Thursday, June 17, 2010

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
(Majalah Bidan, 2004).
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling yang berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003 )
Keluarga berencana ( KB ) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasaan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk kehamilan yang dialami oleh wanita.
( http : // www.puslitbang.com / situasi 10 juli 2007 )
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
( Ilmu Kandungan, 2005 )
Gerakan KB Nasional Indonesia telah berumur panjang sejak tahun 1970 dan masyarakat dunia telah menganggap Indonesia telah berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
(Manuaba , 1998).
KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998).
Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil mini survey peserta aktif tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi KB di Indonesia adalah 66,2%. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34%), pil (17%) IUD (7%), implan (4%), MOW (2,6%), MOP (0,3%) Kondom (0,6 %)
http://www.google.com ( situasi 12 juli 2007).
Prevalensi kesertaan ber-KB di Gresik, Jawa Timur, masih tinggi (77,11%). Alat kontrasepsi yang dominan digunakan adalah suntik 101.931 akseptor, pada tahun 2006 jumlah akseptor KB suntik di kabupaten Gresik mencapai 28.655 akseptor. Ini berarti sekitar 110,43 % dari pencapaian perkiraan permintaan masyarakat.
http://www.google.com (situasi 5 Agustus 2008 )

I.2 Identifikasi Masalah
BPS Ny. Nurul Azizah, Amd.Keb. Jl. Kupang Krajan no.33 ............. di BPS ini melayani ANC, KB, Persalinan, Imunisasi, Anak Sakit. BPS ini didirikan pada tahun 1997. Dimana masyarakatnya mayoritas berpendidikan SD, SMP, SMA dan sebagian ada yang PT, dan mayoritas bekerja sebagai pengrajin, buruh, dan sebagian sebagai PNS, masyarakatnya 100% beragama Islam, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan terutama pengetahuan yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Dari data di BPS. Ny. Nurul Azizah,Amd.Keb. Jl. Kupang Krajan no.33 ............ dari bulan Desember – Januari tahun 2009 terdapat 203 akseptor KB suntik dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi suntik KB 1 bulan 98 (48,27%) akseptor dan suntik KB 3 bulan 105 (51,72%) akseptor.
Dari survey awal yang dilakukan terhadap 10 responden terdapat 7 (70%) responden yang berpengetahuan kurang dan 3 (30%) responden yang berpengetahuan cukup tentang pemilihan alat kontrasepsi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dan banyaknya alat atau cara pemilihan alat kontrasepsi. Karena mengingat adanya keterbatasan waktu, maka peneliti membatasi penelitian pada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti menetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan Dg Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesaria

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RISIKO PERSALINAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL MEMILIH PERSALINAN SECARA SECTIO CAESAREA

ABSTRAK

Masa lalu, melahirkan secara sectio caesaria menjadi hal yang menakutkan karena berisiko kematian. Saat ini proses melahirkan secara sectio caesaria di duga bukan karena indikasi medis, namun dipicu oleh faktor non medis. Angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada persalinan sectio caesaria dibanding persalinan normal, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukannya sectio caesaria.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria di RS Bunda .............
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, berdasarkan waktunya penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian cross sectional, sedangkan menurut analisa data penelitian ini merupakan deskriptif analitik yaitu mendiskripsikan / menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang risiko persalinan dengan keputusan memilih persalinan secara sectio caesaria .sampel yang digunakan ada 30 sampel ibu hamil yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling.
Dari analisa data didapatkan sebagian besar ibu hamil pengetahuannya baik( 66,7 % ) dan sebagian besar ibu hamil yang berpengetahuan baik lebih memlih persalinan normal ( 63,3 % ) bila dibandingkan dengan persalinan sectio caesaria. Dan ternyata didapatkan adanya hubungan yang bermakna antar pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan sukap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria.
Kesimpulan yang dapat ditarik pengetahuan ibu hamil sangat penting untuk dapat menentukan proses persalinan yang tepat, karena semakin baik pengetahuan ibu tentang risiko persalinan semakin besar pula sikap ibu untuk memilih persalinan normal yang risikonya lebih rendah dari persalinan sectio caesaria
Kata Kunci : Pengetahuan, Risiko Persalinan, Sikap Ibu Hamil

