Showing posts with label Protap-SOP. Show all posts
Showing posts with label Protap-SOP. Show all posts

Sunday, February 14, 2010

Pemeriksaan Fisik Bayi

Pemeriksaan Fisik Bayi: "
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

  1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
  2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
  3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir.
  4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Penilaian Apgar Score
Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:
  1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
  2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
a. Adaptasi baik : skor 7-10
b. Asfiksia ringan-sedang : skor 4-h
c. Asfiksia berat : skor 0-3

Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan cairan amnion bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion, seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.

Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan plasenta bertujuan untuk menentukan keadaan/kondisi plasenta. Pemeriksaan ini meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.

Pemeriksaan Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tiali pusat, seperti ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat, dan lain-lain.

Cara:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran:
  • Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500 gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi dise°but macrosomia.
  • Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
  • Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
  • Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.
Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
  • Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau tidak.
  • Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
  • Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan
  • Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.
  • Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
Pengukuran Fontanel dan Sutura Sumber: Wong, DL, 1996
Penatalaksaan
Mata Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah mata.
2. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
  • Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
  • Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
  • Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
  • Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
  • Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik, kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

Pemeriksaan Hidung
Cara:
  1. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
  2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
Pemeriksaan Mulut
Cara:
  1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
  2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
  3. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut sebagai Monilia albicans.
  4. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
Pemeriksaan pada Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
  • Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
  • Yernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing di mana pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
2. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.
3. Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.

Pemeriksaan Abdomen
Cara:
  1. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya kembung.
  2. Lakukan auskultasi adanya bising usus.
  3. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
  4. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara:
  1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-lain.
  2. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk jari.
Pemeriksaan Genetalia
Cara:
  1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora, lubang uretra dan lubang vagina.
  2. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe°.rti keadaan penis, ada tidaknya hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan epispadia (defek pada dorsum penis).
Pemeriksaan Anus dan Rektum
Cara:
  1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani atau posisi anus.
  2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
Pemeriksan Kulit
Cara:
  1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang c;ukup bulan).
  2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)



"

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik: "
Darah
Pemeriksaan darah merupaka_n pcnwriksaan vang menggunakar7 bahan atau spesimen darah. Beberapa pemeriksaan di bawah ini rnenggunakan spesimen darah, antara lain:
1. SGPT
2. Albuimin
3. Asam Urat
4. Bilirubin (total, direct dan indirect)

5. Estrogen

Pemeriksaan estrogen bertujuan untuk mendeteksi disfungsi ovarium. menopause dan pasca menopause, stres psikogenik. Nilai estrogen meningkar dapat diindikasikan adanya tumor ovarium, adanya kehamilan dan lain¬lain.
Cara:
a. Ambil darah kurang leb:h 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Berikan label nama dau tanggal.

6. Gas Darah Arteri
Perneriksaan gas daxah arteri bertujuan untuk mendeteksi gangguan keseimbangan asarn-basa yang disceabkan oleh karena gangguan respiratorik atau gangguan metabolik.
Cara:
a. Ambil darah kurang –1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan heparin,
b. Berikan label nama dan tariggal.

7. Gula Darah Puasa
Pemeriksaan gula darah puasa bertu,juan untuk mendeteksi adanya diabetes, atau reaksi hipoglikemik.
Cara:
a. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan ke r3alam tal.rung atau botol.
c. Pt.tasakan rrrakao clar minum 12 jam sebelum pemeriksaan.

8. Gula DarahPostprandia
Pemeriksaan gula darah postpramdial bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes, atau reaksi hipoglikemik, yang dilakukan setelah makan.
Cara:
  • Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena setelah 2 jam setelah makan pagi atau siang.
  • Masukkan ke dalam tabung atau botol.
9. Human Chorionic Gonadota-opin (HCG)
Periksaan HCG bertujuam m:tuk mendeteksi adanya kehamilan, karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta.
C ara:
a. Ambil darah kurang lebih 5-10 rnl dari vena.
b. Masukkan kedalam tabung atau botol.
d. Hindari hemolisis.
e. Berikan label nama dan tanggal.

10. Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit bertujuan untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah, yang dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis, defisiensi vitamin B dan C. Apabila terjadi peningkatan kadar hematokrit dapat diindikasikan adanya dehidrasi, asidosis, trauma, pernbedahan dan lain-lain.
Cara:
a. Ambil darah kurang lebih 7 ml dari vena.
b. Masukkan kedalam tabung atau botol.
c. Berikan label nama dan tanggal.

11. Hemoglobin
Pemeriksaam hemoglobin bertujuan untuk mendeteksi adanya anemia penyakit ginjal. Terjadi peningkatar. diindikasikan adanya dehidrasi, penyakit paru obstruksi menahun, jantung kongestif dan lain-lain.
Cara:
a. Ambil darah kurang lebih 5-20 n
b. Masukkan kedalam tabung atas
c. Hindari hemolisis.
d. Berikan label nama dan tanggal. °frombosit

12. Trombosit
Pemeriksaan trombosit bertujuan untuk mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang menyebabkan Pemingkatan pembekuan.
Cara:
a. Ambil darah kurang lebih 5 ml dari pena.
b. Masukkan kedalam tabung ataL.i botol.
c. Berikan label nama dan tanggal.

