia, dan sarkoma.
  7. Pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor jinak (kelainan fibrokistik dan fibroadenoma), atau tumor ganas payudara kontralateral.
  8. Wanita yang terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.
  9. Wanita yang pernah mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada, misalnya untuk pengobatan keloid.
  10. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa.
  11. Konsumsi makanan berlemak dan berprotein tinggi tetapi rendah serat yang terlalu banyak dan sering, karena mengandung zat karsinogen yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
(Purwoastuti, Endang Th, 2008).

Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Tanda dan gejala yang tampak pada penderita kanker payudara adalah sebagai berikut:
  1. Adanya benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dari dasar/jaringan sekitar, pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri sehingga kurang mendapat perhatian dari penderita.
  2. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
  3. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
  4. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan.
  5. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sem¬buh meskipun sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
  6. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
  7. Terkadang keluar cairan, darah merah kehitam-hitam¬an, atau nanah dari puting susu, atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui.
  8. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah ber¬darah.
  9. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain.
  10. Keadaan umum penderita buruk.
(Purwoastuti, Endang Th, 2008).

Tahap Perkembangan Sel Kanker/Penentuan Stadium Kanker Payudara
Penentuan Stadium
Stadium tumor merupakan peramal yang sangat penting bagi keberlangsungan kanker payudara. Stadium kanker payudara memungkinkan para dokter melakukan rekomendasi yang terbaik bagi pengobatannya. la juga memungkinkan untuk perbandingan yang lebih akurat terhadap metode-metode pengobatan yang berbeda dan hasil-hasilnya.

Sistem penentuan stadium TNM
Metode standar untuk menentukan stadium yang digunakan di seluruh dunia disebut sistem penentuan stadium TNM. `TNM' menandakan `tumor, bintil-bintil dan metastase' dan penggolongannya adalah sebagai berikut:
  • Tumor (T) - diameternya sangat besar dari tumor primer.
  • Bintil-bintil (N) - metastasis bintil-bintil getah bening (apakah ia telah menyebar ke kelenjar-kelenjar getah bening). Bintil-bintil tersebut bisa berpindah-pindah maupun bersifat tetap. Apabila bintil-bintil bersifat tetap, kemungkinan bahwa perbandingan besar bintil-bintil tersebut diganti dengan tumor.
  • Metastasis (M) - metastasis terpencil (apakah ia telah menyebar pada bagian lain di dalam tubuh).
Karena kanker-kanker yang bersifat tidak menyerang (in situ) yang menurut pengertiannya tidak menyebar di luar payudara, mereka digolongkan sebagai Stadium. Kanker-kanker yang bersifat menyerang digolongkan dari stadium I – IV
Stadium 0 (stadium awal)
Kanker-kanker yang bersifat tidak menyerang pada pipa saluran atau lobula, atau penyakit Paget pada puting.

Stadium 1 (stadium awal)
  • Tumor tidak lebih besar dari 2 cm.
  • Bintil-bintil getah bening pada aksila tidak mengandung tumor. Tidak ada bukti metastase.
Stadium II (stadium awal)
  • Tumor tidak lebih besar dari 2 cm namun bintil-bintil aksila (ketiak) mengandung tumor.
  • Tumor sudah mencapai antara 2-5 cm, bintil-bintil aksila mungkin atau tidak mungkin mengandung tumor.
  • Tumor lebih besar dari 5 cm, bintil-bintil aksila tidak mengandung tumor.
  • Tidak ada bukti metastase.
Stadium III (stadium parah)
  • Tumor tidak lebih dari 5 cm, bintil-bintil.
  • Tumor lebih besar dari 5 cm, bintil-bintil aksila mengandung tumor. Tumor dari setiap ukuran dengan perluasannya menuju dinding dada dan/atau kulit, ada status bintil-bintil.
  • Tumor dari setiap ukuran (dengan atau tanpa perluasan), bintil-bintil payudara internal mengandung tumor.
  • Tidak ada bukti metastase.
  • Bintil-bintil aksila, kelenjar-kelenjar getah bening yang ada di ketiak
Stadium IV (stadium parah)
  • Tumor dari setiap ukuran, terdapat status bintil-bintil.
  • Adanya metastases.
(Lincoln Jackie-Wilensky, 2008)