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi Caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesaria, yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut ( kasdu, 2003 )
Pada masa lalu, melahirkan dengan sectio caesaria menjadi hal yang menakutkan karena berisiko kematian. Oleh karena itu, pembedahan hanya dilakukan jika persalinan normal dapat membahayakan ibu dan janinnya. Seiring dengan berjalannya waktu serta berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan, pandangan tersebut kemudian bergeser. Kini sectio caesaria kadang menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Bahkan bagi sekelompok orang, sectio caesaria dianggap sebagai alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan secara sectio caesaria daripada persalinan alamiah, meskipun tanpa indikasi medis. ( kasdu, 2003)
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah ( permata, 2002 ). Ibu hamil dalam merencanakan proses persalinannya memerlukan suatu informasi yang benar, sehingga ibu mempunyai gambaran tentang kehamilan serta proses persalinan. Dari informasi dan gambran tersebut, diharapkan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan manapun. Pengetahuan ibu tentang keadaan kehamilan dan persalinan yang akan dilakukan, memungkinkan untuk mempersiapkan fisik dan mental, sehingga ibu dapat memilih proses persalinan yang tepat dan aman.
Saat ini persalinan dengan sectio caesaria bukan hal yang baru lagi bagi para ibu dan golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini terbukti meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesaria di Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesaria (kasdu, 2003). Peningkatan persalinan dengan sectio caesaria ini disebabkan karena berkembangnya indikasi dan makin kecilnya risiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan teknik operasi anastesi serta ampuhnya anti biotika (mochtar, 1998).
Dampak dan risiko kesehatan pasca sectio caesaria ini cukup berarti seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius dan kematian ( www. Human Medicine. Com, 2009 ). Lebih dari 85 % sectio caesaria disebabkan karena adanya riwayat sectio caesaria sebelumnya, distosia persalinan, gawat janin dan presentasi bokong. Angka mortalitas ibu pada sectio caesaria elektif adalah 2,8 % sedangkan untuk sectio caesaria emergensi mencapai 30 % ( pangastuti, 2003 )
Menurut Bensons dan Pernolls cit. Adjie ( 2005 ) angka kematian secara sectio caesaria adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu. Frigeletto 1980 melaporkan, di Boston Hospital for women angka kematian ibu nol pada 10.231 kasus. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada persalinan dengan sectio caesaria dibandingkan persalinan pervaginam, karena ada peningkatan resiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukan sectio caesaria ( www.infoibu.com, 2009 )

I.2. Identifikasi Masalah
Penelitian ini akan dilakukan di RS Bunda yang terletak di kec. Benowo kel. Sememi ........... barat tepatnya di jalan raya kandangan 23-24. fasilitasnya terdiri dari ruang UGD 24 jam, poli spesialis anak, poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis bedah, poli kebidanan dan kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis jantung, radiologi, poli ortopedi, poli THT, dan poli syaraf. Di lihat dari letak geografisnya RSU Bunda ........... berada di daerah industri yang mana sebagian besar penduduknya adalah pekerja pabrik dan pedagang. Kehidupan sosial budaya masyarakat mayoritas beragama islam, ditinjau dari segi perekonomian pasien yang berkunjung ke RSU Bunda ........... dari kelas ekonomi bawah, menengah dan atas.
Berdasarkan data survey awal yang didapatkan dari laporan persalinan VK RS Bunda ........... pada bulan Januari - Juni 2009 didapatkan angka persalinan sectio caesaria sebesar 298 kasus ( 55 %), persalinan sectio caesaria karena KPD 80 kasus ( 26 %), persalinan sectio caesaria tanpa indikasi medis 30 kasus ( 10 % ) dari 540 total persalinan. Dan dari 3 ibu hamil yang kebetulan memeriksakan diri ke RS Bunda saat pengumpulan data didapatkan 2 orang ibu hamil ( 6,6 % ) yang tahu banyak tentang risiko persalinan sectio caesaria lebih memilih persalinan normal, sedangkan 1 orang ibu hamil ( 3,4 % ) dengan pengetahuan yang kurang tentang risiko persalinan sectio caesaria. lebih memilih persalinan sectio caesaria dengan pertimbangan tertentu, maka berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan sectio caesaria dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria.