13.Masa tromboplastin parsial (V17= partial tromboplastin time),
masa tromboplastin harsial teraktivasi (APTT = actic)ation partial tromboplastin time). Pcemeriksaan PTT/APTf bertujuan untuk mendeteksi defisiensi faktor pealbekuan kecuali faktor VII, VIII, mendeteksi variasi trombosit, memonitor terapi heparin.
Cara:
a. Ambil darahkurang lebih 7-10 ml dari vena
b. Lakukan pengambaulan 1 jam sebelum pemberian dosisi heparin
c. Masukan ke dalam tabung/botol
d. Berikan label dan nama

14. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain pemeriksaan kadar elektrolit c(alam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum kreatinin, kortisol. kolesterol, T3, T4, dan lain-lain.

Urine
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen urine, adapun pemeriksaannya dapat dilakukan antara lain:
1. Asam Urat
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada penyakit ginjal, eklamsia, keracunan timah hitam, leukemia dengan diet tinggi purin, ulscratif kolitis dan lain-lain.
Cara:
a. Tampung urine 24 jam dan masukkan ke dalam botol atau tabung.
b. Berikan label nama, tanggal pengambilan.

2. Bilirubin
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran empedu, penyakit hepar, kanker hepar, dan lain-lain.
Cara:
a. Gunakan Ictotet.
b. Teteskan urine kurang lebih S tetes.
c. Masukkan tablet dan tambahkan 2 tetes air.
d. Hasil positif jika warna biru atau ungu.
e. Bila mcrah maka hasil negatif.

3. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kehamilan, mengingat I-ICG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
a. Anjurkan puasa 8-12 jam cairan.
b. Ambil urine 60 ml kemudian lakukan pengumpulan selam 24 jam.
c. Berikan label nama dan tanggal.

4. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen urinee antara lain pemeriksaan urobilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit hemolitik dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisis digunakan untuk menentukan adanya berat jenis, kadar glukosa, keton, dan lain-lain. Pemeriksaan kadar protein dalam urine untuk menentukan kadar kerusakan glomerolus. Pemeriksaan pregnadion dalam urine untuk menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan mctnilai adanya ovulasi, serta pemeriksaan lainnya.

Feses
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan bahan feses yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti kelompok Salmonella, Shigella, Fsherichia coli, Staphilococcus dan lain-lain.
Persiapan dan Pelaksanaan:
  • Tampung bahan dengan gunakan spatel steril.
  • Tempatikan feses dam wadah steril dan ditutup.
  • Fses jangan dicampur dengan urine.
  • Jangan dibcrikan Barium atau minyak mineral yang dapat mc:nghambat pertumbuhan bakteri.
  • Bekan label nama dan tanggal.
Sputum
Pemeriksaan dc;ngan bahan sekrct atau sputum yang bertujuan untuk mendteksi
adanya kuman seperti tubcrkulosis pulmonal, pneumonia baktc:ri, bronkitis kronis, bronkictaksis.
Prsiapan dan Pelaksanaan:
1. Siapkan wadah dalam keadaan stc:ril.
2. Dpatkan sputum pada pagi hari sebelum makan pagi.
3. Ajurkan pasien untuk batuk agar mengcluarkan sputum.
4. Pertahankan agar wadah dalam keadaan tertutup.
5. Bila kultur untuk pemeriksaan BTl1 (bakteri tahan asam) ikuti instruksi yang ada pada botol pcnampung biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan secara 3 hari berturut-turut.

PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk mcaihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan di atas permukaan kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kcmih, jantiung, ginjal, hc:par, uterus atau pelvis Selain itu USG juga dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Yada kehamilan cairan amnion dapat menambah rc[leksi gc;lombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi ukuran, bc;ntuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankrcas, limpa, tiroid, dan lain-lain.
Persiapan dan Pelaksanaan:
  1. Lakukan informed consent.
  2. Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kandung empcdu, hepar, limpa dan pankreas.
  3. Oleskan jeli konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan MI.
  4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan ke belakang di atas permukaan kulit.
  5. Lakukan antara 10-30 menit.
  6. Remedikasi jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah.
  7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masukkanya udara.
  8. Bila pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih sementara untuk trimester ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
  9. Bila pada otak lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambul dari kepala.
  10. Bila pada jantung anjurkan untuk bernapas perlahan dan menahan setelah inspirasi dalam.
Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ.