Pencegahan terhadap Kanker Payudara
Perubahan apa pun pada payuda¬ra Anda harus disikapi dengan hati-hati. Bila penyebabnya dapat diketahui sejak dini, upaya penanganan bisa dilakukan segera. Tindakan ini akan membuahkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, pencegahan timbulnya gangguan kesehatan pada payudara dapat dilakukan dengan beberapa caranya berikut:

Membuat catatan bulanan
Keteraturan siklus haid dapat diketahui dengan cara menghitung hari, bukan berdasarkan tanggal, setiap bulannya. Catatlah pula segala hal atau perubahan yang dirasakan menje¬lang, selama, dan sesudah berlangsungnya haid. Segera temui dokter bila Anda mengalami hal-hal berikut:
  • Siklus haid kurang dari 14 hari atau lebih dari 35-40 hari sekali.
  • Lamanya haid lebih dari 14 hari.
  • Volume darah haid sangat banyak (sampai-sampai Anda perlu ganti pembalut sebanyak 10 kali per hari).
Hindari makanan tinggi lemak
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kemung¬kinan wanita yang mengonsumsi makanan tinggi lemak untuk terkena kanker payudara akan lebih tinggi dibandingkan mereka yang banyak mengonsumsi makanan yang rendah lemak. Namun, belum diketahui apakah diet rendah lemak bisa benar-benar mencegah kanker payudara atau tidak.
Dalam jurnal kedokteran terbitan FKUI, Medical Journal oflndonesia edisi April-Juni 1999 dilaporkan, ada sejumlah hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor risiko kanker payuda¬ra. Antara lain diungkapkan bahwa minum susu dan makan daging berlemak merupakan faktor risiko yang signifikan bagi munculnya kanker payudara. Begitu pula makanan dan minum¬an yang mengandung santan kelapa, terutama jika dikonsumsi setiap hari.

Rajin-rajin lakukan "Sadari"
Sebenarnya, untuk mengetahui keadaan payudara (apakah normal atau tidak), dianjurkan untuk melakukan pemerik¬saan payudara sendiri alias Sadari secara rutin. Kapan persisnya? Sebaiknya, pemeriksaan dilakukan tiap bulan, kira-kira seming¬gu setelah siklus haid usai. Lebih-lebih, kalau ibu atau famili perempuan dekat Anda punya riwayat kanker payudara.
Namun, jika merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa terjadi pada payudara Anda, dan Anda merasa cemas karena¬nya, maka berikut ini panduan untuk perlu tidaknya bagi Anda pergi ke dokter spesialis.
a) Gejala yang tidak perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis:
  • Wanita muda (kurang dari 35 tahun) dengan benjolan pada payudara dan terasa sakit.
  • Wanita kurang dari 40 tahun dengan benjolan yang simetris.
  • Wanita kurang dari 50 tahun dengan keluarnya cairan dari puting susu dan bukan berwarna merah. Maksud cairan di sini adalah: Keluar spontan atau tanpa dimanipulasi, - Keluar dari satu atau ke-2 sisi payudara,Keluar cairan yang berhubungan dengan haid atau tidak, sedang hamil atau tidak; cedera rudapaksa (luka akibat perkosaan), atau kelainan kelenjar gondok.
  • Wanita dengan keluhan nyeri dan benjolan yang tidak jelas batasnya.
2) Gejala yang perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis:
Benjolan:
- Berbatas tegas.
- Terdapat pada satu sisi (asimetris) setelah haid.
- Kista lebih dari satu, atau kista timbul kembali setelah disedot.

Nyeri:
- Berhubungan dengan adanya benjolan.
- Tidak dapat diatasi dengan pengobatan.
- Pada satu sisi payudara pada wanita pasca menopause.