I.3. Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan Dengan Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesaria di RS Bunda ...........?

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RISIKO PERSALINAN DG SIKAP IBU HAMIL MEMILIH PERSALINAN SECARA SECTIO CAESARIA
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
PLUS PRESENTASI DAN PROPOSAL+PRESENTASI PROPOSAL

Wednesday, June 16, 2010

Pengetahuan Ibu Tentang Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 12 – 15 Bulan di Dusun Desa

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK
USIA 12 – 15 BULAN DI DUSUN DESA .... KEC.....KABUPATEN
ABSTRAK

Kemampuan berbicara merupakan sarana berkomunikasi untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda yaitu kemampuan menangkap yang di inginkan di kemunikasikan oleh orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehinga dapat dimengerti. Peranan orang tua (ibu) sebagai orang yang lebih dekat dengan anak dituntut peranannya secara maksimal dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak usia 12-15 bulan di dusun ........ desa ........ kecamatan ........ kabupaten ...........
Jenis penelitian ini adalah observasional, data diolah secara deskriptif dengan populasi semua ibu yang mempunyai anak usia 12-15 bulan di Dusun ........ desa ........ kecamatan ........ Kebupaten .......... sejumlah 35 responden dengan pengambilan sampel dengan cara semua ibu yang mempunyai anak usia 12-15 bulan yaitu 35 responden di ambil secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak 12-15 bulan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 57,1% (20 responden), berdasarkan usia sebagian besar mempunyai pengetahuan baik mempunyai umur > 35 tahun sebesar 100% (3 responden), berdasarkan pendidikan Akademi/PT sebagian besar mempunyai pengetahuan baik sebesar 80% (4 responden) berdasarkan pekerjaan sebagian besar mempunyai pengetahuan baik didapatkan responden yang bekerja sebagai PNS sebesar 100% (2 responden), berdasarkan paritas sebagian besar mempunyai pengetahuan baik didapatkan responden yang memiliki 2-5 anak sebesar 75% (6 responden).
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan agar ibu yang mempunyai anak usia 12-15 bulan di dusun ........ desa ........ kecamatan ........ kabupaten .......... mendapatkan informasi yang lebih tentang perkembangan berbicara pada anak usia 12-15 bulan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Kemampuan Berbicara

BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi, untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda, kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan oleh orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti. Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara yang lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok, peran mereka dalam kelompok tersebut akan sangat kecil.
Seperti halnya dengan permasalahan yang lainnya masalah perkembangan berbicara anak memerlukan penanganan yang cukup serius, dalam hal ini peranan orang tua (ibu) sebagai orang yang lebih dekat dengan anak dituntut peranannya secara maksimal dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap anak. Jika anak telah lahir, maka rangsangan harus disesuaikan dengan usianya, yang paling baik adalah dengan menimang bayi meskipun bayi belum bisa apa-apa rangsangan harus tetap diteruskan, adanya rangsangan secara kontinue akan merangsang otak anak untuk menerima informasi dari lingkungan sekitarnya. Bayi yang baru lahir mampu melokalisir suara dengan menoleh ke kanan dan kiri ke arah asal suara. Adapun dampak yang akan ditimbulkan jika perkembangan berbicara anak terhambat yaitu hubungan sosial anak akan terhambat juga dan hal yang ini berpengaruh pula terhadap penyesuaian sosial anak, dan jenis penyesuaian sosial anak akan mempengaruhi terhadap penyesuaian pribadi anak (Hurlock, 1996).
Berdasarkan survey bulan Juni 2009 yang ada di POSYANDU yang ada di dusun ......... Desa ......... kecamatan ......... kabupaten ......... yang didapat selama satu minggu, bahwa jumlah ibu yang mempunyai anak usia 12 – 15 bulan sebanyak 25 orang dan yang mengalami keterlambatan bicara sebanyak 11 anak. Kesulitan berkomunikasi dan berbicara pada anak merupakan masalah yang banyak dikeluhkan oleh para orang tua. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya peran aktif keluarga dalam memberi rangsangan kata-kata, kekurangan rangsangan inilah yang jarang disadari oleh orang tua.
I.2. Identifikasi Masalah
Penelitiuan ini dilakukan di Dusun ......... Desa ......... RT: 06 / RW: 02 Desa ......... kecamatan ......... kabupaten .......... Dusun ......... Desa ......... Kecamatan ......... terletak disebelah barat kota ........., yang berjarak sekitar 35 Km dari kota ..........
Dilihat dari letak geografisnya dusun ......... merupakan Dusun agraris, dimana masyarakatnya mayoritas petani, meski ada sebagian yang berdagang tetapi untuk sehari – harinya tetap bercocok tanam, dan ada sebagian yang merantau kekota lain. Kehidupan sosial budaya masyarakat dusun ......... hampir seratus persen beragama Islam.
Ditinjau dari segi perekonomian masyarakat yang sebagian petani, dapat dikatakan golongan ekonomi yang rata – rata menengah kebawah. Sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan. Pendidikan yang kurang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan masyarakat, terutama pengetahuan ibu dalam kemampuan berbicara pada anak usia 12 – 15 bulan, dilihat dari catatan yang diperoleh pada waktu POSYANDU didusun ......... desa ......... Kecamatan ......... kabupaten ......... ada anak yang mengalami keterlambatan dan gangguan dalam berbicara sejumlah 11 anak.
I.3. Rumusan Masalah
”Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak usia 12 – 15 bulan yang ada didusun ......... desa ......... kecamatan ......... kabupaten ......... ?

