Saturday, May 29, 2010

Koleksi Anjing-Anjing Terjelek di Dunia!!











sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4225727

GOKIEL!! Sepeda motor RAKSASA dengan ban TRAKTOR!!

Wah, mobil aja digilas dengan mudahnya.. Jangan macam-macam neh sama pengendaranya... Salah dikit langsung digilas... :D
Bannya aja pake ban TRAKTOR... hahaha










sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4225651

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN 2001).
Salah satu usaha dari program KB adalah penjarangan kehamilan dengan menggunakan alat kontrsepsi yaitu suatu alat yang digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, pada umumnya metode kontrasepsi terdiri dari metode sedarhana, metode efektif dan metode kontrasepsi mantap. Metode sederhana antara lain terdiri dari senggama terputus, pantang berkala, kondom, diafragma, cream atau jelly, dan cairan berbusa, metode efektif cotohnya yaitu pil KB, Intra Uterine Device (IUD), Suntik dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) sedangkan metode kontrasepsi mantap yaitu dengan cara operasi yang terdiri dari metode operasi pria dan metode operasi pada wanita yaitu tubektomi untuk wanita, vasektomi untuk pria (DepKes, 1996).
Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan tingkat fertilitas total (TFR) yang cukup menggembirakan, namun partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-2003). Angka tersebut bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya seperti pakistan 5,2% pada tahun 1999, Banglades 13,9% pada tahun 1997, Malaysia 16,8% pada tahun1998 adalah yang terendah (BKKBN, 2001). Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi pria, juga oleh keterbatasan pengetahuan suami akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan gender.
Rendahnya partisipasi pria dalam KB dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif, sehingga emansipasi wanita yang telah dipelopori oleh ibu Kartini yang menuntut kesamaan hak antara wanita dan pria menjadi suatu kenyataan dan wanita tidak hanya dijadikan sebagai alat “Pembuat anak dan budak untuk mengurus anak serta seluruh keluarga”. Karena itu perlu sekali kesetaraan dalam kesehatan Reproduksi, kaum pria tidak hanya menjadi “penonton” dan harus ikut andil, belum lagi wanita yang hamil dan melahirkan akan dihadapkan pada bahaya kehamilan dan persalinan (Entjang, 1982).
Berdasarkan data dari BKKBN propinsi Lampung tahun 2005, di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terdapat 232,113 pasangan usia subur (PUS) dengan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi kondom 367 (0,23%) dan vasektami (MOP) 2.369 (1,47%) untuk kecamatan natar dengan jumlah PUS 26.972 yang menggunakan alat kontrasepsi kondom sejumlah 54 (0,29%). Dari hasil prasurvey langsung di dapatkan jumlah PUS yang menggunakan vasektomi hanya 7 (0,03%) PUS sedangkan di Desa Haduyang dengan jumlah akseptor KB 857 PUS di dapatkan yang menggunakan alat kontrasepsi kondom hanya 12 PUS dan tidak ada yang menggunakan alat kontraspesi berupa vasektomi.
Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di Desa Haduyang Kecamatan Natar Lampung Selatan pada tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah "faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Haduyang Kecamatan Natar Lampung Selatan?".


Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Defisiensi zat besi merupakan penyebab anemia gizi yang paling lazim. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problem kesehatan yang dialami oleh wanita di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% (Riswan M., 2003). Anemia defisiensi besi dapat dicegah dengan pemberian suplemen tambah darah mengandung 200 mg sulfas Ferosus (setara dengan 60 mg besi) dan 0,25 mg asam folat (tablet Fe) apabila kadar Hb meningkat 0,1 gr/dl sehari, dimulai dari hari keempat selama bulan pertama, pengobatan diartikan berhasil atau mendapat respon positif dari pengobatan (E.M.DeMaeyer, 1995).
Cakupan pemberian tablet Fe1 (Pertama kali ibu mendapatkan tablet Fe sebanyak 30 tablet) di Indonesia sebesar 69,14%. Propinsi dengan cakupan Fe1 tertinggi adalah di Propinsi Kalimantan Selatan (101,99%) dan yang terendah di Propinsi Jambi (21,31%). Cakupan pemberian tablet Fe3 (Pemberian tablet Fe berikutnya sebanyak 90 tablet) di Indonesia sebesar 59,62%. Propinsi dengan cakupan Fe3 tertinggi adalah Propinsi Kalimantan Selatan (88,10%) dan yang terendah adalah Propinsi Lampung (19,23%) (Dep.Kes.RI, 2003).
Berdasarkan data tahun 2005 dari Dinas Kesehatan Propinsi Lampung pemberian tablet Fe pada ibu hamil yang dianjurkan minimal 90 butir selama kehamilan dan pemberian ini biasanya diberikan secara bertahap serta paling baik diberikan pada trimester tiga. Di Propinsi Lampung prosentase ibu hamil yang minum tablet Fe sesuai anjuran ternyata relatif kecil yaitu 18,8% (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2005).
Di Kota Metro cakupan kualitas sering mengalami penurunan. Cakupan tablet Fe untuk ibu hamil di Kota Metro dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Cakupan tablet Fe untuk ibu hamil di kota metro tahun 2006
Puskesmas Sasaran Fe1 Fe3
Cakupan % Cakupan %
Yasomulyo 587 598 100,3% 585 99,65%
Metro 502 514 102,3% 481 91,81%
Iringmulyo 694 633 91,21% 569 81,98%
Banjar sari 500 484 86,8% 447 89,4%
Sumber sari bantul 288 235 81,59% 213 79,95%
G. agung 473 426 90,06% 302 63,84%
Jumlah 3044 2881 94,64% 2597 85,31%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Metro, 2006
Tabel diatas menjelaskan bahwa cakupan Fe1 tertinggi di Puskesmas Metro (102,3%) dan cakupan Fe3 tertinggi di Puskesmas Iringmulyo (99,65%) sedangkan cakupan Fe1 terendah di Puskesmas Sumber Sari Bantul (81,59%) dan cakupan Fe3 terendah di Puskesmas Ganjar Agung (63,84%). Prosentase tertinggi punurunan cakupan Fe1 ke cakupan Fe3 di Puskesmas Ganjar Agung (26,22%).
Tablet Fe sangat dibutuhkan pada saat hamil karena ibu hamil sangat memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Di Kota Metro khususnya Puskesmas Ganjar Agung cakupan tablet Fe masih terbilang rendah.
Rendahnya konsumsi tablet Fe pada ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Efek dari pemakaian tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Propinsi Lampung pada Tahun 2004 didapatkan bahwa penyebab tertinggi ibu tidak mengkonsumsi tablet Fe dikarenakan efek dari pamakaian tablet Fe dapat mengakibatkan mual dan muntah sebesar 26,15% dari 2203 responden (Islamiyati, 2005), 2) Kurangnya pengetahuan ibu tentang tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu terhadap tablet Fe pada Tahun 2004 di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah Bandar Lampung didapatkan hasil hanya 55% dari 20 respnden yang cukup mengetahui tentang tablet Fe (Fitri, 2004). Pengetahuan ibu yang kurang terhadap tablet Fe dapat mempengaruhi ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe, 3) Kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe. Kepatuhan terhadap pemakaian tablet Fe dapat dipengaruhi oleh efek dari pemakaian tablet Fe yang berupa gangguan perut dan ternyata rata-rata hanya 15 tablet yang dipakai oleh wanita hamil (Saifuddin, 2002). Sebab utama kegagalan pengobatan dengan tablet Fe adalah ketidaktaatan penderita mengkonsumsi tablet Fe (E.M.DeMaeyer,1995).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ganjar Agung tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya konsumsi tablet Fe pada ibu hamil?”