Keluar cairan dari puting:
- Pada wanita umur lebih dari 50 tahun.
- Khusus wanita kurang dari 50 tahun, cairan berwarna merah dan spontan.

Kelainan posisi puting.
- "Tenggelam".
- Kelainan kulit sekitar puting (seperti eksim).
- Kelainan kulit payudara.
- Bentuk seperti kulit jeruk yang tebal.
- Warna kemerahan.
(Lincoln, Jakie-Wilensky, 2008)



Pengobatan Kanker Payudara
Umumnya, pengobatan kanker payudara terbagi menjadi dua golongan besar: pertama, pengobatan untuk kanker tahap awal, kedua, pengobatan untuk kanker tahap lanjut dan kambuh. Saat ini, pengobatan terhadap kanker payudara meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan terapi biologi. Jika kanker masih dalam stadium dini, maka operasi dapat dilakukan.
  • Operasi dengan cara Breast Conserving Therapy (BCT), pengangkatan seluruh jaringan kanker clan sedikit jaringan payuda¬ra di sekitarnya dilanjutkan dengan radiasi, telah sering dilakukan dengan hasil yang sama dengan operasi pengangkatan seluruh payudara. Tetapi, BCT hanya dapat dilakukan pada pasien dengan ukuran tumor yang kecil atau tumor yang ukurannya dikecilkan dengan pengobatan awal (radioterapi dan/atau kemoterapi) sehing¬ga menjadi layak untuk dioperasi.
  • Radioterapi dan/atau kemoterapi merupakan pilihan pengobat¬an untuk kanker tahap lanjut. Berkat kemajuan penelitan kanker payudara, saat ini pengobatan untuk kanker payudara tahap lanjut celah menunjukkan bahwa angka ketahanan hidup meningkat dan angka kematian menurun. Kemoterapi juga dapat dilakukan pada pasien kanker tahap awal untuk mengurangi kemungkinan terjadi¬nya penyebaran sel-sel kanker yang pada awalnya tidak terdeteksi. Efek samping kemoterapi yang sering kali ditakutkan oleh pasien telah semakin berkurang dengan ditemukannya obat-obat baru yang memiliki efek spesifik terhadap sel kanker sehingga efek sampingnya terhadap sel-sel normal menjadi berkurang..

Saturday, February 6, 2010

Bayi Meninggal Mendadak

A.Definisi
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alas an yang tetap tidak jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling utama pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS =sudden infant death syndrome). Pada kasus yang khas seorang bayi rusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa . beberapa waktu kmeudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebbab kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.

B. Patologi
Diantara berbagai temuan yang telah dilaporkan pada bayi-bayi yang meninggal karena SIDS bahwa pertambahan otot polos arteri paru-paru merupakan hal terpenting. Keadaan ini tidak saja melibatkan dinding muscular arteri pulmonalis yang besar, tetapi meluas ke pembuluh-pembuluh kecil di dekat di dekat alveoli. Temuan ini di anggap sebagai bukti tidak langsung bahwa bayi-bayi dengan SIDS mengalami hipoksia kronik yang menetap. Walawpun demikian, tidak di temukan bukti langsung hipoksia ini. Banyak korban SIDS mengalami retardasi pertumbuhan fisik pasca natal.

C. Patogenesis
Kebingungan mengenai patogenesis SIDS mungkin mencerminkan besarnya perbedaan kenelitian dalam mencari abnormaliyas spesifik setelah kelahiran. Lebih lanjut, SIDS tampaknya mempunyai beberapa etiologi, dan beberapa kondisi langka dapat berwujud seperti SIDS. Misalnya, apnea saat tidur yang memanjang pada masa bayi yang telah di asosiasikan dengan suatu lesi desak ruang (astrositoma lobus temporalis kiri), anomaly SSP congenital (tidak ada korpus kalosum), dan dengan disfungsi neuromuscular yang menyertai botulismus infantil. Kematian mendadak juga telah di sebabkan cincin vascular, biasanya didahului oleh tanda-tanda obstruksi saluran nafas atas.