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA 12 – 15 BULAN DI DUSUN DESA .... KEC.....KABUPATEN
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kontak Pertama Kali dengan Tenaga Kesehatan (K1) di BPS

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KONTAK PERTAMA KALI DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) DI BPS

ABSTRAK

Angka kematian maternal dan neonatal di indonesia masih tinggi sekitar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Maka dicanangkan making pregnancy safer (MPS) dan meningkatkan pelayanan dalam pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk memantau kehamilan dan mendeteksi secara dini adanya resiko dalam kehamilan, sehingga diharapkan adanya pengetahuan dalam pemeriksaan kehamilan bagi kehamilan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten ...............
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi semua ibu hamil di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten .............. dan jumlah sampel 30 responden. Dengan menggunakan teknik Probability Sampling dengan Simple Random Sampling dan data dikumpulkan melalui data primer.
Hasil penelitian dari 30 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan (K1) sebanyak (56,7%) dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai usia kehamilan sebanyak (86,7%).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah meskipun responden memiliki pengetahuan kurang, tetapi melakukan pemeriksan kehamilan sesuai usia kehamilan. Untuk menyempurnakan lebih lanjut disarankan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan kepada masyarakat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil, K1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nanti, tetapi juga dapat menjadi kegelisahan dan keprihatinan. Pembicaran secara efektif kepada ibu dan keluarganya dapat membantu membangun kepercayaan kepada petugas kesehatan.
Didalam kehamilan diperlukan pengawasan atau pemeriksaan secara teratur atau yang lebih dikenal dengan Antenatal Care (ANC). ANC merupakan bagian terpentig dari kehamilan. Dengan memeriksakan secara teratur diharapkan dapat mendeteksi lebih dini keadaan-keadaan yang mengandung risiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu maupun janin ( Prawirohardjo S, 2002 ).
Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkn pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau diposyandu. Kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) Adalah Kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dengan standart 7T. Sedangkan kunjungan ibu hamil yang keempat ( K4 ) Adalah Kontak ibu yang keempat atau lebihdengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Hubungan K1 dan K4 secara langsung adalah jika ibu memeriksakan kehamilannya yang pertama kali dan kontak ibu yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan hubungannya adalah dapat memantau kemajuan kehamilan, mangenali sejak dini adanya ketidak normalan atau komplikasi pada ibu dan janin.
Tujuan K1 Adalah Untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, Mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kelahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya ( JHPIEGO, 2001 ).
Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu terjadi kehamilan yaitu ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melaksanakan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4x. Satu kali kunjungan pada trimester I, Satu kali kunjungan pada trimester II dan dua kali kunjungan pada trimester III ( Prawirohardjo S, 2002 )
Kebanyakan mereka harus menyadari bahwa mereka sedang hamil sewaktu kehamilan mereka sudah berusia 1 sampai 2 bulan. Dan disaat mereka memeriksakan diri ke dokter biasanya kehamilannya sudah berusia 2 atau 3 bulan, 3 bulan pertama kehamilan adalah masa yang sangat penting. Banyak hal-hal penting terjadi sebelum anda menyadari bahwa anda hamil atau sebelum anda pergi ke dokter.
