Pemahaman Ibu Tentang Pemakaian KB Susuk Di Puskesmas 999
Untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatn kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi, maka pencernaan jumlah dan susunan anggota kelurga harus dilaksanakan sehingga tercapai suatu norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Masalah kemiskinan keterbelakangan dan sebagaian disebabkan karena tidak terencananya kelahiran (Manuaba, 1, 1987; 330).
Berbagai metode yang dilakukan dalam rangka menjarangkan kehamilan, ditemukannya berbagai alat kontrasepsi merupakan solusi yang tepat dan moderen, sehingga laju kepadatan penduduk dapat diatasi melalui program keluarga berencana.
Pembatasan kelahiran dalam rangka panjang dapat menurunkan angka kematian ibu. Seperti diketahui, sebab utama dari kematian ibu adalah pendarahan waktu melahirkan dan calon pendarahan utama adalah ibu - ibu yang telah mempunyai 4 anak keatas. Pembatasan kelahiran akan menurunkan insiden keganasan serviks oleh karena salah satu faktor timbulnya keganasan serviks yang merupakan tumor ganas yang terbanyak di Indonesia, adalah melahirkan anak yang terlalu banyak (Hatrono, H, 2004 ;11).
Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau KB susuk sejak tahun 1981 telah mulai diteliti dan dikembangkan di indonesia. KB susuk telah diuji coba klinik secara baik, kemudian dipakai sebagai alat kontrasepsi sejak tahun 1972 diberbagai negara di indonesia. Sejak tahun 1981 cara ini telah dipakai oleh ± 10.000 wanita dan mulai dapat diterima oleh masyarakat (Mochtar, R, 1987; 278).
Sesuai sumber BKKBN, di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terjadi pertambahan jumlah penduduk yang cepat, pada tahun 1994 penduduk berjumlah 192.498.346 jiwa pada tahun 1995 195.658.172 jiwa jadi diperkirakan setiap tahunnya bertambah 3.159.826 jiwa, setiap hari bertambah 8.657 jiwa, setiap satu jam 361 jiwa dan setiap satu menit bertambah 6 jiwa. Akhir pelita lima berjumlah 189,1 juta, sehingga terjadi laju pertumbuhan penduduk (LPP) (Hartanto, H, 2004; 16).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 Nopember 2008 di Dulalowo Kecamatan Kota Tengah didapatkan bahwa sikap ibu msih kurang memahami terhadap alat kontrasepsi bawah kulit. Karena pada umumnya ibu-ibu belum mengetahui tentang pemakaian KB susuk, ada ibu yang datang hanya sekedar ikut-ikutan memasang KB susuk dan tidak mengetahui keuntungan dari pemakaian KB susuk selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ibu yang memakai KB susuk mengatakan bahwa dia belum terlalu mengerti tentang keuntungan dari pemakaian KB susuk.
Menurut data dari BKKBN Kota Gorontalo tahun 2007 tentang jumlah pemakaian alat kontrasepsi dengan jumlah pemakai KB susuk sekitar 489 orang, IUD 641 orang, MOP 74 orang, suntik 1668 orang, pil 283 orang, kondom 38 orang. Menurut data dari BKKBN tahun 2007 tentang pemakaian alat kontrasepsi KB susuk berjumlah 108 orang, IUD 1377 orang, Mop 76 orang, suntik 489 orang, pil 805 orang, kondom 6 orang. Berdasarkan dari Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah jumlah pemakaian KB susuk 98 orang, IUD 28 orang, MOP 1 orang, suntik 879 orang, pil 838 orang, kondom 6 orang.
Berdasarkan laporan Puskesmas Dulalowo Kota Gorontalo pada tahun 2008 penggunaan alat kontrasepsi KB susuk mencapai 60 akseptor, dari jumlah tersebut pada umumnya Ibu-ibu tidak mengetahui cara penggunaan sehingga Af implant yang seharusnya dikeluarkan setelah 3 tahun namun kenyataanya banyak diantara ibu-ibu telah mengeluarkan Af inplant tersebut sebelum waktunya, sehingga dapat mengakibatkan efek samping terhadap akseptor.
15 daftar pustaka (1999-2006)
"