D. Factor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi mati mendadak
  1. Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting daalam terjadinya SIDS
  2. Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf pusat.
  3. Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui.
  4. Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
  5. Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS.

E. Temuan-temuan pada bayi yang kemudian meninggal dunia
Beberapa bayi yang kemudian meninggal karena SIDS telah di pelajari sebelum meninggal. Seorang bayi mempunyai suara tangisan yang bernada tinggi, lebih lemah dari tangisan normal. Yang lain mengalami takikardia dengan variasi dari denyut ke denyut yang kurang normal. Bayi yang lain lagi memperlihatkan frekuensi pernafasan serta penurunan insiden apnea. Dan yang terakhir, seorang bayi labilitas yang lebih tinggi dari normalserta stabilisasi denyut jantung yang lebih buruk.

F. Temuan-temuan pada bayi dengan risiko tinggi SIDS
Saudara sekandung dari bayi dengan SIDS menurut peneliti :
  1. Sekelompok bayi yang merupakan saudara kandung dari bayi-bayi dengan SIDS di jumpai dengan insiden yang meninggi, serta dengan pernafasan periodic yang lebih lama pada saat tidur bila di bandingkan kelompok control atau bayi normal.
  2. Peningkatan frekuensi pernafasan dan penurunan insidens jeda pernafasan selama tidur diantara saudara sekandungbayi-bayi dengan SIDS; sampai jeda yang panjang ( lebih dari sepuluh detik ), kelompok terakhir ini tidak dapat dibedakan dari bayi-bayi yang normal.
Bayi-bayi dengan SIDS abortif atau hampir hilang
Pada suatu kelompok bayi dengan bukti-bukti SIDS abortif atau hamper hilang di temukan dalam keadaan tidak responsif, sianotik, dan apneik, serta mendapat resusitasi dari mulut ke mulut,di temukan bahwa dalam 4 bulan pertama kehidupan bayi-bayi ini memiliki denyut jantung yang lebih cepat. Sedangkan pada kelompok bayi yang hamper hilanh lainnya, peneliti lain menemukan peningkatan frekuensi pada paparan gas dengan tegangan oksigen rendah. Dan pada kelompok bayi yang hamper hilang lainnya, pemeriksaan neurologik yang rinci menemukan abnormalitas tonus otot yang konsisten

G. Diagnosis
Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal.

H. Pencegahan SIDS
  1. Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
  2. Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
  3. Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
  4. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut.
  5. Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur mengandung risiko SIDS.
  6. Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda.
  7. Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah kasur atau matras sehingga terhimpit.
  8. Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok.
  9. Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
  10. Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama.

Prolapsus Uterus

Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva, tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, tetapi kurpus uteri balum, tingkat III apabila korpus uteri sudah berada di luar vulva. Kehamilan dapat terjadi tingkat I dan dalam korpus uteri naik keatas dan bersama dengan itu serviks tertarik keatas pula. Gejala inkerserasi dalam kehamilan 16 minggu dan kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Reposisi tanpa atau dengan pessarium atau tampon vaginal dan istirahat mengurangi penderitaan wanita dan memungkinkan uterus bertumbuh secara wajar sampai kehamilan mencapai cukup bulan. Pada umumnya persalinan kala I dan II tidak mengalami kesulitan, lahirnya bayi spontan, koreksi prolaps dengan cara pembedahan dilakukan secepatnya 3 bulan setelah bayi lahir

Rotrofleksia Uteri

Kemandulan karena kedua tuba tertekuk (terlipat). Korpus uteri naik keatas sehingga uterus berkurang. Uterus yang tertahan oleh perlekatan atau oleh sebab-sebab lain yang diketahui, keluhan pada kehamilan kira-kira 16 minggu uterus mengisi rongga panggul seluruhnya. Portio tertarik ke atas dan leher uretra ikut tertarik. Menekan uretra pada simfisis dengan rectum pada sacrum. Gejala kelainan miksi dan defekasi seperti retenio urine, iskuria paradoksa (air kencing menetes dengan kandung kencing penuh), dan kadang-kadang retensio alvi. Wanita hamil 16 minggu mengeluh tentang iskuria paradoksa disangka uterus gravidarum. Nasib kehamilan pada retro fleksio uteri tidak selalu sama. Ada 4 kemungkinan :
1) Koreksi spontan
2) Abortus
3) Koreksi lengkap
4) Inkorserasi.

