Showing posts with label Keluarga Berencana (KB). Show all posts
Showing posts with label Keluarga Berencana (KB). Show all posts

Wednesday, February 24, 2010

KB Keluarga Berencana

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).

Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien (http:/psikis.bkkbn.go.id/gemopria.articles.php)
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity). (http:/psikis.bkkbn.go.id/gemapria/articles.php).
Di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Tengah terutama di desa Pengkol, kecamatan Tanon dengan jumlah penduduk wanita 1802, orang yang mengalami kehamilan cukup tinggi pada umur 20 – 30 tahun adalah 70%, 25% umur 31 – 40 tahun, 5% umur 40 tahun keatas.
Pada tahun 2006 penggunaan KB suntik menurun diperkirakan 10-30%, sehingga meningkatkan angka kehamilan di desa Pengkol. Penggunaan KB pil menurun diperkirakan 10-20%.
Pada tahun 1960 angka kematian balita mencapai lebih dari 200 per 1000 orang, dua kali lebih besar dari angka kematian balita di Filipina atau Thailand. Pada tahun 2005 angka tersebut turun hingga kurang dari 50 per 1000 orang, yang merupakan salah satu penurunan tertinggi yang terjadi di kawasan ini. Seorang anak yang lahir pada tahun 1940 hanya memiliki sekitar 60% kesempatan untuk mengenyam pendidikan, 40% untuk menamatkan sekolah dasar dan 15% untuk menamatkan pendidikan di sekolah menengah pertama. Sebaliknya, lebih dari 90% anak-anak yang lahir sejak tahun 1980 berhasil menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama.
Sebagian besar kemajuan yang diperoleh semata-mata berkaitan dengan peningkatan pendapatan. Pendapatan perkapita berlipat ganda antara tahun 1970 sampai dengan 1980 dan berlipat ganda lagi pada akhir tahun 1990 (sebelum terjadi krisis ekonomi tahun 1997). Salah satu analisis tentang program Keluarga Berencana Indonesia yang sangat luas menunjukkan bahwa sebagian besar pengurangan fertilitas berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan jenjang pendidikan (Gertler dan Molyneaux).
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang (Notoatmojo, 2003).
Sehubungan dengan kondisi di atas penulis merasa perlu meneliti pengetahuan ibu terhadap KB. Desa Pengkol dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan jumlah penduduk desa Pengkol tergolong cukup banyak dengan tingkat pendidikan yang sangat bervariasi terutama pada ibu, mulai dari yang tidak lulus sekolah dasar sampai pada ibu yang pernah belajar dari perguruan tinggi.
Untuk meningkatkan efektivitas KB perlu dilakukan suatu sikap dan pengetahuan yang menunjang dari ibu. Untuk mempelajari tentang pengetahuan ibu dan KB penting untuk dilakukan suatu penelitian tentang “Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Pengkol Kabupaten Sragen”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat diasumsikan permasalahan kurangnya pengetahuan ibu dalam KB, sehingga apalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi.
c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.

D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya keikutsertaan dalam KB maka dapat mengurangi dampak kehamilan yang ditimbulkan.
2. Dengan adanya tingkat pengetahuan ibu yang meningkat maka ibu akan mempunyai pengetahuan tentang KB.
3. Sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan KB dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Monday, January 4, 2010

KTI KEBIDANAN : STUDI DISKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI AKDR DI DESA KEDUNGWUNI KABUPATEN XXX

KTI KEBIDANAN : STUDI DISKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI AKDR DI DESA KEDUNGWUNI KABUPATEN XXX:

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kependudukan di Indonesia ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pada tahun 1995 sampai dengan 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,51%. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke – 5 di dunia dalam jajaran negara penduduk besar. Jumlah penduduk Indonesia terus akan meningkat apabila hal ini dibiarkan akan menimbulkan masalah kependudukan yang sangat memprihatinkan. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan tidak seimbang akan mengakibatkan tekanan yang berat pada sektor penyediaan sandang, pangan, perumahan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Pertumbuhan penduduk yang cepat juga dapat membahayakan aspirasi penduduk untuk memperbaiki tingkat hidupnya baik lahir mapun batin. Peledakan penduduk akhirnya juga akan menyulitkan pula pada pemerataan kemakmuran masyarakat itu sendiri. (Mochtar, 1998 : 243)
Program keluarga berencana merupakan salah satu usaha pengulangan masalah kependudukan. Pada dasar kebijakan program keluarga berencana diwujudkan melalui :
1. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya berusia 20 thn
2. Menjarangkan kelahiran dan anjurkan menganut sistem keluarga catur warga dan panca warga.
3. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama dalam usia reproduksi sehat yaitu sewaktu umur ibu antara 20-30 th.
4. Mengakhiri kesuburan pada usia 30-35 th.
Di Indonesia, keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat, namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang keluarga berencana.
Pada era sekarang ini telah banyak ditemukan berbagai macam alat kontrasepsi sederhana, metode efektif dan metode kontrasepsi mntap dengan modus operasi pria atau modus operasi wanita (Mochtar, 1998 : 149 – 251)
AKDR sebagai alat kontrasepsi yang efektif mempunyau angka kegagalan rendah yaitu terjadi 1-3 kehamilan/100 perempuan dapat digunakan untuk menekan jumlah kelahiran sehingga nantinya dapat mempengaruhi jumlah penduduk. Namun tidak semua masyarakat dapat memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang AKDR serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakannya.
Menurut BKKBN jumlah akseptor KB aktif secara nasional sebanyak 27.708 peserta. Sedangkan yang menggunakan metode kontrasepsi IUD secara nasional sebanyak 5.218.196 peserta (BKKBN Xxx, 1999/200). Jumlah pengguna kontrasepsi IUD masih rendah berada di urutan no. 3 setelah alat kontrasepsi pil dan suntik. Sedangkan di kabupaten Xxx peserta KB aktif sebanyak 145.747 / 82,76% akseptor yang menggunkan kontrasepsi IUD sebesar 23.590 peserta atau 16,18 % (BKKBN, 2007). Di kecamatan Kedungwuni yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 426 peserta dan yang kontrasepsi IUD sebesar 14 peserta khusunya di Desa Kedungwuni peserta KB aktif sebanyak 79 peserta dari PUS dan yang menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 6 peserta. Lebih sedikit dibandingkan kontrasepsi lain terutama suntik yaitu sebesar 32 peserta. (Puskesmas Kedungwuni)

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan yang berjudul “Studi Diskriptif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedungwuni Kabupaten Xxx.”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD (AKDR) di Desa Kedungwuni kecamatan Kedungwuni Kabupaten Xxx.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (umur, paritas dan tingkat pendidikan)
b. Mengetahui gambaran tingkat ekonomi akseptor KB di Desa Kedungwuni.
c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD (AKDR)
d. Mengetahui gambaran dukungan suami dan keluarganya terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD (AKDR)



D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi penulis tentang penelitian yaitu dengan mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pemberian konseling kepada calon akseptor khususnya akseptor KB AKDR agar dapat menerima alat kontrasepsi.
3. Bagi Instalasi Pendidikan
Memberikan masukan dan informasi serta menambah acuan dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan bidan mengenai metode kontrasepsi AKDR.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penyusunan yang telah ditentukan. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
BAB I : Berisi pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian.
BAB II : Berisi tinjauan pustaka, yang menguraikan tentang tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III : Berisi metode penelitian yang menguraikan tentang desain penelitian populasi, sampel dan sampling, variable, devisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, validitas dan reabilitas, metode analisa data, etika penulisan dan jadwal kegiatan penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Pengertian AKDR
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari Poliefilen dengan atau tanpa metal / steroid dan ditempatkan dalam rongga rahim (Moeljono, 2005). Sedangkan menurut BKKBN (2004) IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim atau kavum uteri oleh dokter / bidan yang terlatih.