Persiapan dan Pelaksanaan:
  1. Lakukan informed consent.
  2. Tidak ada pcmbatasan makanan atau cairan.
  3. Pada dada pelaksanaan f6to dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan f6to AP (anterior posterior) lateral dapat juga dilakukan, baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepaskan, anjurkan pasien untuk tarik napas dan menahan napas pada waktu penggambilan f6to sinar X.
  4. Pada jantung f6to PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung, perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan hirigga ke pinggang.
  5. Pada abdomen pelaksanaan foto harus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan dan digunakan baju kain/kertas. Pasien tidur telentang dengan tangan menjauh dari tubuh, testis harus dilindungi.
  6. Pada tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambut harus dilepaskan, kaca mata gigi palsu sebelum pemeriksaan.
  7. Pada rangka bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan puasa, dan imobilisasi pada daerah fraktur.
Pap Smear ( Papanicolaou Smear)
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau mendeteksi sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks dan respon terhadap kemoterapi dan radiasi.
Persiapan dan Pelaksanaan:
  1. Lakukan informed consent.
  2. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan.
  3. Alnjurkan pasien untuk tidak mclakukan irigasi vagina atau memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam atau sebaiknya 48 jam.
  4. Anjurkan pasien berbaring di meja pcriksa dalam posisi lithotomi.
  5. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air mengalir dimasukkan ke vagina.
  6. Spatula kayu bengkok (pap stick) digunakan untuk mengusap serviks, kemudian pindahkan ke kaca mikroskop dan dibenamkan kedalam cairan fiksasi.
  7. Beri label nama dan tanggal.
Mammografi (Mammogram)
Mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar X yang dilakukan pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista atau tumor, dan digunakan untuk menilai payudara secara periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan:
  1. Lakukan informed consent.
  2. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan.
  3. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan di leher dilepas.
  4. Gunakan pakaian kcertas atau gaun bagian depan terbuka.
  5. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakkan payudara satu persatu diatas meja kaset sinar X, saat payudara ditekan pasien akan diminta untiuk menahan napas.
  6. Lalu lakukan pemeriksaan.



"

Teknik Pemberian Obat

Tehnik Pemberian Obat: "
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antiaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung, dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian dan tepat waktu pemberian.


Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dan tempatnya.
3. Air minum dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat tempat.
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
  • Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
  • Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
  • Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6. Cuci tangan.

Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit 1 cc:/spuit insulin.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pclarut.
7. Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
8. Bengkok.
9. Perlak dan alasnya.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan.
  4. Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang disuntik.
  5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan pelarut) kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
  6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
  7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.
  8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dc:ngan permukaan kulit.
  9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
  10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
  11. Catat reaksi pc;mberian.
  12. Cuci tangan dan c:atat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat.

Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara memberikan obat melalui vena secara langsung, di antaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena langsung
frontalis/temporalis (kepala), yang bertujuan agar reaksi cepat dan masuk pada pembuluh darah.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit sesuai dengan jenis ukuran.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
8. Perlak dan alasnya.
9. Karet pembendung (torniquet).

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
  4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
  5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
  6. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
  7. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
  8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.
  9. Ambil spuit yang berisi obat.
  10. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
  11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
  12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
  13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
  14. Cuci tangan.
Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah)
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan eff:k samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
Alat dan Bahan:
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Wadah cairan (kantong/botol).
4. Kapas alkohol.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
  4. Cari tempat pc:nyuntikan obat pada daerah kantong.
  5. Lakukan dcsinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
  6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuiti hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah c:airan.
  7. Setelah selesai tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
  8. Periksa kecepatan infus.
  9. Cuci tangan.
  10. Catat reaksi pembe°rian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan Bahan:
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2. Obat dalam tcmpatnya.
3. Selang intravena.
4. Kapas alkohol.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada dacrah selang intra vena.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memas.ukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam sdang intra vena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infus dan obsc:rvasi reaksi obat.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

Gambar B.6 Pemberian Obat Melalui Selang Intravena

Pemberian Obat per Intramuskular
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid). Tujuannya agar absorpsi obat lebih cepat.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran: dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang 1,25-2,5 cm.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Lakukan Penyuntikan:
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fieksi.
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fieksi.
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau bcrbaring mendatar lengan atas fieksi.
7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8. Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11. Cuci tangan.

Pemberian Obat via Anus/Rektum
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Alat dan Bahan:
1. Obat suppositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelicin/pelumas.
5. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7. etelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

Pemberian Obat per Vagina
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Kapas sublimat dalam tempatnya.
6. Pengalas.
7. Korentang dalam tempatnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
7. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11.

Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2. Pinset anatomis.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Balutan.
6. Pengalas.
7. Air sabun, air hangat.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8. Cuci tangan.

Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8. Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata.
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Penetes.
3. Spekulum telinga.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada orang dewasa), ke bawah pada anak.
5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah dengan dosis.
6. Apabila berupa salep maka ambil kapas lidi dan oleskan masukkan atau oleskan pada liang telinga.
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit.
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9. uci tangan.
10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Pipet.
3. Spekulum hidung.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan .

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan cara:
a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c. Berbaring dengan bantal di bawah. bahu dan kcpala belakang.
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama
5. Cuci tangan.
6. Catat, c:ara, tanggal, dan dosis pemberian obat.



"

Saturday, February 13, 2010

Perawatan Diri pada Alat Kelamin

Perawatan Diri pada Alat Kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat kclamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak di depan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membenntuk vulva, labia minora dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sc;kitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.

