Kalau boleh jujur, Dunia maya adalah dunia persaingan. Apalagi buat kita yang telah terlibat didalam perang Optimasi kata kunci. Sikut menyikut gak bisa terhindarkan lagi. Jurus SEO, teknik SEO, dan semua yang berhubungan dengan SEO dikeluarkan dan dimaksimalkan. Lirik sana-lirik sini hingga copas gila2an terkadang mewarnai persaingan ini. Copy Right tidak lagi dihargai dan bergeser menjadi Right to Copy. Fenomena belajar SEO menjadi rebutan banyak blogger, walaupun belum tentu mendatangkan banyak visitor lewat kata kunci itu.
Sebagai seorang newbie di dunia maya, Right to copy memang menjadi godaan jalan pintas agar blog ini dinilai sebagai blog yang berkualitas. Tidak perlu lagi memikirkan cara penulisan artikel, kerapatan kata kunci dan analisa keyword. Pokoknya copas aja, habis perkara. Tidak hanya judul artikel yang dicopas, namun seluruh kontent habis diobok2 tanpa mencantumkan link narasumbernya
Menulis artikel yang nantinya ingin kita optimasikan ke halaman awal Google memang tidak mudah, kita harus mau terkekang dengan banyak aturan teknik optimasi. Blogging pun menjadi suatu beban keluwesan kita dalam menulis, hingga akhirnya tergoda untuk Right to copy aja deh.
Copy Right vs Right to copy tidak hanya menimpa para newbie. Master2 sekelas Busby SEO test pun terkadang ditempa godaan tersebut, yang ujung2nya hubungan antar blogger menjadi tidak harmonis. Right to copy telah membuat keluarga kecil blogger ini retak. Dimanakah semangat berproduksi Copy Right ?
Sebenarnya Pengalaman adalah guru SEO terbaik buat kita semua. Dengan sering menulis artikel, kemampuan kita dalam blogging dan optimasi akan semakin terasah. Jeratan Teknik optimasi kata kunci tidak lagi menjadi beban yang berat, justru disanalah letak seni Optimasi. Kemampuan kita menyamarkan antara optimasi dan blogging adalah kepuasan tersendiri. Google pun tidak akan segan2 menyematkan Copy Right kepada artikel kita dan memberikan tempat bermain di halaman utamanya. Mari kita berharap bersama, agar Copy Right menjadi semangat bangsa Indonesia, bukan hanya di dunia maya, namun juga didunia nyata agar bangsa Indonesia tidak selalu dicap sebagai bangsa penjiplak atau mem-bebek.
Sebagai seorang newbie di dunia maya, Right to copy memang menjadi godaan jalan pintas agar blog ini dinilai sebagai blog yang berkualitas. Tidak perlu lagi memikirkan cara penulisan artikel, kerapatan kata kunci dan analisa keyword. Pokoknya copas aja, habis perkara. Tidak hanya judul artikel yang dicopas, namun seluruh kontent habis diobok2 tanpa mencantumkan link narasumbernya
Menulis artikel yang nantinya ingin kita optimasikan ke halaman awal Google memang tidak mudah, kita harus mau terkekang dengan banyak aturan teknik optimasi. Blogging pun menjadi suatu beban keluwesan kita dalam menulis, hingga akhirnya tergoda untuk Right to copy aja deh.
Copy Right vs Right to copy tidak hanya menimpa para newbie. Master2 sekelas Busby SEO test pun terkadang ditempa godaan tersebut, yang ujung2nya hubungan antar blogger menjadi tidak harmonis. Right to copy telah membuat keluarga kecil blogger ini retak. Dimanakah semangat berproduksi Copy Right ?
Sebenarnya Pengalaman adalah guru SEO terbaik buat kita semua. Dengan sering menulis artikel, kemampuan kita dalam blogging dan optimasi akan semakin terasah. Jeratan Teknik optimasi kata kunci tidak lagi menjadi beban yang berat, justru disanalah letak seni Optimasi. Kemampuan kita menyamarkan antara optimasi dan blogging adalah kepuasan tersendiri. Google pun tidak akan segan2 menyematkan Copy Right kepada artikel kita dan memberikan tempat bermain di halaman utamanya. Mari kita berharap bersama, agar Copy Right menjadi semangat bangsa Indonesia, bukan hanya di dunia maya, namun juga didunia nyata agar bangsa Indonesia tidak selalu dicap sebagai bangsa penjiplak atau mem-bebek.