Friday, February 5, 2010

Kista Vagina

Duktus gaster atau duktus uller. Letaknya lateral dalam vagina bagian proksimal, ditengah atau distal dibawah arifisium uretraeeksternum. Cairan jernih dan indingnya ada yang tipis, ada pula yang agak tebal. Tidak mengalami kesulitan waktu persetubuhan dan persalinan. Ada kalanya pada kista terjadi peradangan, abses pecah spontan jika sudah besar. Perlu dilakukan insisi pada absesnya, tempatnya dan saat ditemukannya. Sebaiknya diangkat di luar kehamilan. Marsupialisasi dilakukan kira-kira 3 bulan setelah bayi lahir. Kedua saluran Muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun, sehingga terdapat 2 korpus, 2 serviks, 2 vagina.

Korpus uteri dengan septum tidak lengkap. Korpus uteri sebelah kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Korpus uteri teta menjadi satu. Uterus arkuaus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri, kelainan ini paling ringan sifatnya dan paling sering dijumpai.

Uterus bikornis unilateral rudimentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat taduk lain yang sangat terbelakang perkemangannya (tanduk rudimenter). Satu uterus dan satu serviks yang berkembang dari satusaluran Muller, kanan atau kiri. Saluran yang lain tidak berkembang sama sekali. Disertai pula dengan tidak berkembangnya saluran kencing secara unilateral, abortus habitualis dan partus prematurus.

Kehamilan ektopik dapat terjadi dalam tanduk rudimeter. Jalannya partus umumnya kurang lancar karena his yang kurang baik, mungkin fungsi uterus kurang baik karena miometrium tida normal akibat perkembangan uterus yang tidak wajar. Kala pembukaan berlangsung lama dengan segala akibat yang kurang baik bagi ibu dan anak. Janin mungkin mati karena tonus otot sering tinggi, dan sering pula terjadi ketuban pecah dini, kelainan letak, terutama letak lintang pada uterus askuatus dan varises subseptus, menyebabkan resiko bagi ibu dan anak lebih tinggi.
Partus sering macet seksio secarea yang lebih tinggi. Partus sudah berlangsung. Rupture uteri dan plasenta akreta pernah pula dilaporkan, pemeriksaan bimanual, anamnesis abortus habitualis dan partus prematurus dengan hidterogram, his tergrafi

Thursday, February 4, 2010

Endometriosis

Pengertian Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri (Manuaba, 2001: 526).

Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma). (Mansjoer, 2001: 381).

Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di dalam rahim, dapat ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008: 02).

Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. (Henri, 2009: 1)


Klasifikasi Endometriosis

Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:



  1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut Adenomiosis.

  2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut ”true endometriosis


Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :



  1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.

  2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.

  3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.


lokasi pertumbuhan endometriosis


Etiologi

Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :



  1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada saat menstruasi.

  2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.

  3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi jaringan endometrium (Mansjoer, 2001: 381).

  4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.

  5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda penderita endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.

  6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis.


Tanda-Tanda dan Gejala



  1. Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.

  2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).

  3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum douglas.

  4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

  5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak atau lama dari normal lebih dari 7 hari).

  6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.

  7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).

  8. Haid yang banyak (menorragia)


Sumber: Irwan, 2008: 03


Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis). Laparoskopi turut membenarkan rawatan pembedahan bagi endometriosis. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum douglas ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti: forniks vaginae posterior, perineum, perlu laparotomi. Biopsi endometrium dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sistokospi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid. Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat memberi gambaran dengan filling defect pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.