Cara Vulva Higiene
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu membersihkan vulva sendiri. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infcksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva.
Alat dan Bahan:
1. Kapas sublimat atau desinfektan.
2. Pinset.
3. Bengkok.
4. Pispot.
5. Tempat membersihkan (cebok) yang berisi larutan.
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan.
7. Pengalas.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumberl.
4. Pasang pengalas dan pispot, kemudian dile°takkan di bawah glutea pasien.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva dcngan meletakkan tangan kiri untuk mcmbuka vulva memakai kapas sublimat dan tangan kanan mcnyiram vulva dengan Iarutan desinfektan.
7. Kemudian ambil kapas sublimat dengan pinset lalu bersihkan vulva dari atas ke bawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok. Lakukan hingga bersih.
8. Setelah selesai ambil pispot dan atur posisi pasien.
9. Cuci tangan.



"

Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi

Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini bc:rbagai kuman dapat masuk. Banyak organ yang berada dalam mulut seperti orofaring, kelenjar parotid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah.

Masalah yang sering tc;rjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain:
1. Halitosis, bau napas tidak sedap yang dapat discbabkan adanya kuman atau lainnya.
2. Ginggivitas, radang pada daerah gusi.
3. Karies, radang pada gigi.
4. Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau
5. Feridontal disease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak).
6. Glostiitis, radang pada lidah.
7. Chilosis, bibir yang pecah-pecah.

Cara Perawatan Gigi dan Mulut
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu mempertahankan kebc:rsihan mulut dan gigi dengan cara membc:rsihkan serta menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini adalah mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebcrsihan gigi dan mulut.
A1at dan Bahan:
1. Handuk dan kain pengalas.
2. Gelas kumur berisi.
a. Air masak/NaCI.
b. Obat kumur.
c. Boraks gliserin.
3. Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa.
4. Kapas lidi.
5. Bengkok.
6. Kain kasa.
7. Pinset atau arteri klem.
8. Sikat gigi dan pasta gigi.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien.
4. Pasang handuk di bawah dagu dan pipi pasien.
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan NaCI.
6. Anjurkan pasien untiuk membuka mulut dengan sudip lidah bila pasien tidak sadar.
7. Lakukan pembersihan di mulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, lidah, bibir bila sudah kotor letakkan di bengkok.
8. Lakukan hingga bersih setelali itu oleskan boraks gliserin.
9. Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakan naik turun dan bilas lalu keringkan.
10. Cuci tangan.



"

Perawatan Diri pada Rambut

Perawatan Diri pada Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu. lndikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut. Sec:ara anatomis rambut terdiri atas bagian batiang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut, serta kelenjar sebasea.
Berbagai masalah yang terjadi pada rambut di antaranya:
1. Kutu.
2. Ketombe.
3. Alopecia (botak).
4. Seborrheic dermatitis (radang pada kulit di rambut).

Cara Perawatan Rambut
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan c;ara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman-kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit, serta memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
Alat dan Bahan:
1. Handuk secukupnya.
2. Perlak atau pengalas.
3. Baskom berisi air hangat.
4. Sampo atau sabun dalam tempatnya.
5. Kasa dan kapas.
6. Sisir.
7. Bengkok.
8. Gayung.
9. Ember kosong.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosc;dur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Tutup jendcla atau pasang sampiran.
4. Atur posisi pasien dengan tidur.
5. Letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat di bawah kepala pasien.
6. Pasang perlak atau pcngalas di bawah kepala dan sambungkan kearah bagian baskom dengan pinggir digulung.
7. Tutup telinga dengan kapas.
8. Tutup dada dengan handuk sampai ke leher.
9. Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat, selanjutnya menggunakan sampo dan bilas dcngan air hangat sambil dipijat.
10. Setelah selesai keringkan.
11. Cuci tangan.


"

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
  1. Usia perbedaan usia menen.tukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
  2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
  3. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah c:adangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan c;airan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutiuhan cairan.
  4. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan c:airan dan caektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADI-I, karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
  5. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa
meningkat menurun meningkat asidosis respiratorik
menurun menurun menurun asidodsis metabolik
menurun meningkat menurun alkalosis respiratorik
meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolik

memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakscimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan keebutuhan cairan.

TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH/GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Pemberian Cairan Melalui Infus
Pemberian cairan melalui ifus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan c:ara memasukan cairan melalui intra vena dengan bantiuan pe°rangkat infus, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan celektrolit se:rta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/aboath atau sejenisnnya sesuai dengan ukuran.
5. Pengalas.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alkohol 70%.
8. Plester.
9. Gunting
10. Kasa Steril
11. Betadine
12. Sarung tangan

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus (cairan).
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukkan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infus/ abocath. )
11. Tarik jarum infus dan hubungkan de;ngan sdang infus.
12. Buka tetesan.
13. :akukan desinfe;ksi dengan Betadine dan tutup de:ngan kasa steril.
14. Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Catat respons yang terjadi
16. Cuci tangan.