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pre menstrual syndrom (PMS) pada wanita usia 25-35 tahun di kampung

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pre Menstrual Syndrom (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, dialami 7 – 10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. (Agustin,2004). Penderita Pre Menstrual Syndrom kadang merasa pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. (Karyadi,1999).
Pre Menstrual Syndrom merupakan suatu gejala yang sering dialami oleh wanita menjelang menstruasi dangan dampak yang dialami bisa menjadi lebih ringan seperti bingung, pelupa, timbul jerawat ataupun lebih berat seperti diare, konstipasi, insomnia, depresi, bahkan kadang muncul rasa ingin bunuh diri. Sedangkan gangguan mental dapat berupa mudah tersinggung dan sensitif,sedangkan gangguan fisik berupa acne, nyeri perut, pusing, sakit punggung, nyeri payudara. Pre menstrual syndrom bisa membuat penderitanya merasa sangat sengsara.(Agustini,2004)
Survei di Amerika Serikat tahun 1982 menunjukkan bahwa 50% wanita mengalami Pre Menstrual Syndrom (Karyadi, 2007), sedangkan di Indonesia kurang lebih 85% gejala Pre Menstrual Syndrom dialami oleh wanita usia produktif antara usia 25-35 tahun. (Agustini,2007).
Di Kabupaten Lampung Tengah,tepatnya kampung Tanggul Angin diperoleh data jumlah penduduk wanita usia 25 – 35 tahun ada 178 orang. Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap 27 orang wanita usia 25-35 tahun, ditemukan 24 orang yang mengalami gejala Pre Menstrual Syndrom dan 3 orang yang tidak mengalami keluhan apapun saat menjelang menstruasi. Menghadapi gejala tersebut mereka merasa resah, cemas, was-was,dan terganggu,mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pre Menstrual Syndrom belum jelas penyebabnya. Beberapa teori menyebutkan karena faktor hormonal yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron, stres dan kekurangan gizi serta jumlah kegiatan fisik yang tidak memadai. (Tan, 1996). Faktor-faktor yang turut memperberat Pre Menstrual Syndrom menurut Agustini,(2004) ialah faktor paritas, dan faktor usia. Sedangkan menurut Karyadi (1999) faktor-faktor yang turut memperberat Pre Menstrual Syndrom ialah faktor paritas, usia, diet, kekurangan zat gizi, dan kegiatan fisik.
Uraian di atas melatar belakangi penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Pre Menstrual Syndrom pada wanita usia 25-35 tahun di Kampung Tanggul Angin wilayah Puskesmas Punggur tahun 2007.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya Pre Menstrual Syndrom pada wanita usia 25-35 tahun di Kampung Tanggul Angin wilayah Puskesmas Punggur?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:


Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak teraturnya siklus menstruasi pada mahasiswa tingkat ……. program studi kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi secara siklik. Ia akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak haid sama sekali (amenore). Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan-keadaan stres dan gangguan emosi atau gabungan biologik dan psikologik (Biran Affandi, 1990: 17). Siklus menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologis wanita (Sri Hartanti, 1990: 129).
Salah satu penyebab infertilitas wanita antara lain dilihat dari riwayat menstruasinya, apakah siklus menstruasinya teratur. Kelainan fase luteal siklus menstruasi merupakan penyebab infertilitas yang penting (Sylvia Verralis, 2003). Disfungsi ovulasi berjumlah 10-25% dari kasus infertilitas wanita. Gangguan nutrisi yang berat (misalnya kelaparan, anoreksia nervosa), penurunan BB (misalnya: penyakit medis atau psikiatrik) dan aktivitas yang berat (misalnya : pelari maraton, penari balet) adalah berhubungan dengan gangguan ovulasi. Obesitas juga disertai dengan siklus anovulatorik karena peningkatan tonik kadar estrogen. Stress berat menyebabkan anovulasi dan amenore (Decherney, dkk, 1998: 4).
Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang khas ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tatapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari. Lama menstruasi biasanya antara 3-8 hari, pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap (Sarwono, 2002: 103).
Telah dilakukan penyelidikan terhadap 4000 wanita, ternyata hanya 3% diantaranya yang mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Hampir semua wanita mengalami siklus menstruasi yang kurang teratur dari bulan yang satu ke bulan yang lain, pasti ada perubahan sedikit (Sheldon, 1990: 47)
Sebanyak dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat dirumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Perdarahan ovulator merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea) (Sarwono, 2002).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2007 terhadap Mahasiswa Tingkat IIB Program Studi Kebidanan Metro yang berjumlah 39 Mahasiswa, penulis temukan berjumlah 22 Mahasiswa mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak teraturnya siklus menstruasi pada Mahasiswa Tingkat IIB Program Studi Kebidanan Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut, “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tidak teraturnya siklus menstruasi pada Mahasiswa Tingkat IIB Program Studi Kebidanan Metro?”


Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya akseptor KB kondom di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia Internasional menghadapi masalah pertumbuhan penduduk pada akhir dekade 60-an, selain mempengaruhi strategi dan praktek pembangunan ekonomi kiranya ikut mempengaruhi kebijaksanaan terhadap masalah kependudukan. Problem pertumbuhan penduduk dengan demikian telah menjadi focus persoalan, bahkan mengurangi angka pertumbuhan penduduk dilihat sebagai salah satu kunci dalam menyelesaikan persoalan yang lebih luas,yaitu kemiskinan dan keterbelakangan ialah karena meledaknya penduduk di seluruh dunia telah bertambah lebih dua kali lipat dalam masa satu abad (Juliantoro, 1984 :9)
Sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia tidak luput dari masalah kependudukan , Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah kualitas sumberdaya manusia dengan kelahiran 5.000.000 pertahun.Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah di laksanankan secara bersamaan pembangunan ekonomi yang merupakan sisi masing-masing mata uang.Bila Gerakan Keluarga Berencana (KB) tidak di lakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi,di khawatirkan hasil pembangunan tidak akan berati (Manuaba,1996 : 437 ). Sejak Pelita V program KB Nasional berubah menjadi Gerakan KB Nasional.Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya Indonesi (Wiknjosastro, 1999 : 902)
Adapun tujuan gerakan KB Nasional menurut Wiknjosastro (1999:902) adalah mewujudkan keluaga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran Gerakan KB Nasional ialah (1) Pasangan Usia Subur, dengan proritas PUS muda dengan prioritas rendah (2) Generasi muda dan purna PUS (3) Pelaksana dan pengelola KB dan (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju prtumbuhan penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra industri, pemukiman padat, daerah kumuh dan daerah pantai serta terpencil.
Pada umumnya pemerintah di Negara-negara sedang berkembang paling banyak menggunakan metode kontrasepsi yang pemakainya perempuan.Distribusinya adalah pemakai pil 17,1 %,injeksi 15,2 %,IUD 10,3 %,nonplant 4,6 %, tubektomi 3,1 %,vasektomi 0,7 %,dan kondom 0,9 % ( Juliantoro ,1999 : 29 ). Dari begitu beragamnya alat-alat kontrasepsi bagi perempuan menyebabkan banyak anggota masyarakat menganggap bahwa pembatasan kelahiran memang menjadi urusan kaum perempuan,padahal semua kita tahu meskipun kehamilan hanya di alami oleh perempuan akan tetapi kehmilan tidak akn terjadi tanpa adanya sperma laki-laki
(www.yakita.or.id/alat kontrasepsi2.htm). Untuk itulah, pada masa kini,kondom yang merupakan metode kontrasepsi pria yang telah lam di kenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang keluarga berencana maupun dalam bidang lain (Hartanto, 2002 :60).Perkembangan partisipasi pria dalam KB, khususnya kondom, selama kurun waktu 12 tahun terakhir belum memperlihatkan kenaikan bahkan tidak mengalami kenaikan sama sekali.Hal ini dapat dilihat dalam angka-angka pencapaian kondom tahun 1991 sebesar 0,8 % (SDKI 1991).tahun 1994 sebesar 0,9 % tahun 1997 sebesar 0,7 % (SDKI 1997) dan tahun 2003 sebesar 0,9 % (SDKI 2002-2003).
Metode kontrasepsi kondom merupakan metode sederhana yang salah satunya menjadi pilihan untuk menjarangkan kehamilan dengan periode usia akseptor 20-30/35 tahun, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun (Wiknjosastro, 1999: 903), dengan memilki kelebihan mudah di pakai, dapat mencegah penularan penyakit kelamin,efek samping hampir tidak ada, relative, murah, kontrasepsi yang tidak mengandung hormon,sederhana,ringan,mudah di dapat, disposable, tidak memerlukan pemeriksaan medis,dan saat ini kondom telah di buat modern, sehingga tidak mengurangi kenikmatan seks (Hartanto, 2002:60). Keuntungan-keuntungan kondom tersebut akan di peroleh kalau kondom di pakai secara benar dan konsisten pada setiap senggama, karena umumnya angka kegagalan yang timbul akibat di sebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati-hati ( Hartanto , 2002 : 60 ). Sedangkan pembuatan kondom sendiri padea masa sekarang sudah sangat baik karena harus memenuhi standar tertentu sehingga kualitasnya tidak perlu di ragukan lagi (Llewellyn, 2005 : 110).
Dalam hal memanfaatkan kontrasepsi modern pada masyarakat luas, Jepang merupakan kasus yang menarik, sudah sejak lama cara kontrasepsi yang paling banyak di gunakan di Jepang adalah kondom sebanyak 75,8 % PUS, salah satu alasan dari pemerintah Jepang karena akibat samping terhadap kesehatan akseptor memakai alat kontrasepsi lainnya (Juliantoro, 2000 : 26), sedangkan di Indonesia pemakai alat kontrasepsi adalah perempuan, sedangkan laki-laki jarang.Kini presentase konsumen yang menggunakan kondon tidak sampai 5 %. Penggeseran ini menjadi semakin mendesak terutama bila mengingat pandemic AIDS (Juliantoro, 2000 : 150)
Pada tahun 2003, di Indonesia akseptor KB kondom mencapai 0,46 % (BPS,Statistik Kesejahteraan Rakyat,2003), sedangkan pada tahun 2005 di propinsi Lampung, akseptor KB kondom mencapai 3.260 PUS (0,34 %) dari jumlah PUS 1.380.636.Pada Kota Metro sendiri tahun 2006 jumlah akseptor KB kondom mencapai 106 PUS dari jumlah PUS 24.331. Di Kecamatan Metro Utara terdapat 4 akseptor KB kondom dari jumlah PUS 4.756.( BKKBN Propinsi Lampung : 2005/2006). Berdasarkan prasurvey yang di lakukan oleh penulis pada tanggal 20-22 Maret 2007 di Puskesmas Banjar Sari Kelurahan Banjar Sari di peroleh data dari januari sampai desember 2006 berjumlah 1.877 PUS, peserta KB aktif 1.467 orang dan akseptor KB kondom 2 orang.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mastitis pada ibu postpartum di BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kegunan kita tentang cinta Tuhan kepada umat-Nya dapat kita rasakan ketika ibu mulai menyusui bayinya dengan ASI (Air Susu Ibu). Proses ini merupakan mukjizat yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI. ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual (Hubertin, 2003).
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2000).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet/nyeri sekitar 57% dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis yang disebabkan karena meluasnya peradangan payudara.Sehingga dapat menyebabkan tidak terlaksananya ASI ekslusif (Soetjiningsih, 1997).
Berdasarkan pra survey yang diperoleh di BPS Dwi Yuliani Seputih Banyak pada Januari -Mei 2007, diperoleh kunjungan ibu yang mengalami mastitis yang menunjukkan adanya gangguan atau masalah dalam menyusui 11 orang (16,17%) dari total ibu postpartum sebanyak 68 orang.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mastitis pada ibu postpartum pada bulan Januari-Mei 2007 di BPS Dwi Yuliani Seputih Banyak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya mastitis pada ibu postpartum di BPS Dwi Yuliani Seputih Banyak pada bulan Januari-Mei 2007 ?”.


Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN 2001).
Salah satu usaha dari program KB adalah penjarangan kehamilan dengan menggunakan alat kontrsepsi yaitu suatu alat yang digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, pada umumnya metode kontrasepsi terdiri dari metode sedarhana, metode efektif dan metode kontrasepsi mantap. Metode sederhana antara lain terdiri dari senggama terputus, pantang berkala, kondom, diafragma, cream atau jelly, dan cairan berbusa, metode efektif cotohnya yaitu pil KB, Intra Uterine Device (IUD), Suntik dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) sedangkan metode kontrasepsi mantap yaitu dengan cara operasi yang terdiri dari metode operasi pria dan metode operasi pada wanita yaitu tubektomi untuk wanita, vasektomi untuk pria (DepKes, 1996).
Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan tingkat fertilitas total (TFR) yang cukup menggembirakan, namun partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-2003). Angka tersebut bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya seperti pakistan 5,2% pada tahun 1999, Banglades 13,9% pada tahun 1997, Malaysia 16,8% pada tahun1998 adalah yang terendah (BKKBN, 2001). Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi pria, juga oleh keterbatasan pengetahuan suami akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan gender.
Rendahnya partisipasi pria dalam KB dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif, sehingga emansipasi wanita yang telah dipelopori oleh ibu Kartini yang menuntut kesamaan hak antara wanita dan pria menjadi suatu kenyataan dan wanita tidak hanya dijadikan sebagai alat “Pembuat anak dan budak untuk mengurus anak serta seluruh keluarga”. Karena itu perlu sekali kesetaraan dalam kesehatan Reproduksi, kaum pria tidak hanya menjadi “penonton” dan harus ikut andil, belum lagi wanita yang hamil dan melahirkan akan dihadapkan pada bahaya kehamilan dan persalinan (Entjang, 1982).
Berdasarkan data dari BKKBN propinsi Lampung tahun 2005, di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terdapat 232,113 pasangan usia subur (PUS) dengan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi kondom 367 (0,23%) dan vasektami (MOP) 2.369 (1,47%) untuk kecamatan natar dengan jumlah PUS 26.972 yang menggunakan alat kontrasepsi kondom sejumlah 54 (0,29%). Dari hasil prasurvey langsung di dapatkan jumlah PUS yang menggunakan vasektomi hanya 7 (0,03%) PUS sedangkan di Desa Haduyang dengan jumlah akseptor KB 857 PUS di dapatkan yang menggunakan alat kontrasepsi kondom hanya 12 PUS dan tidak ada yang menggunakan alat kontraspesi berupa vasektomi.
Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di Desa Haduyang Kecamatan Natar Lampung Selatan pada tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah "faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Haduyang Kecamatan Natar Lampung Selatan?".


Lukisan Harimau di tubuh 3 Gadis !!! KEREN

Tubuh seni (seni tubuh) adalah seni sejarah selama ribuan tahun, tetapi dengan artis Amerika berbakat, penonton terasa seperti penemuan baru bahwa dunia seni tubuh. Tracy Craig dari New Orleans, Los Angeles telah melakukan pekerjaan menakjubkan sebelum penembakan, yang merupakan citra yang unik. Beberapa karya merupakan koleksi dapat dihormati sebagai karya tubuh dunia yang paling indah. Saat ini, ia memiliki dan mengoperasikan sebuah galeri seni di khusus pertama di dunia dalam lukisan tubuh manusia di New Orleans.
Akhir-akhir ini, mendapatkan diundang ke amal Simpan Cina Harimau (Simpan harimau Cina) di Inggris, Craig telah menciptakan gambaran pertama dari harimau indah dilukis pada tubuh tiga wanita.