Pada tahun lalu angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi sekitar 248 per 100.000 kelahiran hidup ( SDKI, 2007 ) . Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian tersebut, pemerintah mencanangk target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan pemerintah mencanangkan making pregnancy safer yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang efektif. Selain itu upaya intervensi strategis dalam pendekatan safe motherhood yang terdiri dari 4 pilar yaitu :
a. KB ( Keluarga Berencana )
b. Pelayanan Antenatal
Untuk mencegah adanya komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi di deteksi sedini mungkin.
c. Persalinan yang aman
d. Pelayanan Obstetri esensial
Memastikan bahwa pelayanan obstetric untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedi bagi ibu hamil yang membutuhkan. ( Prawirohardjo S, 2007 )
Pelayanan antenatal sebagai pilar ke-2 merupakan asuhan yang memberikan untuk ibu sebelum kelahiran. Pengawasan sebelum lahir terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik, sehingga dapat mentoleransi respon baik selama kelahiran.
Angka kematian ibu merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu Negara. Bila angka kematian ibu masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik, Sebaliknya bila angka kematian ibu rendah berarti pelayanan kesehatan ibu menunjukkan ada peningkatan.
Menurut data dari BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... .............. kunjungan pemeriksaan ibu hamil ( K1 ) Dilihat dari cakupan K1 sebesar 23% Dari target 65%.Karena kunjungan pemeriksaan ibu hamil trimester I tahun 2008 masih kurang teratur, Dilihat dari cakupan K1 sebesar 23% dari target 65% sehingga terdapat kesenjangan 42%. Karena factor ekonomi ibu tidak melakukan ANC (Laporan kohort ibu ).
Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang secara ilmiah dan mendasari dalam mengambil keputusan rasional dan efektif dalam menerima perilaku baru yang akan menghasilkan persepsi yang positif dan negative. ( Nursalam, 2001 ). Dengan banyak pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan ibu menjadi banyak tahu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa factor penyebab antara lain : faktor pengetahuan, factor pendidikan, factor usia, dan factor ekonomi ( Nursalam, 2001 ) Bila ibu hamil tidak tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Tidak terdeteksi secara dini adanya komplikasi selama kehamilan, ibu tidak mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan ibu tidak mengetahui tafsiran persalinannya ( Syaifuddin, 2000 )
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ).
B. Batasan Masalah
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kesadaran ibu hamil dalam pemeriksaan ANC khususnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) peneliti membatasi penelitian dari faktor tingkat pengetahuan ibu hamil saja di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : " Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) ?"
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) Di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil terhadap kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan (K1) di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
b. Mengidentifikasi kontak pertama kali ibu hamil dengan tenaga kesehatan di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan trimester I sehingga mampu melakukan intervensi dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan trimester I secara efektif.
2. Bagi STIKES
Sebagai informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan kebidanan dan kesehatan.
3. Bagi Masyarakat Desa ...... Kecamatan ...... ..............
Sebagai informasi kesehatan yang benar serta meningkatkan kemauan dalam pemeriksaan antenatal.
4. Bagi BPS ... .........
Sebagai informasi dan solusi untuk mengatasi adanya keterkaitan antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC dengan pemeriksaan kehamilan trimester I, sehingga diharapkan dapat meningkatkan cakupan kunjungan pemeriksan kehamilan trimester I Di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KONTAK PERTAMA KALI DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Tuesday, June 15, 2010

Pengetahuan Akseptor Kb Suntik 1 Bulan Tentang Efek Samping KB Suntik 1 Bulan di BPS