Cara Menghitung Tetesan Infus:
a. Dewasa:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit =
Lamanya infus (jam) x 3

b. Anak:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan per menit (mikro)=
Lamanya infus (jam)

2. Tranfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan c;ara memasukkan darah me;lalui vena dengan menggunakan seperangkat alat tranfusi. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Perangkat tranfusi .
3. NaCl 0,9%.
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/pembendung.
8. Kapas alkohol 70%.
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril.
12. Betadine
13. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tiangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan NaCI 0,9% dan perangkat tranfusi dengan cara menusukan.
4. Isi cairan NaCI 0,9% ke dalam perangkat tiranfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/ abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan sdang tranfusi.
12. Buka tetesan.
13. hakukan deainfeksi dengan Be;tadine dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Setelah NaCl 0,9% masuk kurang lebih 15 me:nit ganti dengan darah yang sudah disiapkan.
16. Darah sebelum dimasukkan terlebih dahulu, cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah, dan tanggal kadaluwarsa.
17. hakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
18. Catat respons terjadi
19. Cuci tangan.



"

Friday, February 12, 2010

Gangguan Masalah Kebutuhan Eliminasi

Gangguan Masalah Kebutuhan Eliminasi
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih, sehingga menyebabkan distemsi veaika urinaria, atau merupakan keadaan ketika seseorang me:ngalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.

Tanda klinis retensi:
a. Keaidaknyamanan daerah pubis.
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih.
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml).
e. Ketidakseirribangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya.
f. Meningkat keresahan dan keinginan berkemih.
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.

Penyebab
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.
b. Trauma sumsum tulang belakang.
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat.
e. Sumbatan (striktur uretra, pembesaran kelenjar prostat).

2. Inkontinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia urine adalah: proses penuaan (aging process), pembesaran kelenjar prostati, penurunan kesadaran, penggunaan obat narkotik dan sedatif.

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (memgompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol spingter eksterna enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya terjadi pada malam hari (noeturnal enuresis).

Faktor penyebab enuresis:
  1. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.
  2. Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan kxerke;mih tidak diketahui, yang mengakibatkan ierlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
  3. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urinoc dalam jumlab besar.
  4. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung atau ce:ke;ok dengan orangtua).
  5. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatiasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
  6. Infeksi saluran kemih atau perubahan Fisik atau neurologis sistem perkemihan.
  7. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral.
  8. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
4. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine yang dis<:babkan oleh obstruksi anatomis, ke;rusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
a. Frekuensi.
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat diakibatkan karena sistitis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada ke:adaan stres atau hamil.

b. Urgensi.
Adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal. Yerasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada anak karena komampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.

c. Disuria.
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hlal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.

d. Poliuria.
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya dapat ditemukan pada penyakit diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis.

e. Urinaria supresi.
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Sec:ara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URINE
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine te rsebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Di antara cara pengambilan urine tersebut antara lain: pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
  1. Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine sec:ara biasa yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan, dan lain-lain.
  2. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine de:ngan menggunakan alat stieril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau fungsi suprapubis yang bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
  3. Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1. Botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.

Prosedur Kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri):
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Bagi pasien yangtidak mampu sendiri untuk buang air kecil maka bantu untuk buang air kecil (lihat prosedr menolong buang air kecil), keluarkan urine.z, setelah itu tampung ke dalam botol.
  4. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri anjurkan pasien untuk buang air kecil biarkan urine yang pertama keluar dahulu, kemudian anjurkan menampung urine ke dalam botol.
  5. Catat nama pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
  6. Cuci tangan.
Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Merupakan tindakan ke;perawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air ke°.cil sendiri di kamar kecil dengan menggunakan alat penapung (urineal) dengan tujuan manampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna, dan jumlah).
Alat dan bahan:
1. Urineal.
2. Pengalas.
3. Tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan ,
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Pasang alas urineal di bawah glutea.
4. hepas pakaian bawah pasien.
5. Yasang urinceal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.
6. Anjurkan pasien untuk berkemih.
7. Setelah selesai rapikan alat.
8. Cuci tiangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.

Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan c:ara memasukkan kate;ter ke dalam kandung kemih melalui uretira yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, se;bagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi te:rbagi menjadi dua tipe: tipe intermiten (straight katetier) dan tipe; indwelling (foley kateter).
Indikasi:
Tipe Intermiten
a. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi. .
b. Reetensi akut setelah trauma uretra.
c. 'fidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik. d. Cedera tulang belakang.
e. l)egenerasi neuromuskular secara progresif.
f. Untuk me:ngeluarkan urine residual.

Tipe Indwelling
a. Obstruksi aliran urine.
b. J'os1 p urelra dan strukfur disekitarnya (TUR-P).
c. Obstruksi uretra.
d. Inkontinensia dan disorientasi berat.

Gangguan Masalah Eliminasi ALVI

Gangguan Masalah Eliminasi ALVI
Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
Tanda Klinis:
a. Adanya feses yang keras.
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. Menurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rektum.
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses

Kemungkinan Penyebab:
  • Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis, CVA (cerebro uaskular accident) dan lain-lain.
  • Pola defekasi yang tidak teratur.
  • Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
  • Menrunnya peristaltik karena stres psikologis.
  • Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anaestesi.
  • Proses menua (usia lanjut).

Diare

Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
Tanda Klinis:
a. Adanya pengcauaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
c. Nyeri/kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.