b. Jenis – jenis AKDR
Moeljono (2005) menggolongkan AKDR menjadi sebagai berikut :
1. AKDR polos (Inert Device)
Misalnya : Lippes Loop
2. AKDR yang mengandung tembaga (Copper bearing IUD)
Misalnya : CuT 380 A, CuT 200 C dan Nova T
3. AKDR yang mengandung obat (Medicated IUD)
Misalnya : Alza – T (mengandung progesterone) dan LNG-20(mengandung Levororgestrel).

c. Mekanisme Kerja AKDR
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak adalah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokita / sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag yang mengandung spermatozoid. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi ridasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada AKDR proaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena ada logam / bahan lain yang melarutkan dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama semakin berkurang.

d. Efektifitas
Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan tanpa terjadinya kehamilan / tanpa pengeluaran karena alasan medis / pribadi. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun.

e. Indikasi dan Kontraindikasi
Menurut Saifudin (2008) persyaratan pemakaian AKDR adalah sebagai berikut :
1. Yang dapat menggunakan
a. Usia reproduktif
b. Nullipara
c. Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Perempuan dengan resiko rendah PMS
h. Perempuan yang tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
i. Perempuan yang tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

2. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a. Perempuan yang sedang hamil
b. Perempuan dengan pendarahan pervaginaan yang tidak diketahui
c. Sedang menderita infeksi otot genital
d. Perempuan yang tiga bulan terakhir menderita PRP/ abortus septic
e. Perempuan dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal / tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
f. Perempuan dengan penyakit trofoblas ganas
g. Perempuan yang diketahui menderita TBC pelviks
h. Perempuan dengan kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

f. Keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan dari alat kontrasepsi yang lain karena umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan misal, effektivitas cukup tinggi dan reversible (Wiknjosastro, 2005).

g. Efek Samping dan Komplikasi
Setiap penggunaan alat kontrasepsi dapat menimbulkan efek samping naik ringan maupun berat. Menurut Hartanto (2004) efek samping dan komplikasi IUD sebagai berikut :
1. Rasa sakit dan pendarahan
a. Menurut penelitian – penelitian, rasa sakit dan pendarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD
b. Pendarahan yang bertambah banyak
1. Volume darah haid bertambah, pada IUD yang menganung hormone.
2. Pendarahan yang berlangsung lebih lam
3. pendarahan bercak / spotting diantara had
2. Embedding dan displacement
a. IUD tertanam dalam-dalam di endometrium / miometrium
b. Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan
3. Infeksi
Merupakan komplikasi yang serius yang berhubungan dengan pemakaian IUD. Akseptor IUD mempunyai resiko 2x lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non akseptor KB. PID adalah istilah yang menunjukkan suatu infeksi yang naik dari serviks ke dalam uterus, tuba falupi dan ovarium.
a. Tanda – tanda dan gejala infeksi
1. Infeksi fraktus genetalia bagian bawah
a. PUS dan mucus dari serviks / uretra
b. Buang air kecil sukar / sakit

2. Pelvik Implammatory Disease
a. Sakit perut bagian bawah
b. Dispareunia kadang-kadang dengan pendarahan
c. Haid yang sakit / berlebihan
d. Nyeri goyang uterus / serviks pada pemeriksaan dalam
e. Nyeri tekan / pembengkakan daerah tuba falllopi / ovarium
f. Temperature 38o C / lebih

b. Pengobatan Infeksi
1. Diagnosa dini
2. Pengangkatan / pengeluaran IUD
3. Terapi antibiotika
4. Follow up yang teratur
5. Pengobatan partner seksualnya

4. Kehamilan Intra Uterine
Tanpa memandang usia dan paritas, angka kehamilan pada IUD inert makin menurun dengan lamanya pemakaian. Untuk IUD yang mengandung Cu penurunan angka kehamilan selama tahun kedua tak terlalu mencolok. Resiko kehamilan dengan IUD In-utera adalah abortus spontan, prematuritas,

5. Kehamilan Ektopik
IUD tidak menimbulkan resiko kehamilan ektopik, tetapi mengurangi kemungkinan inplantasi intra uterine, maka kehamilan yang terjadi akan lebih cenderung kea rah kehamilan ektopik.

6. Ekspulsi
Gejala-gejala ekspulsi IUD
a. Vagina discharge yang abnormal
b. Sakit daerah pelvis
c. Pendarahan bercak / spotting inter – menstrual
d. Pendarahan bercak / spotting post – coital
e. Dispare
f. Bertambah panjangnya benang ekor IUD
g. Teraba batang IUD di ostium uteri / di dalam vagina
h. Tidak teraba benang ekor IUD
Pada ekspulsi partial / inkomplit, IUD harus dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang baru.

2. Perilaku
a. Definisi
Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku adalah semua kegiatan / aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon / reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

b. Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka menurut Notoatmodjo, (2003), perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung / tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata/terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas diamati / dilihat oleh orang lain.

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :
1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predispose adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu pengatahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu, umur jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu yang termasuk dalam kelompok ini adalah ketersediaan fasilitas dan petugas kesehatan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat (atau kadang memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapatan, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman sekerja, tokoh masyarakat tokoh agama dan juga petugas kesehatan sendiri.
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan oleh Lowrence Green tentang faktor utama yang mempengaruhi perilaku, maka akan dibahas lebih lanjut tentang 3 faktor yang akan diteliti yaitu :
1. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan terutama yang positif dapat mempermudah terwujudnya perilaku tertentu. Menurut Notoadmodjo (2003) penegatahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah sesorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan, sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Roger (1974) dalam Notoadjmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengatahui stimulus (ebjek) terlebih dahulu
b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus .
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari / rangsangan yang telah diterima, oleh sebab ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami dirtikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginteraksikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek / materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi / kondisi dipelajari pada situasi /kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi / penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks / situasi yang lalu.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan / suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, danmasih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan. Menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk jusifikasi / penilaian terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri /menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Tingkat ekonomi
Diantara yang termasuk dalam faktor predisposisi / yang mempermudah untuk terjadinya perilaku adalah tingkat ekonomi. Menurut Azwar (1983) dalam Istiarti (2000) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan kesehatan begitu juga sebaliknya.
Status ekonomi sebuah kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi dasar keluarga adalah tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber (Friedman, 1998). Geismar dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998) mengembangkan kriteria dan deskripsi kelurga marginal, keluarga secara ekonomi bersifat adekuat. Pendapatan yang mencakup kebutuhan kebutuhan sebuah keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga dan sumber-sumber pribadi, seperti pensiun, sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuan-bantuan umum bersifat marginal, tidak stabil / benar-benar tidak memadai. Keluarga yang bersifat secara tidak adekuat dalam bidang ini menunjukan karakteristik:
a. Penghasilan seluruhnya berasal dari bantuan umum karena kaum dewasa dalam keluarga gagal / tak mampu bekerja
b. Penghasilan yang berasal dari bantuan kesejahteraan dengan cara – cara curang.
c. Jumlah penghasilan yang terlalu rendah / tak cukup sehingga kebutuhan kebutuhan pokok tidak terpenuhi.