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN TENTANG
EFEK SAMPING KB SUNTIK 1 BULAN DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) (Majalah Bidan, 2004).
Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk kehamilan yang dialami oleh wanita http://www.puslitbang.com (situasi 10 Juli 2007).
Gerakan KB Nasional Indonesia telah berumur panjang sejak tahun 1970 dan masyarakat dunia telah menganggap Indonesia telah berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna (Manuaba , 1998).
KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998).
Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil mini survey peserta aktif tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi KB di Indonesia adalah 66,2%. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34%), pil (17%) IUD (7%), implan (4%), MOW (2,6%), MOP (0,3%) Kondom (0,6 %) http://www.google.com ( situasi 12 juli 2007).
Prevalensi kesertaan ber-KB di .........., Jawa Timur, masih tinggi (77,11%). Alat kontrasepsi yang dominan digunakan adalah suntik 101.931 akseptor, pada tahun 2006 jumlah akseptor KB suntik di kabupaten .......... mencapai 28.655 akseptor. Ini berarti sekitar 110,43 % dari pencapaian perkiraan permintaan masyarakat http://www.google.com (situasi 5 Agustus 2009).
Dari data di BPS. Hj. .......... Desa .......... Wetan Kabupaten .......... dari bulan Januari – Juni tahun 2009 terdapat 246 akseptor dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi jenis kondom 3 (2,38%) akseptor, pil 25 (19,84%) akseptor, suntik 203 (82,52%) akseptor, IUD 5 (3,96%) akseptor, Implant 10 (7,93%) akseptor, MOW 0%, MOP 0%. Dari data tersebut pemakaian kontrasepsi yang terbanyak adalah akseptor KB suntik.
Di desa .......... masyarakatnya mayoritas berpendidikan SD, pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Nursalam dan Pariani, 2001). Dari data diatas kebanyakan akseptor KB suntik kurang mengetahui tentang efek samping KB suntik.
Pada dasarnya prinsip pemilihan KB ini sangat penting karena tidak hanya mencakup pemakaian KB, tetapi juga metode pengendalian kelahiran yang paling sesuai dengan kondisi khusus dari pasangan. Pemilihan tersebut tidak dapat dilakukan sampai masing-masing mempunyai pengetahuan dasar mengenai setiap metode yang digunakan serta efek samping yang timbul akibat dari pemakaian KB suntik, seperti yang banyak dialami akseptor KB suntik 1 bulan di desa .......... yang banyak mengalami peningkatan berat badan.
Solusi untuk meningkatkan pengetahuan akseptor KB yaitu dengan cara pemberian konseling, karena konseling dapat memberikan pengetahuan akseptor KB suntik 1 bulan tentang efek samping KB suntik 1 bulan, keuntungan, kerugian, efektifitas dan waktu pemakaiannya sehingga akseptor KB suntik dapat mengambil keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sehingga dari data yang diperoleh diatas hal ini akan dilakukan penelitian bagaimana pengetahuan akseptor KB suntik 1 bulan tentang efek samping KB suntik 1 bulan.

I.2 Identifikasi Masalah
BPS Ny. .............,SST terletak di Desa .......... Kecamatan .......... Kabupaten .........., di BPS ini melayani ANC, KB, Persalinan, Imunisasi, Anak Sakit. BPS ini didirikan pada tahun 1994. Dimana masyarakatnya mayoritas berpendidikan SD, SMP, SMA dan sebagian ada yang PT, dan mayoritas bekerja sebagai pengrajin, buruh, dan sebagian sebagai PNS, masyarakatnya 100% beragama Islam, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan terutama pengetahuan yang berhubungan dengan efek samping KB suntik 1 bulan.
Dari data di BPS. Ny. ............., SST Desa .......... Kabupaten .......... dari bulan Januari – Juni tahun 2009 terdapat 203 akseptor KB suntik dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi suntik KB 1 bulan 98 (48,27%) akseptor dan suntik KB 3 bulan 105 (51,72%) akseptor.
Dari survey awal yang dilakukan terhadap 10 responden terdapat 7 (70%) responden yang berpengetahuan kurang dan 3 (30%) responden yang berpengetahuan cukup tentang efek samping KB suntik 1 bulan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

I.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah
Pembatasan dalam penelitian ini hanya di batasi pada Pengetahuan akseptor KB suntik 1 bulan tentang efek samping KB suntik 1 bulan di BPS Ny. ............., SST Kabupaten ...........
Jadi rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Sejauh mana pengetahuan akseptor KB suntik 1 bulan tentang Efek samping KB suntik 1 bulan di BPS Ny. ............., SST Kabupaten ..........?.”