Kemungkinan Penyebab:
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
c. Efek tindakan pembedahan usus.
d. Isfek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain. e. Stres psikologis.

Inkontinensia Usus
Inkontiinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses de:fekasi normal mengalami proses pengeluaran fesca tak disadari. Hlal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda Klinis:
a. Pengeluaran feeses yang tidak dikehendaki.

Kemungkinan Penyebab:
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan, dan lain¬lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangmya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.

Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.

Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defe;kasi, dan lain-lain.

Fecal Impaction
Fecal impacaion merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. 1'enyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kele•.mahan tonus otot.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES DEFEKASI
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol sec;ara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat meme:ngaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.

3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.

4. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu keelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan kelancaran proses defekasi.

5. Pengobatan
Pengabatan juga dapat me:mengaruhinya proses defeekasi seperti pengunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu sering.

6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defe:kasi. I-lal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup se hat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang terse:but buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainya.

8. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.

9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR)
Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
  1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain.
  2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tangan).
Alat:
1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah dikoluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membe;rsihkannya daerah sekitar anus.
4. Elsupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan peme;riksaan.
6. Cuci tiangan.

Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot
Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air . beaar sec:ara sendiri di kamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar di tempat tidur, dengan tujuan me:menuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Alat dan Bahan:
1. Alas/perlak.
2. Pispot.
3. Air besih.
4. Tisu.
5. Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum.
6. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. JElaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Pasang pengalas di bawah glutea.
6. Mempatkan pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot. tepat di bawah rektum.
7. Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasie,n apakah sudah nyaman atau belum kalau be;lum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengari tisu.
10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11. Cuci tangan.

Memberikan Huknah Rendah
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan cairan hangat ke dalam kolon desendeen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus, yang bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pas(:aoperasi dan merangsang buang air be;sar bagi pasien yang mengalami kesulitian dalam buang air besar.
Alat dan Bahan:
1. Pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula rekti.
3. Cairan hangat kurang lebih 700 m1-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat ccelcius pada orang dewasa.
4. Bengkok.
5. Jeli.
6. Pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. Tisu.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di ruang 'sendiri.
  4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri.
  5. Pasang pengalas di bawah glutea.
  6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu ceacius) dan hubungkan kanula rekti, kemudian cekkanula dan keluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula.
  7. Gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desenden sambil pasiendiminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
  8. Anjurkan pasien untuk momahan se;bentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daerah sekitar rektum hingga bersih.
  9. Cuci tangan.
  10. Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan reapons pasien.
Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan huknah tinggi me;rupakan tindakan keperawatan d<;ngan c:ara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk prosedur diagnostik.
Alat dan Bahan:
1. Pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula usus.
3. Cairan hangat (seperti huknah rendah).
4. Bengkok.
5. Jeli.
6. Pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. Tisu.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Alaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur ruangan, gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau tutup pintu.
  4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kanan.
  5. Gunakan sarung tangan.
  6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus, kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok lalu berikan jeli pada ujung kanula.
  7. Masukkan kanula ke dalam re;ktum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm sambil pasien disuruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari te;mpat tidur dan buka k1c;m sehingga air mengalir pada rectum sampai pasie:n me;nunjukkan ingin buang air besar,
  8. Anjurkan pasie;n untuk me:nahan sebe;ntar bila rnau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke; toilet, kalau tidak mampu ke toilet bersihkan dengan air sampai bersih dan keringkan dengan tisu.
  9. Buka sarung tangan dan catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien.
  10. Cuci tangan
Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan c;airan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan spuit glise;rin,, be:rtujuan me,rangsang peristaltik usus, se:hingga pasien dapat buang air beaar (khus-Lisnya pada orang yang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk pe;rsiapan ope;rasi,
Alat dan liahan:
1. Spuit gliserin,
2. Gliserin dalam tempatnya.
3. Bengkok.
4. Pengalas.
5. Sampiran.
6. Sarung tangan.
7. Tisu.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
  3. Atur ruangan, apabila pasien sendiri rnaka tutup pintu, dan gunakan sampiran bila di ruang bangsal umum.
  4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka pakaian ke arah pasien.
  5. unakan sarung tangdn, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc; dan cek kehangatan c:airan gliserin.
  6. Masukkan gliserin pe;rlahan-lahan ke; dalam anus dengan c;ara tangan kiri mendnrong pe;renggangan daerah rektum, tangan kanan memasukkann spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas dalam.
  7. Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
  8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet.
  9. Lepaskan sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi, dan respons pasien.
  10. Cuci tangan.
Mengeluarkan Feses dengan Jari
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari ke dalam rektum pasien c:ara ini digunakan untuk me;ngambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak berhasil, konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang tidak mampu dikeluarkan.
Alat dan Bahan:
1. Sarung tangan.
2. Minyak pelumas/jeli.
3. Alat penampung atau pispot.
4. Pengalas.
5. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
  3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
  4. Posisi miring dengan lutut rileks.
  5. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding rektum ke arah umbilikus (ke arah masa feses yang impaksi).
  6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras).
  7. Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
  8. Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan, serla respons pasien.
  9. Cuci tangan.