3. Dukungan Suami dan Keluarga
Pendapatan dukungan, kritik, dari keluarga, teman sekerja tokoh masyarakat tokoh agama. Juga ari petugas kesehatan sendiri adlah factor yang memperkuat (kadang-kadang memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu. Kane (1988) dalam Friedman (1988) mengidentifikasi dukungan social keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan.
Menurut Friedman (1998) orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih daripada mereka yang tidak memiliki keuntungan ini. Dukungan social keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan social yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses / diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa / tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa :
a. Dukungan sosial keluarga internal ; seperti dukungan dari suami, istri / dukungan dari keluarga kandung
b. Dukungan sosial keluarga eksternal, yaitu dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga)
Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi angota-anggotanya. Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menerangkan bahwa keluarga memiliki fungsi suportif, termasuk di dalamnya adalah :
a. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator yaitu penyebar informasi tentang dunia.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.


B. KERANGKA TEORI























Sumber : Green dalam Notoatmodjo, 2003

C. KERANGKA KONSEP










Sumber : Green dalam Notoatmodjo
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penlitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dmanfaatkan untuk menjelaskan fenomena / karakteristik individual, situasi,kelompok tertentu secara akurat. Tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa / kondisi populasi saat ini. (Saudarwan, 2003)
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross – sectional yaitu variable pada objek penelitian diukur / dikumpulkan secara simuitan / dalam waktu yang bersamaan. Pengumpulan data untuk semua variable dilakukan secara bersama-sama / sekaligus. (Notoatmodjo, 2002).

B. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek / objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003).
Populasi penelitian disini adalah pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB selain AKDR di Desa Kedungwuni Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Xxx yaitu sebanyak 73 akseptor.

2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), sample adalah sebagian yang dimiliki dari keseluruhan obyek yang iteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 73 akseptor.

3. Sampling
Sampling yaitu cara / metode pengambilan sample (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2005), sampling jenuh adalah tekhnik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample.




C. KRITERIA SAMPEL
1. Kriteria Inklusi
adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi atau target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :
a. Akseptor KB yang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR
b. Akseptor KB yang tinggal di Desa Kedungwuni Kecamatan Kedungwuni Kab. Xxx
c. Akseptor KB yang bersedia di teliti
2. Kriteria Eksklusi
adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
a. Akseptor KB yang tidak bersedia diteliti
b. Akseptor KB yang tidak ada di rumah saat penelitian

D. 1. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD (AKDR) yaitu umur, paritas, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang AKDR serta dukungan suami dan keluarganya.

2. DEFINISI OPERASIONAL
Adalah perumusan variable / batasan ruang lingkup variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data (Azwar, 2003). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Karakteristik
a. Umur
Umur adalah interval antara tanggul sekarang dengan awal kehidupan semenjak kelahiran dikategorikan menjadi :
3. < 20 tahun : reproduksi muda
4. 20 - 30 tahun : reproduksi sehat
5. > 30 tahun : reproduksi tua

b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan wanita.
Dikategorikan menjadi :
1. Paritas 1 : pernah melahirkan 1 kali
2. Paritas 2 : pernah melahirkan 2 kali
3. Paritas 3 / lebih : pernah melahirkan 3x / lebih
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pedidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh Departemen Pendidikan.
Dikategorikan menjadi :
2. Tidak pernah sekolah
3. Dasar : SD sampai SMP
4. Menengah : SMU
5. Tinggi : perguruan tinggi
Skala : Ordinal
2. Tingkat Ekonomi
Tingkat ekonomi adalah keadaan ekonomi diukur dengan jumlah rupiah pendapatan / penghasilan rata-rata perbulan berdasarkan upah minimal rata-rata (UMR) Kabupaten Xxx.
Dikategorikan menjadi :
a. Diatas UMR : ≥Rp. 675.000,-
b. Dibawah UMR : ≤ Rp. 675.000,-

3. Tingkat pengetahuan tentang AKDR
Pengetahuan disini adalah pengetahuan akseptor KB selain akseptor KB IUD tentang kontrasepsi IUD.
Dalam Koesioner akan diberikan 10 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi IUD (AKDR). Dengan penilaian : Jawaban B = 1 dan S = 0. KAtegori dinilai berdasarkan mean (nilai rata-rata) yaitu jumlah skore seluruh responden dibagi jumlah responden.
Kategori :
a. Baik : skore ≥ mean
b. Tidak baik : skore < mean
Skala : Ordinal


4. Dukungan Suami dan Keluarga
Dukungan ini merupakan bentuk partisipasi dari suami dan keluarga ibu dalam memilih kontrasepsi.
Dalam koesioner akan diberikan 8 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang dukungan suami dan 3 pertanyaan tentang dukungan keluarga. Dengan penelitian :
Jawaban ya = 1 dan tidak = 0
Kategori :
a. Mendukung : skore ≥ mean
b. Tidak mendukung : skore < mean
Skala : Nominal
"

KTI KEBIDANAN : STUDI DISKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI AKDR DI DESA KEDUNGWUNI KABUPATEN XXX

KTI KEBIDANAN : STUDI DISKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI AKDR DI DESA KEDUNGWUNI KABUPATEN XXX:

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kependudukan di Indonesia ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pada tahun 1995 sampai dengan 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,51%. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke – 5 di dunia dalam jajaran negara penduduk besar. Jumlah penduduk Indonesia terus akan meningkat apabila hal ini dibiarkan akan menimbulkan masalah kependudukan yang sangat memprihatinkan. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan tidak seimbang akan mengakibatkan tekanan yang berat pada sektor penyediaan sandang, pangan, perumahan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Pertumbuhan penduduk yang cepat juga dapat membahayakan aspirasi penduduk untuk memperbaiki tingkat hidupnya baik lahir mapun batin. Peledakan penduduk akhirnya juga akan menyulitkan pula pada pemerataan kemakmuran masyarakat itu sendiri. (Mochtar, 1998 : 243)
Program keluarga berencana merupakan salah satu usaha pengulangan masalah kependudukan. Pada dasar kebijakan program keluarga berencana diwujudkan melalui :
1. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya berusia 20 thn
2. Menjarangkan kelahiran dan anjurkan menganut sistem keluarga catur warga dan panca warga.
3. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama dalam usia reproduksi sehat yaitu sewaktu umur ibu antara 20-30 th.
4. Mengakhiri kesuburan pada usia 30-35 th.
Di Indonesia, keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat, namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang keluarga berencana.
Pada era sekarang ini telah banyak ditemukan berbagai macam alat kontrasepsi sederhana, metode efektif dan metode kontrasepsi mntap dengan modus operasi pria atau modus operasi wanita (Mochtar, 1998 : 149 – 251)
AKDR sebagai alat kontrasepsi yang efektif mempunyau angka kegagalan rendah yaitu terjadi 1-3 kehamilan/100 perempuan dapat digunakan untuk menekan jumlah kelahiran sehingga nantinya dapat mempengaruhi jumlah penduduk. Namun tidak semua masyarakat dapat memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang AKDR serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakannya.
Menurut BKKBN jumlah akseptor KB aktif secara nasional sebanyak 27.708 peserta. Sedangkan yang menggunakan metode kontrasepsi IUD secara nasional sebanyak 5.218.196 peserta (BKKBN Xxx, 1999/200). Jumlah pengguna kontrasepsi IUD masih rendah berada di urutan no. 3 setelah alat kontrasepsi pil dan suntik. Sedangkan di kabupaten Xxx peserta KB aktif sebanyak 145.747 / 82,76% akseptor yang menggunkan kontrasepsi IUD sebesar 23.590 peserta atau 16,18 % (BKKBN, 2007). Di kecamatan Kedungwuni yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 426 peserta dan yang kontrasepsi IUD sebesar 14 peserta khusunya di Desa Kedungwuni peserta KB aktif sebanyak 79 peserta dari PUS dan yang menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 6 peserta. Lebih sedikit dibandingkan kontrasepsi lain terutama suntik yaitu sebesar 32 peserta. (Puskesmas Kedungwuni)