Berikut adalah tahap-tahap diselesaikan sehingga gambar yang indah harimau ini menarik:











sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4224712

Pembunuhan Yang Belum Terpecahkan

The Seewen Murders:

Seewen pembunuhan terjadi pada akhir pekan Pentakosta pada tahun 1976 dan tetap menjadi salah satu kasus pembunuhan terbesar Swiss yang belum terpecahkan. Lima anggota keluarga berusia antara 45-80 tahun Siegrist ditemukan meninggal dunia di rumah pada akhir pekan Seewen hutan lindung. 11 tembakan ke kepala, dua tembakan ke dada bagian atas. Sampai hari ini sebagian besar orang Swiss percaya bahwa si pembunuh mungkin Carl Doser (digambarkan di atas) Pada tahun 1996. Setelah mencari tempat tinggal Johnny, kepala yang telah ditembak melalui stryrofoam yang ditemukan. Johnny Siegrist sementara dipenjara, tapi kematiannya pada 80th sebelumnya telah hilang tidak ada yang akan bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Bob Crane:

Robert "Bob" adalah Crane aktor TV Amerika terkenal karena perannya sebagai Kolonel Hogan dari serial komedi "Hogan's Heroes". Pada 29 Juni 1978 Crane ditemukan dipukuli sampai mati dalam bukunya Scottsdale, Arizona apartemen. Primer tersangka-John Carpenter. Bukan sutradara terkenal, Carpenter ini adalah pecandu seks sesama yang memperkenalkan Crane dengan penggunaan video dalam kegiatan seksual mereka. Sayangnya kasus-kasus ini ditangani buruk dari awal oleh polisi dan departemen Scottsdale Phoenix, dan karena manuver politik forensik dan rusak di kantor jaksa wilayah yang tidak ada hubungannya dengan kasus itu sendiri, Carpenter tetap bebas untuk hari ini.

Dian Fossey:

Dian Fossey menjadi perhatian dunia untuk studi rintisannya dengan gorila di Afrika, dan upaya selanjutnya untuk menghentikan perburuan untuk makhluk, ia datang untuk cinta. fotonya adalah fitur pada cover majalah National Geographic pada bulan Januari 1970, dan foto-foto yang menunjukkan gorila "Peanuts" menyentuh tangan Fossey menguraikan kontak damai pertama yang tercatat antara manusia dan gorila liar. Bukunya, Gorila in Mist, tetap menjadi buku laris tentang gorila sepanjang masa, Pada tahun 1985, Fossey ditemukan tewas di tempat tidurnya di situs Karisoke. Bukti yang ditemukan di lokasi penelitian karyawan pusat akal dan seluruh staf ditangkap. Mereka kemudian dibebaskan. Tidak ada yang pernah dituntut atas pembunuhan itu, Fossey dimakamkan di samping teman gorilanya Digit, di Pusat Penelitian Karisoke, dia membangun sebuah pemakaman khusus bagi gorila bahwa ia menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk belajar.

Julie Ward:

Julie Ward, seorang fotografer satwa liar 28 tahun dari Ipswich sedang berkunjung di Kenya, dan ditemukan mati di Masai Mara Game Reserve tahun 1988, setelah teman-temannya melaporkan bahwa dia tidak menghadiri makan malam perpisahan sebelum mereka meninggalkan Afrika. tubuhnnya terpotong-potong dan terbakar ditemukan jauh di dalam batas-batas cadangan minggu setelah ia dilaporkan hilang. teori diusulkan oleh pejabat Kenya bahwa ia telah dimakan oleh singa itu dan disambar petir, namun mereka kemudian menerima bahwa dia dibunuh setelah upaya ayahnya untuk menemukan bukti lebih lanjut. Diketahui bahwa laporan koroner telah diubah untuk bukti topeng partisipasi manusia dalam pembunuhan Julie. Ada dua sidang kasus ini, satu pada tahun 1992 dan satu pada tahun 1998, tetapi dibebaskan tiga tersangka. Kasus ini telah mencapai perhatian internasional karena upaya untuk ayah Julie, John Ward. Dia telah berkeliling ke Afrika lebih dari 100 kali dan menginvestasikan lebih dari 1 juta pon pada upayanya untuk membawa pembunuh ke pengadilan, tetapi karena keterlibatan pejabat tinggi daya seperti mantan Presiden Daniel Moi dan kepedulian terhadap keselamatan industri pariwisata Kenya tidak ada pembunuh dihukum untuk hari ini.

Amber Hagerman:

Amber Hagerman gadis kecil yang cantik 10 tahun dari Arlington, Texas. Pada Januari 13,1996 teman bermain polisi muda untuk memberikan gambaran orang dengan cepat dan secara paksa masuk ke sebuah van hitam dan melesat pergi Amber.tapi empat sebelum tubuh kecilnya ditemukan. Seorang pria berjalan menemukan tubuh Amber di dasar sungai. Tenggorokan dipotong, tetapi tidak sampai dua hari setelah ia diculik. Pada tahun 2007 Terapon Adhahn, Tacoma, Washington ditangkap sehubungan dengan serangkaian pemerkosaan penculikan anak di daerah negara bagian Washington, dan dia adalah satu-satunya tersangka sampai saat Amber pembunuhan, meskipun tidak ada biaya untuk pembunuhan sudah dapat dilayani. Masih ada hadiah $ 75,000 yang ditawarkan untuk informasi yang mungkin mengakibatkan si pembunuh. Amber meninggalkan warisan. The Amber Alert adalah sebuah sistem pemberitahuan kepada publik yang diadopsi di Amerika Serikat sebagai upaya untuk merespon dengan cepat untuk membantu mempercepat keselamatan dan kembalinya anak hilang atau diculik. Pada bulan April 2003, Presiden George W. Bush menandatangani undang-undang AMBER Alert, membuatnya menjadi program nasional. orangtua undang-undang lain yang dihasilkan oleh Amber pembunuhan sejak menghasilkan registri seks pelaku nasional, dan Amber keduanya hadir ketika Bill Clinton menandatangani rancangan undang-undang menjadi hukum undang-undang.