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN TENTANG EFEK SAMPING KB SUNTIK 1 BULAN DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Monday, June 14, 2010

Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS

KTI KEBIDANAN
ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS

Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02%. Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi. Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri, metode hormonal seperti suntik memiliki efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan.
Tujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik di BPS ........... tahun.
Desain penelitian ini bersifat analisis komparasi dengan pendekatan dua mean dependen (paired sample), teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami kenaikan berat badan setelah menggunakan KB suntik yang ada di BPS ........... yaitu berjumlah 60 orang. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara/langsung, yaitu dengan menggunakan timbangan berat badan. Analisa data univariat dan bivariat, yaitu dengan menggunakan uji-t.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berat badan responden yang ada di BPS ........... rata-rata (mean) sebelum diberikan suntikan KB adalah 54,77 dan rata-rata (mean) sesudah diberikan suntikan KB adalah 57,08 yang berarti rentang antara sebelum dan sesudah adalah (2,3 2). Ada perbedaan suntikan KB terhadap berat badan ibu di BPS ........... tahun (p value=0,000).
Saran yang dapat penulis sampaikan bagi akseptor KB untuk dapat memanfaatkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam menurunkan angka fertilitas dan menjarangkan kelahiran bayi salah satunya adalah dengan rutin melakukan menggunakan KB suntik tanpa harus khawatir secara berlebihan terhadap efek samping yang dapat ditimbulkan dari alat kontrasepsi KB seperti KB suntik.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02% (Hasil SKDI 2002-2003)
Pada tahun 2004 perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah 216 juta jiwa dengan tingkat kepadatan 112 jiwa per km. Dan jumlah penduduk di propinsi Lampung 7.080.000 jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per Propinsi 1995-2005). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.
Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut adah dengan mengikuti program KB yang dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan reproduksi sehat, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan yang berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan meningkatkan pemberian ASI untuk menjarangkan kehamilan (ICPD, 1994).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang.Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan danperkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi pelayanan kesehatn keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI. 1999).
Sudah lebih dari tiga dasa warsa, program KB telah berjalan dan dilaksanakan dengan baik.Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari menurunnya angka fertilitas yang semula 5,6 per wanita pada tahun 80-an, menjadi 2,6 anak wanita usia subur (SDKI, 2002-2003).
Hal ini menunjukan bahwa program KB telah diterima dan membudaya di masyarakat.Pencapaian peserta KB dari waktu kewaktu juga terus meningkat .Pada tahun 1994 peserta KB sebesar 54,7% dan tahun 1997 meningkat menjadi 56.4%yang kemudian meningkat menjadi 60,3%. (SDKI,2002-2003).
Dari pencapaian tersebut, masyarakat lebih memilih alat kontrasepasiyang sifatnya praktis dan efektifitas tinggi, seperti pil dan suntik (Hantanto, 2003). Di Indonesia menurut penelitan The National and Economic Survey (1997-1998). Akseptor KB suntik mencapai 21,1% dari total jumlah akseptor KB yang popular dipakai adalah Depo Provera 150 mg. Sedangkan SDKI tahun 2002-2003, kontrsepsi suntik dengan prevalensi 27,8% yang kemudian disusul pil 13,22% sedangkan peserta pria masih relatif rendah yaitu mencapai 2%.
Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pamakain berlangsung cepat (FK UNPAD:1996). Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri metode hormonal seperti suntik ini umumnya menpunyai efek samping yang berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala dan kenaikan tekanan darah (Hartanto, 2003).
Perubahan kenaikan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia. Perubahan kenaikan berat badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Dari hasil pre survei 20 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPS ............., 8 orang mengalami peningkatan berat badan <5%,>10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun .Setelah pemakaian lebih dari satu tahun.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitan mengenai “Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah menggunakan KB Suntik di BPS ...........”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu: ditemukan dari 20 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPS ............., 8 orang mengalami peningkatan berat badan <5%,>10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun

1.3 Masalah dan Permasalahan
1.3.1 Masalah
Dari identifikasi masalah di atas masalah penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik di BPS ...........?”
1.3.2 Permasalahan
1.3.2.1 Bagaimana berat badan ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi suntik ? 1.3.2.2 Bagaimana berat badan ibu sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik ? 1.3.2.3 Adakah perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat
kontrasepsi suntik?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menaganalisis perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik di BPS ........... tahun.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengidentifikasi bagaimana berat badan ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.4.2.2 Untuk mengidentifikasi bagaimana berat badan ibu setelah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.4.2.3 Untuk mengidentifikasi adakah perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.