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan yang berjudul “Studi Diskriptif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedungwuni Kabupaten Xxx.”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD (AKDR) di Desa Kedungwuni kecamatan Kedungwuni Kabupaten Xxx.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (umur, paritas dan tingkat pendidikan)
b. Mengetahui gambaran tingkat ekonomi akseptor KB di Desa Kedungwuni.
c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD (AKDR)
d. Mengetahui gambaran dukungan suami dan keluarganya terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD (AKDR)



D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi penulis tentang penelitian yaitu dengan mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pemberian konseling kepada calon akseptor khususnya akseptor KB AKDR agar dapat menerima alat kontrasepsi.
3. Bagi Instalasi Pendidikan
Memberikan masukan dan informasi serta menambah acuan dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan bidan mengenai metode kontrasepsi AKDR.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penyusunan yang telah ditentukan. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
BAB I : Berisi pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian.
BAB II : Berisi tinjauan pustaka, yang menguraikan tentang tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III : Berisi metode penelitian yang menguraikan tentang desain penelitian populasi, sampel dan sampling, variable, devisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, validitas dan reabilitas, metode analisa data, etika penulisan dan jadwal kegiatan penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Pengertian AKDR
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari Poliefilen dengan atau tanpa metal / steroid dan ditempatkan dalam rongga rahim (Moeljono, 2005). Sedangkan menurut BKKBN (2004) IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim atau kavum uteri oleh dokter / bidan yang terlatih.

b. Jenis – jenis AKDR
Moeljono (2005) menggolongkan AKDR menjadi sebagai berikut :
1. AKDR polos (Inert Device)
Misalnya : Lippes Loop
2. AKDR yang mengandung tembaga (Copper bearing IUD)
Misalnya : CuT 380 A, CuT 200 C dan Nova T
3. AKDR yang mengandung obat (Medicated IUD)
Misalnya : Alza – T (mengandung progesterone) dan LNG-20(mengandung Levororgestrel).

c. Mekanisme Kerja AKDR
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak adalah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokita / sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag yang mengandung spermatozoid. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi ridasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada AKDR proaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena ada logam / bahan lain yang melarutkan dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama semakin berkurang.

d. Efektifitas
Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan tanpa terjadinya kehamilan / tanpa pengeluaran karena alasan medis / pribadi. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun.

e. Indikasi dan Kontraindikasi
Menurut Saifudin (2008) persyaratan pemakaian AKDR adalah sebagai berikut :
1. Yang dapat menggunakan
a. Usia reproduktif
b. Nullipara
c. Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Perempuan dengan resiko rendah PMS
h. Perempuan yang tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
i. Perempuan yang tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

2. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a. Perempuan yang sedang hamil
b. Perempuan dengan pendarahan pervaginaan yang tidak diketahui
c. Sedang menderita infeksi otot genital
d. Perempuan yang tiga bulan terakhir menderita PRP/ abortus septic
e. Perempuan dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal / tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
f. Perempuan dengan penyakit trofoblas ganas
g. Perempuan yang diketahui menderita TBC pelviks
h. Perempuan dengan kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

f. Keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan dari alat kontrasepsi yang lain karena umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan misal, effektivitas cukup tinggi dan reversible (Wiknjosastro, 2005).

g. Efek Samping dan Komplikasi
Setiap penggunaan alat kontrasepsi dapat menimbulkan efek samping naik ringan maupun berat. Menurut Hartanto (2004) efek samping dan komplikasi IUD sebagai berikut :
1. Rasa sakit dan pendarahan
a. Menurut penelitian – penelitian, rasa sakit dan pendarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD
b. Pendarahan yang bertambah banyak
1. Volume darah haid bertambah, pada IUD yang menganung hormone.
2. Pendarahan yang berlangsung lebih lam
3. pendarahan bercak / spotting diantara had
2. Embedding dan displacement
a. IUD tertanam dalam-dalam di endometrium / miometrium
b. Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan
3. Infeksi
Merupakan komplikasi yang serius yang berhubungan dengan pemakaian IUD. Akseptor IUD mempunyai resiko 2x lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non akseptor KB. PID adalah istilah yang menunjukkan suatu infeksi yang naik dari serviks ke dalam uterus, tuba falupi dan ovarium.
a. Tanda – tanda dan gejala infeksi
1. Infeksi fraktus genetalia bagian bawah
a. PUS dan mucus dari serviks / uretra
b. Buang air kecil sukar / sakit

2. Pelvik Implammatory Disease
a. Sakit perut bagian bawah
b. Dispareunia kadang-kadang dengan pendarahan
c. Haid yang sakit / berlebihan
d. Nyeri goyang uterus / serviks pada pemeriksaan dalam
e. Nyeri tekan / pembengkakan daerah tuba falllopi / ovarium
f. Temperature 38o C / lebih

b. Pengobatan Infeksi
1. Diagnosa dini
2. Pengangkatan / pengeluaran IUD
3. Terapi antibiotika
4. Follow up yang teratur
5. Pengobatan partner seksualnya

4. Kehamilan Intra Uterine
Tanpa memandang usia dan paritas, angka kehamilan pada IUD inert makin menurun dengan lamanya pemakaian. Untuk IUD yang mengandung Cu penurunan angka kehamilan selama tahun kedua tak terlalu mencolok. Resiko kehamilan dengan IUD In-utera adalah abortus spontan, prematuritas,

5. Kehamilan Ektopik
IUD tidak menimbulkan resiko kehamilan ektopik, tetapi mengurangi kemungkinan inplantasi intra uterine, maka kehamilan yang terjadi akan lebih cenderung kea rah kehamilan ektopik.

6. Ekspulsi
Gejala-gejala ekspulsi IUD
a. Vagina discharge yang abnormal
b. Sakit daerah pelvis
c. Pendarahan bercak / spotting inter – menstrual
d. Pendarahan bercak / spotting post – coital
e. Dispare
f. Bertambah panjangnya benang ekor IUD
g. Teraba batang IUD di ostium uteri / di dalam vagina
h. Tidak teraba benang ekor IUD
Pada ekspulsi partial / inkomplit, IUD harus dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang baru.

2. Perilaku
a. Definisi
Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku adalah semua kegiatan / aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon / reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

b. Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka menurut Notoatmodjo, (2003), perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung / tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata/terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas diamati / dilihat oleh orang lain.