Tupac Shakur:

Tupac Shakur Amuru lahir, ia juga dikenal sebagai 2Pac, Malam Tupac ditembak cukup baik didokumentasikan. Dia tidak pernah sendirian, di perusahaan Marion "Suge" Knight, CEO dari Death Row Records di malam hari. Pada September 6, 1996 Tupac mulai ringside malam itu di MGM Grand Hotel di Las Vegas, Nevada dengan perusahaan seperti Louis Gossett Jr, Charlie Sheen dan Bintang baseball Reggie Jackson untuk menonton Mike Tyson yang menghancurkan Bruce Seldon dalam waktu dua menit. Tentang 10:00 pasangan dan rombongan mereka meninggalkan rumah untuk pergi Suge Club 662, di mana Tupac dijadwalkan untuk tampil bersama band rap Run DMC. Mereka tidak pernah tiba. Berhenti di lampu merah, mereka masuk mobil kotak pada tiga sisi oleh kendaraan lain dan mobil menggulung keempat di sebelah kiri dan mulai menembak. Dari 13 tembakan peluru ke Suge BMW, Tupac mengambil tiga, satu ke dadanya, satu ke pinggulnya dan satu di tangan. Dua ban itu diratakan dalam penembakan itu dan dalam perjalanan ke rumah sakit ban ketiga meniup keluar, dan membantu harus dipanggil. Paramedis MembawaTupac ke University Medical Center, di mana operasi darurat. Tapi sia-sia, setelah tiga operasi dan penghapusan salah satu paru-parunya memberikan Tupac luka-lukanya enam hari kemudian. Beberapa mengatakan Tupac dibunuh karena hubungan dengan geng. Mungkin karena perseteruan antara Death Row Records dan New York berdasarkan Bad Boy Records, jalankan oleh Sean "P. Diddy" Combs. Ada juga persaingan yang sedang berlangsung lainnya dengan Christopher Wallace, AKA yang Notorious BIG Apapun, hanya saksi yang setuju untuk bersaksi dalam kasus penangkapan, Yafeu Fala, dibunuh dua bulan kemudian di New Jersey, tanpa meninggalkan saksi lain dapat membantu dengan kasus ini.

Catrine da Costa:

Prostitusi bukanlah cara aman untuk membuat hidup dan telah terbukti mematikan bagi Catrine da Costa pada musim semi 1984. Bekerja di utara Stockholm, Swedia, ia dipotong-potong. tubuh ditemukan di dua lokasi yang berbeda di kota Solna. Dilaporkan hilang pada tanggal 10 Juni, bagian pertama dari kantong mayat itu tidak ditemukan sampai Juli 18. Kantong kedua ditemukan di pantai Karlbergs di Solna pada tanggal 7 Agustus meskipun kepala, organ-organ internal, payudara dan alat kelamin tidak pernah ditemukan. Ini tidak adanya bagian tubuh tertentu yang merupakan alasan utama bahwa tidak ada yang dibawa ke pengadilan atas kejahatan.Dua dokter, seorang ahli patologi yang bekerja di antara dua lokasi dump, dan seorang dokter umum, seorang anak perempuan yang sangat muda teringat kenangan ayahnya melakukan kejahatan berdua ditangkap dan dikirim ke pengadilan. Tetapi karena tidak ada bukti metode pembunuhan, karena bagian tubuh yang hilang, tidak ada cara untuk menentukan apakah korban "meninggal keadaan alam" dan sistem hukum Swedia dipaksa untuk membebaskan dua orang. Tidak perlu khawatir, dua dokter medis dari lisensi mereka dicabut dan tidak lagi mampu mengejar karir dalam melatih mereka. Hal itu tidak menghentikan mereka dari menuntut kehilangan satu penghasilan, dan setelah hampir satu dekade menurut manuver hukum mereka telah ditolak pada bulan Februari, 2010.

sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4220966

Faktor-faktor rendahnya penggunaan implant di kelurahan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk menanggulangi masalah pertumbuhan penduduk. Gerakan Keluarga Berencana Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Wiknjosastro, 2002:902). Program Keluarga Berencana di Indonesia dirintis sejak tahun 1957 dengan diresmikannya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). PKBI sebagai pelopor pergerakan Keluarga Berencana dan sampai sekarang masih aktif membantu program Keluarga Berencana nasional yang dikoordinir oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (Mochtar, 1998:251). Dalam program ini salah satu tujuannya adalah menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi.
Metode kontrasepsi yang digunakan diantaranya menggunakan metode alamiah seperti metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks dan metode sympto-termal. Selain itu ada juga yang menggunakan pil, suntik, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Implant, serta metode kontrasepsi mantap seperti tubektomi dan vasektomi. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus dan efek sampingnya minimal (Wiknjosastro, 2002:906). Namun demikian, masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis tekhnis Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah (Manuaba, 1998:437).
Salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah implant, yaitu suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silatic-silicone dan disusukkan di bawah kulit. Implant berdaya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), tidak membutuhkan pemeriksaan dalam dan tidak mengganggu kegiatan senggama. Selain itu implant dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Lampung tahun 2005, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Provinsi Lampung tercatat sebanyak 1.380.636 pasangan dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 961.460 orang (69,64%), akseptor KB implant sebanyak 123.097 orang (12,8%). Berdasarkan data dari Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana (BKCSKB) Kota Metro bulan Desember 2006 jumlah PUS sebanyak 24.331 pasangan, yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 17.741 orang (72,92%), akseptor KB implant sebanyak 2.507 orang (14,13%). Jika dilihat menurut Kecamatan, jumlah PUS di Kecamatan Metro Pusat sebanyak 7.958 pasangan, yang menjadi peserta KB aktif 5.676 orang (71,32%), akseptor KB implant 510 orang (8,98%) Kecamatan Metro Utara jumlah PUS sebanyak 4.756 pasangan, peserta KB aktif 3.643 orang (76,60%) akseptor KB implant 576 orang (15,81%). Kecamatan Metro Barat jumlah PUS sebanyak 3.815 pasangan, peserta KB aktif 2.771 orang (72,63%), akseptor KB implant 439 orang (15,84%). Kecamatan Metro Timur jumlah PUS sebanyak 5.355 pasangan, peserta KB aktif sebanyak 3.780 orang (70,59%) akseptor KB implant sebanyak 448 orang (11,85%). Kecamatan Metro Selatan jumlah PUS 2.447 pasangan, peserta KB aktif sebanyak 1.871 orang (76,46%) akseptor KB implant sebanyak 534 orang (28,54%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di Kecamatan Metro Pusat penggunaan metode KB implant paling rendah dibandingkan di Kecamatan lainnya.
Dari hasil study pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Metro Pusat didapatkan data tentang kontrasepsi yang digunakan akseptor KB di Kecamatan Metro Pusat sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Akseptor KB Berdasarkan Jenis Alat Konstrasepsi yang Digunakan di Kecamatan Metro Pusat bulan Desember tahun 2006
Sumber : Dokumentasi Pengelola KB, Kecamatan Metro Pusat tahun 2006.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kelurahan Imopuro Kecamatan Metro Pusat jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 1.343 pasangan yang menjadi peserta KB aktif 944 orang (70,29%) dan akseptor KB implant 62 orang (6,57%). Dapat diketahui bahwa di Kelurahan Imopuro penggunaan metode KB implant paling rendah dibandingkan Kelurahan lainnya. Hal inilah yang menarik peniliti untuk mengambil penelitian terhadap faktor-faktor rendahnya penggunaan metode KB implant di Kelurahan Imopuro.

B. Rumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan dengan apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya (Notoatmodjo, 2002:51). Masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah faktor-faktor rendahnya penggunaan implant di Kelurahan Imopuro Kecamatan Metro Pusat.


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan (usu.online, 2007). Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena ASI mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sejak lahir, bayi seharusnya di beri ASI saja sampai usia 6 bulan yang di sebut sebagai ASI eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI di teruskan hingga anak berusia 2 tahun, setelah berusia 6 bulan bayi baru boleh di berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk dan jumlah yang sesuai dengan umur bayi (Dep.Kes, 2005).
Menyusui secara eksklusif mempunyai manfaat yang besar, tidak hanya memberikan keuntungan untuk bayi tetapi juga untuk ibu, ayah, keluarga dan juga negara. Menurut penelitian dr. Reva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif (Roesli, 2002).
Tahun 2003 di Indonesia dengan jumlah bayi 3.213.860 bayi yang sudah diberi ASI eksklusif adalah 1.339.298 orang bayi yaitu (41,67%). Berarti 1.874.562 bayi yaitu (58,33%) tidak diberi ASI eksklusif dengan berbagai alasan. Sedangkan di Lampung dengan jumlah 3.114 bayi, yang sudah diberi ASI eksklusif adalah 2.190 (70,33%) bayi dan 914 (29,67%) bayi tidak diberi ASI eksklusif (Dinkes Lampung, 2004).
ASI eksklusif memiliki manfaat yang sangat besar, maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataan penggunaan ASI eksklusif belum seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena ibu sibuk bekerja dan hanya diberi cuti melahirkan selama 3 bulan, serta masih banyak ibu yang masih beranggapan salah sehingga ibu tidak menyusui bayinya secara eksklusif. Selain itu ibu takut menyusui karena akan merubah bentuk payudara ibu menjadi jelek dan ibu takut ditinggal suami, takut badan tetap gemuk. Serta masih adanya mitos atau anggapan bahwa bayi yang tidak diberi ASI tetap berhasil menjadi orang, sedangkan bayi yang diberi ASI bayinya akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja. Dan alasan lain ibu memberikan makanan pendamping ASI karena ibu merasa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya sehingga ibu memilih susu formula karena lebih praktis (Roesli, 2002)
Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dalam waktu jangka panjang akan mengakibatkan anak kurang gizi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan otak (Balita Anda Indoglobal Online, 2007). Selain mengalami gangguan di atas, dapat timbul efek samping lain, yaitu berupa kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas dan dapat mengalami alergi dari salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan pendamping tersebut sehingga dapat menimbulkan diare (Pudjiadi, 1990).
Diare pada bayi bisa mengakibatkan kematian dan masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan, angka penderita antara 150-430 per 1.000 penduduk setahunnya. Dengan berbagai upaya angka kematian bayi dan anak akibat diare dirumah sakit sekarang dapat ditekan menjadi kurang dari 3% (Gizinet.Online, 2007).
Dilihat dari jumlah ibu dan lamanya menyusui dibanyak bagian dunia telah menunjukkkan penurunan karena berbagai alasan sosial, ekonomi, budaya. Di Indonesia terutama dikota-kota besar dan sekarang sudah sampai kepedesaan (Soetjiningsih, 1997). Sedangkan target keberhasilan program ASI eksklusif yang diharapkan untuk tahun 2010 sebesar 80% (DepKes RI, 2005).
Tahun 2006 jumlah bayi di Kota Metro berjumlah 5.432 bayi sedangkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya berjumlah 1.308 bayi, atau hanya (24,07%) (Dinkes Metro,2006).
Berdasarkan hasil pra survey bulan Januari-Maret 2007 di Puskesmas Banjarsari, jumlah bayi yang usianya kurang dari 6 bulan yaitu 112 bayi, sedangkan bayi yang di beri ASI eksklusif hanya berjumlah 6 bayi atau hanya (5,35%) bayi usianya kurang dari 6 bulan yang diberikan PASI (pengganti ASI hanya berjumlah 4 bayi dan bayi yang telah diberikan makanan pendamping ASI berjumlah 102 bayi atau (96,20%) (Puskesmas Banjarsari, 2007). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.