"

Perawatan Diri (Personal Hygiene)

Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, di antaranva: budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap peerawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri.

JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN WAKTU PELAKSANAAN
Perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan-dibagi menjadi empat, yaitu:
  1. Perawatan Dini Hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun dari tidur, untuk melakukan tindakan . seperti perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakuhan tindakan perawatan diri seperti mencuci m> rka dan tangan serta menjaga kebersihan mulut.
  2. Perawatan Pagi Hari. Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan keeil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
  3. Perawatan Siang Hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
  4. Perawatan Menjelang Tidur. Perawatan diri yang dilakukan pada saat rnenjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan keeil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.
Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mcmpertahankan perawatar, diri baik secant sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan eara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan.



"

Perawatan Kulit

Perawatan Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehinggadiperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Sebagai bagian dari organ pelindung, kulit seeara anatomis terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan epidermis atau dikenal dengan nama kutikula dan lapisan dermis atau disebut dengan korium. Lapisan epidermis terdiri atas bagian bagian seperti stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum granulosum. Lapisan kedua at:atn lapisan dermis yang terdiri atras ujung saraf sensorik, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.

Fungsi Kulit
Kulit secara umum memiliki berbagai fungsi, di antaranya:
  1. Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit.
  2. Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu dalam produksi keringat serta penguapan.
  3. Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, atau suhu.
  4. Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
  5. Memproduksi dan menyerap vitamin D sehagai penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet yang datang dari sinar matahari.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kulit
Perubahan dan keutuhan pada kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:
  1. Umur. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang, hal ini dapat terlihat pada bayi yang berumur relatif masih muda, kondisi kulitnya sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman. Sebaliknya pada orang dewasa, keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
  2. Jaringan Kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit.
  3. Kondisi/Keadaan Lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan atau kondisi yang dapat memengaruhi keadaan kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan dan tekanan, dan sebagainya.
Tindakan Perawatan Diri pada Kulit
Merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit. yang mengalami atau berisiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khusunya pada r;acwai~ vang mengalami tekanan (tonjolan). Tujuannya adalah untuk mencegah -ve,ngatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.

A1at dan Bahan:
1. Baskom cuci.
2. Sabun
3. Air.
4. Agen pembersih.
5. Balutan.
6. Pelindung kmlit.
7. Plester.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangam dan gunakan sarung tangan.
3. Tutup pintu ruangan.
4. Atur posisi pasien.
5. Kaji luka/kulit tertekan dengan memperhatikan warna, kelembapan, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit, ukur kedalaman.
6. Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh dc:ngan air.
7. Perlahan-lahan keringkan kulit secara menyeluruh yang disertai dengan pij atan.
8. Bersihkan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau larutan pembersih, gunakan semprit irigasi luka pada luka yang dalam.
9. Setelah selesai berikan obat atau agen topikal.
10. Catat hasil.
11. Cuci tangan.



"

Friday, January 29, 2010

Perawatan Diri pada Kuku dan Kaki

Perawatan Diri pada Kuku dan Kaki
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempe°.rtahankan perawatan diri, melalui kuku berbagai kuman dapat masuk kee dalam tubuh, untuk itiu sc:harusnya kuku tc;tap dalam kcadaan schat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat tcrlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna warna merah muda.


Masalah/Gangguan pada Kuku
  1. Ingrown Nail. Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit pada dacrah tersebut.
  2. Paronychia. Radang di sekitar jaringan kuku.
  3. Ram's Horn Nail. Uangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang lambat discrtai kcrusakan dasar kuku atau infeksi.
  4. Bau Tidak Sedap. Reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap.
Cara Perawatan Kuku
Merupakan tindakan kepcrawatan pada pasien yang tidak mampu mc:rawat kuku scndiri. Tujuannya adalah mcnjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau inrcksi akibat garukan dari kuku.
Alat dan Bahan:
1. Alat pemotong kuku.
2. Handuk.
3. Baskom berisi air hangat.
4. Bengkok.
5. Sabun.
6. Kapas.
7. Sikat kuku.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau tidur.
4. Tentukan kuku yang akan dipotong,
5. Rendamkan kuku dengan air hangat kurang lebih 2 menit dan lakukan sikat dengan beri sabun bila kotor.
6. Keringkan dengan handuk.
7. Letakkan tangan di atas bengkok dan lakukan pemotongan kuku.
8. Cuci tangan.



"

Monday, January 25, 2010

NEBULIZER THERAPY

Sinonim

1. Neb

2. Updraft

3. SVN (small-volume nebulizer)

4. Acorn neb

Indikasi Nebulizer Therapy

Utk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas utk mengobati, berikut ini:

1. Bronchospasme akut

2. Produksi mukus yang berlebihan

3. Batuk dan sesak napas

4. Epiglotitis

Keuntungan Nebulizer Therapy

1. Medikasi dapat diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya (spt paru) oleh karena itu dosis yang diberikan rendah.

2. Dosis yg rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik.

3. Pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan atau oral.

4. Udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu mengeluarkan sekresi bronchus

Perhatian dan Kontraindikasi

1. Pasien yg tidak sadar atau confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini, membutuhkan pemakaian mask/sungkup; tetapi mask efektivitasnya berkurang secara signifikan.

2. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara napas tidak ada atau berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang meggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat menggerakan/memasukan medikasi secara adekuat ke dalam saluran napas.

3. Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac iritability harus dengan perhatian. Ketika diinhalasi, katekolamin dapat meningkatkan cardiac rate dan dapat menimbulkan disritmia.

4. Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui intermittent positive-pressure breathing (IPPB), sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronchospasme.

Peralatan

1. Nebulizer dan tube penghubung (connecting tube).

2. Tube berkerut, pendek

3. Cannula oksigen

4. Sumber kompresi gas (oksigen atau udara) atau kompresor udara.

5. Medikasi/obat yang akan diberikan melalui nebulizer (Lihat Tabel)

Tabel medikasi nebulizer

Nama Generik

Tipe Obat

Nama Dagang

Persiapan Pasien

1. Tempatkan pasien pada posisi tegak (40-90°), yg memungkinkan klien ventilasi dalam dan pergerakan diafragma maksimal.

2. Kaji suara napas, pulse rate, status respirasi, saturasi oksigen sebelum medikasi diberikan.

3. Kaji heart rate selama pengobatan. Jika heart rate meningkat 20 kali permenit, hentikan terapi nebulizer. Pada pasien hamil, heart rate fetus harus dikaji

4. Instruksikan pasien utk mengikuti prosedur dengan benar. Lakukan perlahan, napas dalam dan tahan napas saat inspirasi puncak beberapa saat

Tahapan Prosedur

1. Berikan oksigen suplemen, dg flow rate disesuaikan menurut kondisi/keadaan pasien, pulse oximetry, atau hasil gas darah arteri. Inhalasi katekolamin dapat mengubah rasio ventilasi-perfusi paru dan memperburuk hipoksemia untuk periode singkat (Anderson, 1989 dalam Proehl, 1999).

2. Pasang nebulizer dan tube, dan masukan obat ke dalam nebulizer sesuai program.

3. Tambahkan sejumlah normal saline steril ke nebulizer sesuai program.

4. Hubungkan nebulizer ke sumber kompresi gas. Berikan oksigen 6-8 L/menit. Sesuaikan flow rate oksigen sampai kabut yang keluar sedikit/tipis. Jika terlalu kuat arusnya obat dapat terbuang sia-sia.

5. Pandu pasien untuk mengikuti tehnik bernapas yang benar

6. Lanjutkan pengobatan sampai kabut tidak lagi diproduksi

7. Kaji ulang suara napas, pulse rate, saturasi oksigen, dan respiratory rate.

8. Pemberian mungkin membutuhkan waktu selama 30-40 menit (Jhonson, 1990 dalam Proehl, 1999)

Komplikasi (umumnya karena efek samping obat), berupa:

1. Nausea

2. Vomiting

3. Tremor

4. Bronchospasme

5. Tachicardia

Daftar Pustaka

Proehl. (1999). Emergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.

Further Reading:

Anderson. (1989). The pharmacology of intervention for respiratory emergencies. Emergency care quarterly.

Jhonson. (1990). Principles of nebulizer-delivered drug therapy for asthma. American journal of hospital pharmacy.

PERAWATAN PASIEN LUKA BAKAR

Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar

URAIAN UMUM

Menukar balutan/penutup luka yang sudah kotor atau yang lama dengan penutup/pembalutan luka yang baru

Gunanya untuk

- Mencegah terjadinya infeksi

- Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka

- Mencegah infeksi silang

- Memberi rasa nyaman dan aman pada pasien

Operasional dilakukan pada :

Pasien Combustie ( luka bakar )

PERSIAPAN

Persiapan Alat

a. Alat Seteril

- 1 Pinset anatomi

- 2 pinset chirurgis

- 2 klem arteri

- 1 gunting lurus

- 2 kapas lidi

- 10-15 lembar kassa seteril

- 5 buah deppers

- mangkok seteril

- 1 tong sampak

a. Alat Tidak Seteril

- Gunting pembalut

- Plester kecil

- Botol berisi bensin cuci

- Mercurohroom

- Bengkok

- NaCl 1 ml, 500 cc

- Zalf Dermazia

- Kantong Plastik

- Obat-obatan desinfektan ( Savlon, bethadine, dll )

Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Balutan lama dibuka dan dibuang pada tempatnya

3. Bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin

4. Luka dibersihkan dengan cairan NaCl ka satu arah dengan menggunakan deppers

5. Deppers kotor dibuang pada tempatnya

6. Pinset yang sudah dipakai disimpan pada bengkok yang bersisi desinfektan

7. Kemudian luka diobati dengan mercurohroom, setelah itu luka diberi zalf Dermazim dengan menggunakan tongspatel

8. Luka ditutup dengan kasa seteril secukupnya

9. Luka dibalut/diplester dengan rapih

10. Setelah selesai pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan ketempat semula

11. Perawat cuci tangan

EVALUASI

Mencatat hasil tindakan dan respon pasien pada dokumen keperawatan

http://askep-askeb.cz.cc/

Blog Archive