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :
1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predispose adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu pengatahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu, umur jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu yang termasuk dalam kelompok ini adalah ketersediaan fasilitas dan petugas kesehatan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat (atau kadang memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapatan, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman sekerja, tokoh masyarakat tokoh agama dan juga petugas kesehatan sendiri.
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan oleh Lowrence Green tentang faktor utama yang mempengaruhi perilaku, maka akan dibahas lebih lanjut tentang 3 faktor yang akan diteliti yaitu :
1. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan terutama yang positif dapat mempermudah terwujudnya perilaku tertentu. Menurut Notoadmodjo (2003) penegatahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah sesorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan, sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Roger (1974) dalam Notoadjmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengatahui stimulus (ebjek) terlebih dahulu
b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus .
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari / rangsangan yang telah diterima, oleh sebab ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami dirtikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginteraksikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek / materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi / kondisi dipelajari pada situasi /kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi / penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks / situasi yang lalu.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan / suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, danmasih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan. Menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk jusifikasi / penilaian terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri /menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Tingkat ekonomi
Diantara yang termasuk dalam faktor predisposisi / yang mempermudah untuk terjadinya perilaku adalah tingkat ekonomi. Menurut Azwar (1983) dalam Istiarti (2000) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan kesehatan begitu juga sebaliknya.
Status ekonomi sebuah kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi dasar keluarga adalah tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber (Friedman, 1998). Geismar dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998) mengembangkan kriteria dan deskripsi kelurga marginal, keluarga secara ekonomi bersifat adekuat. Pendapatan yang mencakup kebutuhan kebutuhan sebuah keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga dan sumber-sumber pribadi, seperti pensiun, sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuan-bantuan umum bersifat marginal, tidak stabil / benar-benar tidak memadai. Keluarga yang bersifat secara tidak adekuat dalam bidang ini menunjukan karakteristik:
a. Penghasilan seluruhnya berasal dari bantuan umum karena kaum dewasa dalam keluarga gagal / tak mampu bekerja
b. Penghasilan yang berasal dari bantuan kesejahteraan dengan cara – cara curang.
c. Jumlah penghasilan yang terlalu rendah / tak cukup sehingga kebutuhan kebutuhan pokok tidak terpenuhi.

3. Dukungan Suami dan Keluarga
Pendapatan dukungan, kritik, dari keluarga, teman sekerja tokoh masyarakat tokoh agama. Juga ari petugas kesehatan sendiri adlah factor yang memperkuat (kadang-kadang memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu. Kane (1988) dalam Friedman (1988) mengidentifikasi dukungan social keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan.
Menurut Friedman (1998) orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih daripada mereka yang tidak memiliki keuntungan ini. Dukungan social keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan social yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses / diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa / tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa :
a. Dukungan sosial keluarga internal ; seperti dukungan dari suami, istri / dukungan dari keluarga kandung
b. Dukungan sosial keluarga eksternal, yaitu dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga)
Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi angota-anggotanya. Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menerangkan bahwa keluarga memiliki fungsi suportif, termasuk di dalamnya adalah :
a. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator yaitu penyebar informasi tentang dunia.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.


B. KERANGKA TEORI























Sumber : Green dalam Notoatmodjo, 2003

C. KERANGKA KONSEP










Sumber : Green dalam Notoatmodjo
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penlitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dmanfaatkan untuk menjelaskan fenomena / karakteristik individual, situasi,kelompok tertentu secara akurat. Tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa / kondisi populasi saat ini. (Saudarwan, 2003)
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross – sectional yaitu variable pada objek penelitian diukur / dikumpulkan secara simuitan / dalam waktu yang bersamaan. Pengumpulan data untuk semua variable dilakukan secara bersama-sama / sekaligus. (Notoatmodjo, 2002).

B. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek / objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003).
Populasi penelitian disini adalah pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB selain AKDR di Desa Kedungwuni Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Xxx yaitu sebanyak 73 akseptor.

2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), sample adalah sebagian yang dimiliki dari keseluruhan obyek yang iteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 73 akseptor.

3. Sampling
Sampling yaitu cara / metode pengambilan sample (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2005), sampling jenuh adalah tekhnik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample.




C. KRITERIA SAMPEL
1. Kriteria Inklusi
adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi atau target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :
a. Akseptor KB yang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR
b. Akseptor KB yang tinggal di Desa Kedungwuni Kecamatan Kedungwuni Kab. Xxx
c. Akseptor KB yang bersedia di teliti
2. Kriteria Eksklusi
adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
a. Akseptor KB yang tidak bersedia diteliti
b. Akseptor KB yang tidak ada di rumah saat penelitian

D. 1. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD (AKDR) yaitu umur, paritas, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang AKDR serta dukungan suami dan keluarganya.

2. DEFINISI OPERASIONAL
Adalah perumusan variable / batasan ruang lingkup variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data (Azwar, 2003). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Karakteristik
a. Umur
Umur adalah interval antara tanggul sekarang dengan awal kehidupan semenjak kelahiran dikategorikan menjadi :
3. < 20 tahun : reproduksi muda
4. 20 - 30 tahun : reproduksi sehat
5. > 30 tahun : reproduksi tua

b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan wanita.
Dikategorikan menjadi :
1. Paritas 1 : pernah melahirkan 1 kali
2. Paritas 2 : pernah melahirkan 2 kali
3. Paritas 3 / lebih : pernah melahirkan 3x / lebih
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pedidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh Departemen Pendidikan.
Dikategorikan menjadi :
2. Tidak pernah sekolah
3. Dasar : SD sampai SMP
4. Menengah : SMU
5. Tinggi : perguruan tinggi
Skala : Ordinal
2. Tingkat Ekonomi
Tingkat ekonomi adalah keadaan ekonomi diukur dengan jumlah rupiah pendapatan / penghasilan rata-rata perbulan berdasarkan upah minimal rata-rata (UMR) Kabupaten Xxx.
Dikategorikan menjadi :
a. Diatas UMR : ≥Rp. 675.000,-
b. Dibawah UMR : ≤ Rp. 675.000,-

3. Tingkat pengetahuan tentang AKDR
Pengetahuan disini adalah pengetahuan akseptor KB selain akseptor KB IUD tentang kontrasepsi IUD.
Dalam Koesioner akan diberikan 10 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi IUD (AKDR). Dengan penilaian : Jawaban B = 1 dan S = 0. KAtegori dinilai berdasarkan mean (nilai rata-rata) yaitu jumlah skore seluruh responden dibagi jumlah responden.
Kategori :
a. Baik : skore ≥ mean
b. Tidak baik : skore < mean
Skala : Ordinal


4. Dukungan Suami dan Keluarga
Dukungan ini merupakan bentuk partisipasi dari suami dan keluarga ibu dalam memilih kontrasepsi.
Dalam koesioner akan diberikan 8 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang dukungan suami dan 3 pertanyaan tentang dukungan keluarga. Dengan penelitian :
Jawaban ya = 1 dan tidak = 0
Kategori :
a. Mendukung : skore ≥ mean
b. Tidak mendukung : skore < mean
Skala : Nominal
"

Mengenal aneka alat KONTRASEPSI

Mengenal aneka alat KONTRASEPSI: "
Kontrasepsi memang bukan barang aneh. Tapi sudah tahukah Anda plus-minusnya? Nah, dengan mengenalnya secara lebih baik, Anda tak perlu bingung lagi untuk memilih.
Hampir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan sekaligus membatasi jumlah anak. Karena itu, kontrasepsi dibutuhkan. Alasan penggunaan kontrasepsi bisa macam-macam, dari menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menyetop kehamilan.
“Masing-masing pasangan punya alasan. Mungkin karena urusan sekolah, pekerjaan, usia, kesehatan dan segala macam. Bisa juga karena sudah memiliki anak dan hendak menunda kehamilan berikutnya. Atau, ya, ingin berhenti karena anak sudah banyak,” jelas dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar. Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap


KONTRASEPSI MEKANIK
Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung. Maksudnya, kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim. Nah, ada beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam golongan mekanik ini, yaitu kondom dan diafragma.