Yuk Berkunjung ke Kota Slash

Slash yang memiliki nama asli Saul Hudson ini memang lahir di Hampstead pada 1965. Namun dia dibesarkan di Stoke-on-Trent, yang terletak di antara Manchester dan Birmingham. Slash yang juga mantan gitaris Guns N' Roses ini akan manggung di Jakarta pada awal Agustus ini.
Transportasi yang tersedia di kota kecil Stoke-on-Trent adalah kereta api dan bus. Bagi Anda yang akan memulai perjalanan dari Kota Manchester dan London, bisa segera menggunakan transportasi kereta api dengan jurusan Manchester-Stafford yang terhenti di Stoke-on-Trent Railway Station.
Namun bagi Anda yang ingin menggunakan bus, bisa melakukannya dari Stasiun Bus Hanley dengan mengendarai bus umum atau bus-bus yang sudah disediakan oleh perusahaan tembikar First PMT.

1. Caldon Canal:

Caldon Canal adalah sebuah kanal indah di Stoke-on-Trent yang mengalir sepanjang 18 mil melintasi Mersey Canal, Etruria hingga Froghall. Kanal yang dilengkapi dengan 17 pintu air dan Froghall Tunnel sepanjang 69 meter ini dibuka pada 1779.
Kanal Caldon dipromosikan dan dibangun oleh pemilik perusahaan Canal Trent & Mersey. Pada awalnya kanal ini dibangun untuk membawa batu kapur dari wilayah tambang Caldon yang rendah untuk kemudian diangkut ke dermaga Froghall melalui tiga jalur trem. Pada 1970 - 1974 kanal ini juga sempat dipugar. Air di kanal Caldon dipasok dari danau Rudyard (melalui cabang Leek), Stanley dan waduk Kynpersley.

2. The Potteries Museum & Art Gallery:

The Potteries Museum & Art Gallery adalah sebuah museum tembikar di Hanley, Stoke-on-Trent, yang aktif memproduksi barang-barang tembikar berkualitas tinggi.
Setiap galeri menawarkan nilai seni, dekoratif, kostum apik, sejarah lokal hingga beberapa koleksi arkeologi dan sejarah alam. Adapun sebuah kapal perang dunia Supermarine Spitfire yang dirancang oleh RJ Mitchell dalam bentuk hiasan bisa Anda lihat pada layar permanen. Sejak Februari 2010, Museum & Galeri Seni tembikar juga dijadikan sebagai rumah berbagai artefak yang tertimbun di Kota Staffordshire.
Museum ini buka dari hari Senin-Sabtu mulai pukul 10.00-17.00 waktu setempat sedangkan hari Minggu buka mulai pukul 14.00-17.00 waktu setempat dengan bebas biaya masuk.

3. Gladstone Pottery Museum:

Gladstone Keramik Museum adalah museum gerabah berukuran sedang yang khas di wilayah LT Staffordshire Utara, Inggris. Museum ini dibangun pada abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-20. Bangunan museum unik ini terlihat seperti layaknya sebuah botol besar yang terpampang di samping beberapa bangunan rumah berbata merah.
Anda bisa berkunjung ke museum ini setiap hari mulai pukul 10.00-17.00 waktu setempat. Untuk orang dewasa deikenakan biaya masuk 5,95 Euro (sekitar Rp.67 ribu) sedangkan anak-anak usia 4-6 tahun 4,5 Euro (sekitar Rp.51 ribu).

4. Ford Green Hall:


Ford Green Hall adalah sebuah rumah untuk pertanian yang dibangun pada tahun 1624 di atas lahan yang berdekatan dengan jalan kecil B5051 di timur Smallthorne, Stoke-on-Trent. Rumah kayu di abad ke-17 ini berdiri di lahan pertanian seluas 36 hektar (150.000 m2) dan pengembanggannya telah dikelola oleh Stoke-on-Trent City Council.
Di dalam bangunan ini Anda bisa melihat koleksi yang mengesankan dari keramik, tekstil dan furniture serta Anda akan merasakan sensasi dari kehidupan di abad ke-17.
Ford Green Hall buka dari hari Minggu-Kamis mulai pukul 13.00-17.00. Orang dewasa dikenakan biaya masuk 2,5 Euro (sekitar Rp.28 ribu), keluarga 5,95 Euro (sekitar Rp.67 ribu) dan anak-anak dibawah usia 5 tahun bebas biaya masuk.

5. Etruria Industrial Museum:
Etruria adalah salah satu museum tembikar di Staffordshire, Stoke-on-Trent milik pengusaha tembikar Josiah Wedgwood yang sebelumnya berpusat di Burslem pada tahun 1769. Museum ini berada di sebelah Trent dan Mersey Canal serta rumah pribadi Wedgwood.
Adapun ruang Euturia Hall yang dulunya dijadikan sebagai pabrik pembuatan tembikar oleh perusahaan Wedgwood hingga tahun 1950 dan kemudian dipindahkan ke desa Barlaston yang berjarak sekitar enam kilometer di sebelah selatan Museum Etruria.
Museum ini buka dari hari Rabu-Minggu mulai pukul 12.00-16.30 waktu setempat. Biaya masuk untuk orang dewasa 2,5 Euro (sekitar Rp28 ribu), keluarga 5,95 Euro (sekitar Rp67 ribu) sedangkan anak-anak di bawah usia 5 tahun dan pengguna kursi roda bebas biaya masuk.


sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4216321

Bandara Robin Hood



Robin Hood Airport Doncaster Sheffield (IATA: DSA, ICAO: EGCN) adalah bandara internasional yang berlokasi di bekas 'garasi' pesawat milik RAF Finningley dengan panjang runway 2.893 m. Terletak di Finningley, Metropolitan Borough of Doncaster, South Yorkshire, Inggris. Berjarak 5.6 km sebelah tenggara dari Doncaster dan 29 km sebelah timurnya Sheffield.

Bandara dioperasikan oleh Peel Holdings dan selama tahun 2009 sudah mengangkut sekitar 840ribu penumpang sehingga menjadikannya sebagai bandar udara terbesar kedua di Yorkshire setelah Leeds Bradford Airport.








sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4216211

Blog Archive