Pemeriksaan penunjang yang lain adalah: USG rahim, barium enema, CT scan atau MRI perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis digunakan klasifikasi dari American Fertility Society. (Irwan, 2008: 04).


Diagnosa Banding

Tumor ovarium,metastasis di kavum Douglas, mioma multipel, karsinoma rektum, dan radang pelvis.


Komplikasi



  1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolom atau ureter.

  2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.

  3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
http://askep-askeb.cz.cc/

Sumber: Mansjoer, 2001: 382


Penanganan

Penanganan endometriosis terdiri atas:



  1. Pencegahan

  2. Pengawasan

  3. Terapi hormonal

  4. Pembedahan

  5. Radiasi


Referensi

Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI

Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April 2009. Jam 08.00 WIB.

Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus

Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo

Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP–IBI

______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser

Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

http://askep-askeb.cz.cc/

"

Bagaimana Penanganan Endometriosis?

Insidensi endometriosis tidak diketahui. Endometriosis tercatat sekitar 20% dari laparatomi ginekologik, dan dari kasus ini, separuhya merupakan penemuan yang tak diduga–duga. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan diantara semua operasi pelvik. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. (Hacker, 200:401-402 ).

Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.


Peran serta tenaga kesehatan termasuk bidan sangat besar dalam membantu wanita mendeteksi adanya gangguan pada sistem reproduksi. Pendeteksian secara dini akan dapat memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan reproduksi harus dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan. (Depkes RI, 2002: 22-23).


Penanganan endometriosis terdiri atas: pencegahan, pengawasan, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.


Pencegahan

Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjaidnya infertilitas sesudah endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.


Pengawasan

Pengawasan dapat dilakukan dengan observasi dan pemberian analgetika. Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti diterangkan di atas, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.


Terapi Hormonal



  1. Dasar terapi hormonal endometriosis adalah pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endometriosis yang normal, dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Dengan data klinik sebagai berikut: endometriosis sangat jaring timbul sebelum menarche, menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya menyebabkan kesembuhan, sangat jarang terjadi kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali jika ada pemberian estrogen eksogen.

  2. Prinsip terapi pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen (menyebabkan atrofi jaringan endometriosis) dan lingkungan asiklik (mencegah terjadinya haid), yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun jaringan endometriosis. Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan hormon tinggi androgen atau tinggi progesteron (progesteron sintetik) yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis.


Tabel. Pengobatan hormonal pada endometriosis







































NoCara terapiEfekEfek samping
1Gn RH agonis ooforektomiAsiklik estrogen rendahKeluhan vasomotor atrofi ciri seks sekunder asteoporosis
2Danazol metiltestosteronAsiklik estrogen rendahPeningkatan berat badan, break though bleeding, akne, kulit berminyak, perubahan suara hirsutisme,
3Medroksipogesteron asetat gastrinon noretisteron Asiklik estrogen rendah bleedingPeningkatan berat badan, break, throuh bleeding, depresi, kloating
4Kontrasepsi oral nonsiklikAsiklik estrogen mual, progestogen tinggi, progestogen tinggiMual, breakhrough bleeding

Sumber : Winkjosastro,1999: 321


Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis



  1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual dengan dosis 5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan berikutnya. Kekurangan adalah: a) Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi 300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang. b) Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari. c) Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin. Keuntungan adalah: a) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri. b) Meningkatkan libido.

  2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan. Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami kesembuhan.

  3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %.

  4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan 800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat mengurangi ukuran endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri
http://askep-askeb.cz.cc/


Pembedahan



  1. Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan pelvis dengan cara neuroktomi presakral.

  2. Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi, ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis.


Perlu diingat terlebih dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita usia lanjut.


Radiasi

Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan (Wiknjosastro, 2001 : 319-326).


Referensi

Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI

Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April 2009. Jam 08.00 WIB.

Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus

Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo

Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP–IBI

______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser

Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

http://askep-askeb.cz.cc/

Blog Archive