* Kondom
Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong.
Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Terlebih jika dipakai bersama dengan spermisida (pembunuh sperma). “Rata-rata, dari 100 pasangan dalam setahun, sekitar 4 wanita yang hamil,” ujar Andon.
Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi terhadap bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena bahannya yang sangat tipis.

* Diafragma
Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.
Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.

* Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload).
“Yang paling terkenal Copper T dan Multiload. Kontrasepsi tersebut jadi pilihan karena kenyamanannya. Modifikasi terbaru Copper T, yaitu Nova T memiliki keunggulan lebih lembut,” jelas Andon.
Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika Anda ingin hamil lagi.
Sebagai pemakai, Anda bisa memeriksa sendiri keberadaan alat tersebut. Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut rahim. Seandainya Anda sudah melakukan pemasangan kontrasepsi ini, jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan.

Pemakaian kontrasepsi tanpa bahan aktif Copper dapat terus berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif Copper, 3-4 tahun harus diganti.
Yang perlu diingat kontrasepsi ini bukanlah alat yang sempurna. Masih ada kekurangannya. Misalnya, kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi. Mungkin akibat benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga menimbulkan perlukaan dan menganggu dalam hubungan seksual. Pemakaian AKDR juga membuat kita lebih mudah keputihan. Karena itu sebaiknya kontrasepsi ini tidak digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan yang tidak jelas.
Keuntungannya, alat ini bisa dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama sekali tidak menganggu produksi ASI, jika ibu sedang mmenyusui. “Efektifitas pemakaian kontrasepsi dalam rahim ini, dari seribu pasangan, sekitar 5 wanita dalam setahun akan hamil,” ujar Andon.

* Spermisida
Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma. “Dari 100 pasangan dalam setahun, ada 3 wanita yang hamil. Tapi karena sering salah dalam pemakaiannya, bisa terjadi sampai 30 kehamilan,” jelas Andon.
Diakuinya, banyak wanita merasa tak nyaman menggunakan spermasida. “Keluhannya, tidak enak dan timbul alergi,” ujar Andon kemudian. Selain itu, pemakaiannya agak merepotkan menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit mencapai kepuasan.


KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk.
Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.

* Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen.
Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah.
Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering.
Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI.
Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.


* Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.


* Susuk
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.
Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.


KONTRASEPSI MANTAP
Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.

Aman Bagi Pasangan Baru Menikah
Jika Anda baru menikah dan belum berencana punya anak, gunakanlah metoda sederhana untuk menunda kehamilan. Apa saja itu?
1. KONDOM
Sperma yang keluar akan ditampung oleh kondom, sehingga tidak masuk ke dalam rahim. Kegagalan mungkin saja terjadi. Biasanya karena kondom robek dan bocor.
2. PANTANG BERKALA
Untuk menghindari kehamilan, lakukan hubungan intim hanya saat istri dalam masa tidak subur. Ini bisa dilakukan pada pasangan yang istrinya mempunyai siklus haid teratur. Kerjasama dan pengertian suami sangat dibutuhkan dalam hal ini.
3. SENGGAMA TERPUTUS
Cara ini mungkin bisa menghindari kehamilan. Konsepnya, mengeluarkan alat kelamin menjelang terjadinya ejakulasi. Cuma, cara ini memang agak mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Tingkat kegagalannya cukup tinggi, 30-35 persen. “Ini lebih disebabkan suami tidak bisa mengontrol, sehingga sperma tetap saja tertumpah di mulut rahim dan tetap bisa masuk vagina.” ujar Andon.

Cocok Tidaknya Pilihan Anda
Tidak cocok jika:
* Berat Tubuh Tidak Stabil
Apakah tubuh menjadi kurus atau gemuk? Seandainya ada perubahan dari berat normal, kemungkinan kontrasepsi yang digunakan tidak cocok.
* Timbul Rasa Nyeri
Bisa nyeri kepala, nyeri otot, kram perut.
* Perubahan Emosi
Muncul gelisah, depresi, dan sebagainya.
* Pola Haid Terganggu
Darah keluar menjadi banyak sekali, sedikit, atau tidak ada sama sekali.
* Timbul Keputihan
Jumlahnya banyak dan mengandung bau.
"

Mengenal aneka alat KONTRASEPSI

Mengenal aneka alat KONTRASEPSI: "
Kontrasepsi memang bukan barang aneh. Tapi sudah tahukah Anda plus-minusnya? Nah, dengan mengenalnya secara lebih baik, Anda tak perlu bingung lagi untuk memilih.
Hampir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan sekaligus membatasi jumlah anak. Karena itu, kontrasepsi dibutuhkan. Alasan penggunaan kontrasepsi bisa macam-macam, dari menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menyetop kehamilan.
“Masing-masing pasangan punya alasan. Mungkin karena urusan sekolah, pekerjaan, usia, kesehatan dan segala macam. Bisa juga karena sudah memiliki anak dan hendak menunda kehamilan berikutnya. Atau, ya, ingin berhenti karena anak sudah banyak,” jelas dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar. Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap


KONTRASEPSI MEKANIK
Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung. Maksudnya, kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim. Nah, ada beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam golongan mekanik ini, yaitu kondom dan diafragma.

* Kondom
Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong.
Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Terlebih jika dipakai bersama dengan spermisida (pembunuh sperma). “Rata-rata, dari 100 pasangan dalam setahun, sekitar 4 wanita yang hamil,” ujar Andon.
Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi terhadap bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena bahannya yang sangat tipis.

* Diafragma
Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.
Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.

* Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload).
“Yang paling terkenal Copper T dan Multiload. Kontrasepsi tersebut jadi pilihan karena kenyamanannya. Modifikasi terbaru Copper T, yaitu Nova T memiliki keunggulan lebih lembut,” jelas Andon.
Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika Anda ingin hamil lagi.
Sebagai pemakai, Anda bisa memeriksa sendiri keberadaan alat tersebut. Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut rahim. Seandainya Anda sudah melakukan pemasangan kontrasepsi ini, jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan.

Pemakaian kontrasepsi tanpa bahan aktif Copper dapat terus berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif Copper, 3-4 tahun harus diganti.
Yang perlu diingat kontrasepsi ini bukanlah alat yang sempurna. Masih ada kekurangannya. Misalnya, kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi. Mungkin akibat benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga menimbulkan perlukaan dan menganggu dalam hubungan seksual. Pemakaian AKDR juga membuat kita lebih mudah keputihan. Karena itu sebaiknya kontrasepsi ini tidak digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan yang tidak jelas.
Keuntungannya, alat ini bisa dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama sekali tidak menganggu produksi ASI, jika ibu sedang mmenyusui. “Efektifitas pemakaian kontrasepsi dalam rahim ini, dari seribu pasangan, sekitar 5 wanita dalam setahun akan hamil,” ujar Andon.

* Spermisida
Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma. “Dari 100 pasangan dalam setahun, ada 3 wanita yang hamil. Tapi karena sering salah dalam pemakaiannya, bisa terjadi sampai 30 kehamilan,” jelas Andon.
Diakuinya, banyak wanita merasa tak nyaman menggunakan spermasida. “Keluhannya, tidak enak dan timbul alergi,” ujar Andon kemudian. Selain itu, pemakaiannya agak merepotkan menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit mencapai kepuasan.


KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk.
Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.

* Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen.
Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah.
Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering.
Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI.
Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.


* Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.


* Susuk
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.
Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.


KONTRASEPSI MANTAP
Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.

Aman Bagi Pasangan Baru Menikah
Jika Anda baru menikah dan belum berencana punya anak, gunakanlah metoda sederhana untuk menunda kehamilan. Apa saja itu?
1. KONDOM
Sperma yang keluar akan ditampung oleh kondom, sehingga tidak masuk ke dalam rahim. Kegagalan mungkin saja terjadi. Biasanya karena kondom robek dan bocor.
2. PANTANG BERKALA
Untuk menghindari kehamilan, lakukan hubungan intim hanya saat istri dalam masa tidak subur. Ini bisa dilakukan pada pasangan yang istrinya mempunyai siklus haid teratur. Kerjasama dan pengertian suami sangat dibutuhkan dalam hal ini.
3. SENGGAMA TERPUTUS
Cara ini mungkin bisa menghindari kehamilan. Konsepnya, mengeluarkan alat kelamin menjelang terjadinya ejakulasi. Cuma, cara ini memang agak mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Tingkat kegagalannya cukup tinggi, 30-35 persen. “Ini lebih disebabkan suami tidak bisa mengontrol, sehingga sperma tetap saja tertumpah di mulut rahim dan tetap bisa masuk vagina.” ujar Andon.

Cocok Tidaknya Pilihan Anda
Tidak cocok jika:
* Berat Tubuh Tidak Stabil
Apakah tubuh menjadi kurus atau gemuk? Seandainya ada perubahan dari berat normal, kemungkinan kontrasepsi yang digunakan tidak cocok.
* Timbul Rasa Nyeri
Bisa nyeri kepala, nyeri otot, kram perut.
* Perubahan Emosi
Muncul gelisah, depresi, dan sebagainya.
* Pola Haid Terganggu
Darah keluar menjadi banyak sekali, sedikit, atau tidak ada sama sekali.
* Timbul Keputihan
Jumlahnya banyak dan mengandung bau.
"

Sperma Tetap Subur

Sperma Tetap Subur:
"Pasangan Anda punya masalah pada sistem reproduksinya dan kualitas spermanya kurang baik? Berikut ini ada beberapa cara agar dia tetap subur.

Sistem reproduksi merupakan salah satu sistem tubuh yang bisa dibilang sangat rentan terhadap usia dan lingkungan. Tak peduli pria maupun wanita, semuanya memiliki kemungkinan bermasalah dengan sistem reproduksi. Namun, wanita biasanya berusaha mencari solusi secepat mungkin dibandingkan kaum pria.

Bagaimana membantu pasangan Anda agar menjaga sistem reproduksinya sekaligus menjaga kualitas spermanya?

Hindari berendam di air panas karena dapat menurunkan produksi spermanya. Testis yang terletak di luar tubuh pria berfungsi seperti lemari pendingin yang menjaga agar suhu sperma selalu 5o lebih dingin daripada suhu tubuh. Segala sesuatu yang menaikkan suhu testis dalam jangka waktu yang cukup lama mampu mengganggu repoduksi sperma selama dua atau tiga bulan.

Merokok merupakan salah satu penyebab munculnya radikal bebas dalam tubuh manusia yang dapat mengurangi kemampuan sperma untuk bergerak. Selain itu, radikal bebas terbukti mengurangi usia sperma. Usahakan agar pasangan Anda menghentikan kebiasaan merokok dan mulai mengonsumsi suplemen yang mengandung antioksidan tinggi, misalnya vitamin C dan E.

Pria kegemukan memiliki kualitas sperma yang kurang baik. Perlu diketahui, lemak tubuh memproduksi hormon yang disebut dengan estradiol yang langsung berpengaruh pada produksi testosteron, yaitu hormon yang sangat berpengaruh bagi kualitas sperma seorang pria. Semakin tinggi estradiol, maka produksi testosteron akan semakin rendah, otomatis kualitas sperma pun menjadi kurang baik.

Zinc atau seng memiliki fungsi sebagai antibakteri dalam prostat. Jika seorang pria kekurangan seng, maka prostatnya rentan akan infeksi sehingga produksi sperma akan menurun. Untuk menaikkan kadar mineral seng dalam tubuh, konsumsilah aneka kacang-kacangan, biji-bijian serta aneka produk susu seperti keju dan yogurt.


"

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONTRASEPSI

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONTRASEPSI:

PIL KB KOMBINASI
Sangat efektif bila diminum setiap hari.
Bila berhenti minum Pil KB dapat terjadi kehamilan.
Pada bulan-bulan pertama pemakaian mungkin dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, perdarahan atau flek diantara masa haid, kenaikan berat badan, atau sakit kepala. Semua gejala ini tidak berbahaya.
Aman untuk hampir semua wanita karena efek samping jarang terjadi.
Dapat digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang belum mempunyai anak.
Dapat mencegah penyakit kanker tertentu, kurang darah (akibat kekurangan zat besi), nyeri pada waktu haid dan beberapa kesehatan lain.


SUNTIK KB
Sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan atau 3 bulan (sesuai dengan jenis suntik KB).
Gangguan perdarahan biasa terjadi – seperti flek-flek, perdarahan ringan diantara 2 masa haid. Setelah pemakaian satu tahun sering tidak mengalami haid. Kenaikan berat badan juga biasa terjadi atau timbul sakit kepala ringan.
Dapat digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang belum mempunyai anak.
 Bila berhenti memakai cara KB ini, kehamilan dapat segera terjadi.
Aman digunakan pada masa menyusui, setelah 6 minggu sehabis melahirkan.
Membantu mencegah kanker rahim; mencegah kehamilan di luar rahim
SUSUK KB
Tersedia 3 macam susuk KB terdiri dari 1 batang, 2 batang, dan 6 batang.
1,2 atau 6 buah batang ini dimasukkan dibawah kulit pada lengan bagian atas.
Sangat efek
tif untuk masa 3 tahun (untuk jenis 1 dan 2 batang) dan 5 tahun (untuk jenis 6 batang).
Bila diinginkan, susuk KB dapat diangkat setiap waktu.
Segera setelah susuk KB diangkat, wanita dapat hamil.
Perubahan pola haid masih dalam batas normal – perdarahan ringan diantara masa haid, flek-flek atau tidak haid. Juga timbul sakit kepala ringan.
Aman digunakan pada masa menyusui, dipasang setelah 6 minggu sehabis melahirkan.
Membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan.
PIL PROGESTIN / MINI PIL
Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui dan ingin menggunakan pil, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan.
 Sangat efektif selama masa menyusui.
Jika digunakan pada masa menyusui, biasanya terjadi perubahan pola haid terutama flek-flek diantara masa haid.
KONDOM
Selain mencegah kehamilan juga dapat melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS.
Kondom dapat digunakan untuk mencegah HIV / AIDS, sekaligus ber KB
Dengan sedikit berlatih – mudah digunakan secara benar.
Efektif bila setiap dilakukan secara benar.
 Beberapa pria merasa bahwa kondom mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD
Alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh seorang bidan / dokter terlatih.
Sangat efektif, dan bila berhenti memakai AKDR, kehamilan dapat terjadi. AKDR ini merupakan cara KB jangka panjang.
AKDR tipe TCu-380 A misalnya, efektif paling sedikit selama 10 tahun.
Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian. Mengalami sedikit ketidak-nyamanan setelah IUD dipasang.
Tidak ada pengaruh terhadap ASI. Seorang dokter / bidan yang telah mendapat pelatihan khusus dapat memasangnya segera setelah melahirkan.
Infeksi panggul cenderung menyerang pemakai IUD terlebih lagi apabila si pemakai telah terjangkit penyakit menular seksual.
IUD dapat keluar sendiri pada waktu mengedan, khususnya pada bulan-bulan pertama pemakaian, jadi sangat penting memeriksakan talinya.
 Tidak dianjurkan digunakan oleh wanita yang mengidap Penyakit Menular Seksual.
METODE SEDERHANA / VAGINAL
Spermisid / tissu KB, diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat dipakai sendiri oleh wanita.
Harus dimasukkan ke dalam vagina (liang senggama) setiap kali sebelum berhubungan. Dilakukan sebelum mengadakan hubungan seks.
Efektif bila digunakan secara benar.
 Dapat membantu mencegah penyakit menular seksual.
Menggunakan cara KB ini, cenderung untuk terkena infeksi saluran kencing.
Tissu KB tidak mudah didapat.
METODE OPERASI WANITA (MOP) / TUBEKTOMI
Cara KB permanent bagi wanita yang yakin tidak ingin mempunyai anak lagi pertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan.
Operasi yang aman dan sederhana. Hanya memerlukan bius lokal.
Sangat efektif.
Belum ada efek samping jangka panjang. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjadi.
Tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun perasaan seksual.
METODE OPERASI PRIA (MOP) / VASEKTOMI
Cara KB permanent bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Pertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan.
Operasi yang aman, dan mudah. Memerlukan hanya beberapa menit di klinik atau praktek dokter. Menggunakan bius lokal.
Baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum itu masih harus menggunakan kondom.
Tidak ada efek samping jangka panjang.
Tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual.
SISTEM KALENDER
Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya.
Sistem kalender adalah: pada masa subur tidak berhubungan seks. Bila berhubungan gunakanlah kondom, tissu KB, diafragma dan kap, atau sanggama terputus selama masa subur.
Dapat efektif bila dilakukan dengan benar. Namun pada kenyataannya sering kurang efektif.
Diperlukan kerjasama yang baik dengan pasangannya, karena sulit untuk menghindari hubungan seksual untuk waktu yang lama.
Tidak ada efek samping fisik.
Cara ini dianjurkan apabila cara KB lain sulit dipergunakan pada waktu menderita demam, infeksi vagina, setelah melahirkan atau pada waktu menyusui.
METODE LAM (Lactational Amenorrhoe Methode) / PEMBERIAN ASI
Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa makanan tambahan).
Seorang wanita menyusui dikatakan menggunakan metoda LAM, bila:
Menyusui secara penuh atau bayinya tidak mendapat makanan tambahan, ibu sering memberikan ASI, siang dan malam;
Belum mendapat haid;
 Bayinya belum berumur 6 bulan.
Wanita sebaiknya sudah merencanakan penggunaan cara KB lain, bila tidak menggunakan LAM.
BEBERAPA METODE KB YANG TIDAK DI ANJURKAN KARENA KONDISI KESEHATAN TERTENTU
Kondisi Kesehatan
Metode yg tidak di anjurkan
Merokok dan berumur diatas 35 tahun. Pil KB (Pil KB Kombinasi)*
Diketahui mempunyai tekanan darah yang Pil KB. Jika tekanan darahnya tinggi,
tinggi. Suntik KB**
6 bulan pertama menyusui. PIL KB.
6 minggu pertama menyusui. DMPA impian, Pil Progestin (POPs)
Beberapa penyakit jantung, pembuluh Pil KB, Pil Progestin, suntik DMPA,
darah yang jarang terjadi, dan beberapa implant. Atau tanyakan dokter/bidan
penyakit hati. anda.
Sakit kepala migrant – yaitu sakit kepala Pil KB, tetapi penggunaan Pil KB
yang datang berulang-ulang, sering terjadi dibatasi hanya pada 2 kondisi yaitu:
disatu sisi kepala saja atau berdenyut-denyut, 1. Wanita berumur 35 tahun/lebih
yang menyebabkan mual, gejala kan lebih 2. Wanita tak terbatas umur jika
buruk bila terkena sinar atau mendengar mengalami gangguan penglihatan
suara-suara bising. atau sulit berbicara atau bergerak
pada waktu mengalami sakit kepala
tersebut.
 Mempunyai infeksi penyakit menular akibat AKDR/IUD. Gunakan kondom,
penyakit hubungan seks atau penyakit meskipun sudah menggunakan cara
radang panggul pada saat ini atau 3 bulan KB lain (perdarahan pada vagina yang
terakhir. Resiko tinggi – karena mempunyai tidak biasa, mungkin merupakan lebih dari satu pasangan baik suami atau tanda-tanda dari infeksi akibat
istrinya. hubungan seksual).
Kondisi-kondisi yang tidak sempurna tertentu AKDR/IUD. Tanyakan dokter/bidan
dari organ tubuh wanita. anda.
Diketahui sedang hamil. AKDR/IUD. Pil KB pada 21 hari
Pertama setelah melahirkan.
*Juga berlaku untuk Suntikan bulanan (kombinasi).
**DMPA= suntikan DMPA (Depo-Provera) juga termasuk suntikan Norestrat.



"

Sperma Tetap Subur

Sperma Tetap Subur:
"Pasangan Anda punya masalah pada sistem reproduksinya dan kualitas spermanya kurang baik? Berikut ini ada beberapa cara agar dia tetap subur.

Sistem reproduksi merupakan salah satu sistem tubuh yang bisa dibilang sangat rentan terhadap usia dan lingkungan. Tak peduli pria maupun wanita, semuanya memiliki kemungkinan bermasalah dengan sistem reproduksi. Namun, wanita biasanya berusaha mencari solusi secepat mungkin dibandingkan kaum pria.

Bagaimana membantu pasangan Anda agar menjaga sistem reproduksinya sekaligus menjaga kualitas spermanya?

Hindari berendam di air panas karena dapat menurunkan produksi spermanya. Testis yang terletak di luar tubuh pria berfungsi seperti lemari pendingin yang menjaga agar suhu sperma selalu 5o lebih dingin daripada suhu tubuh. Segala sesuatu yang menaikkan suhu testis dalam jangka waktu yang cukup lama mampu mengganggu repoduksi sperma selama dua atau tiga bulan.

Merokok merupakan salah satu penyebab munculnya radikal bebas dalam tubuh manusia yang dapat mengurangi kemampuan sperma untuk bergerak. Selain itu, radikal bebas terbukti mengurangi usia sperma. Usahakan agar pasangan Anda menghentikan kebiasaan merokok dan mulai mengonsumsi suplemen yang mengandung antioksidan tinggi, misalnya vitamin C dan E.

Pria kegemukan memiliki kualitas sperma yang kurang baik. Perlu diketahui, lemak tubuh memproduksi hormon yang disebut dengan estradiol yang langsung berpengaruh pada produksi testosteron, yaitu hormon yang sangat berpengaruh bagi kualitas sperma seorang pria. Semakin tinggi estradiol, maka produksi testosteron akan semakin rendah, otomatis kualitas sperma pun menjadi kurang baik.

Zinc atau seng memiliki fungsi sebagai antibakteri dalam prostat. Jika seorang pria kekurangan seng, maka prostatnya rentan akan infeksi sehingga produksi sperma akan menurun. Untuk menaikkan kadar mineral seng dalam tubuh, konsumsilah aneka kacang-kacangan, biji-bijian serta aneka produk susu seperti keju dan yogurt.


"

Blog Archive