1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1.5.1 Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang analisis perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.5.2 Bagi Lahan Penelitian (Petugas Kesehatan)
Menjadi bahan masukan dan sumber informasi mengenai perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Untuk dijadikan data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya 1.5.4 Bagi Akseptor KB Suntik
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi akseptor KB suntik sebagai sumber pengetahuan tentang perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif analitik tentang analisis perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB Suntik di BPS ........... dengan jenis penelitian uji beda dua mean dependen (paired sample). Obyek yang diteliti adalah berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik dengan pemakaian lebih dari 1 tahun. Sedangkan subyek penelitian adalah ibu akseptor KB suntik. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Sunday, June 13, 2010

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG ASUHAN PERSALINAN
KALA I DI BIDAN PRAKTEK SWASTA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kala I adalah dimulai sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka 10 cm. Fase-fase dalam kala satu persalinan ada 2 yaitu, fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka ± 4 cm dan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm Depkes (2004).
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi, memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang mendukung, mobilisasi, makan dan minum selama persalinan, buang air kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan (Depkes RI, 2000). Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).
Wanita mungkin mengalami beberapa “tanda palsu”, kebebasan untuk tetap bergerak dan aktif selama kontraksi tidak hanya membantu mengurangi ketidaknyamanan persalinan, tetapi juga memungkinkan ibu untuk mempertahankan kenyamanan persalinan. Keterlibatan pasangan atau semua individu pendukung dalam diskusi membantu memperkuat hubungan yang baik dan meningkatkan kepercayaan diri ibu (Henderson, 2005)
Faktor keterlambatan rujukan ke rumah sakit dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gawat darurat juga termasuk mata rantai penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Hanya sekitar 65% dari semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, jauh di bawah target nasional sebesar 90%. Di daerah-daerah tertentu masih banyak terdapat persalinan yang ditolong dukun. Pada beberapa kasus, pertolongan persalinan menjadi tak optimal karena terbatasnya pengetahuan dan peralatan kegawatdaruratan yang ada (Nugraha, 2007).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-negara berkembang. Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara besaran angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup. "Pada tahun 2007 laporan BPS menyebutkan AKI menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal.
Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes kaltim, 2008).
Di Indonesia kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90%, kematian perinatal kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002). Di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Siregar, 2002).
Di RS Dr. Pirngadi Medan ditemui kasus rujukan yang di rujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tak maju 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6%), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1%), kehamilan ektopik terganggu 3 orang (0,8%), abortus 86 orang (22,9%) dan infeksi purperalis 3 orang (0,8%) (Siregar, 2002).
Berdasarkan data dari hasil observasi yang diperoleh dari Dinkes Kota ........., Pada umumnya belum semuanya melaksanakan asuhan persalinan Kala I secara baik dan benar dimana jumlah Bidan Praktek Swasta di Kota ......... sebanyak 52 Klinik. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ......... Tahun 2009“.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ......... Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ......... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pelatihan.
4. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan lama bekerja.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya terhadap pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I.
D.2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di Bidan Praktek Swasta Kota ..........
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BIDAN PRAKTEK SWASTA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN INDIKASI DAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN
SEKSIO SESAREA DI DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan selama ini pada dasarnya untuk mempercepat tercapainya tingkat kesejahteraan. Salah satu bentuk dari upaya tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
AKI di Indonesia pada tahun 2001 adalah 373/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 42/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2004 menjadi 43.52/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi, 2005: 26).
Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang baik selama kehamilan dan pada saat persalinan Kehamilan dan persalinan memang merupakan proses yang fisiologis, namun keadaan patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai pada saat proses persalinan. Komplikasi obstetri yang tersering adalah perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama yang kesemuanya membutuhkan pelayanan kesehatan dari tenaga yang profesional dan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang maksimal (Depkes RI, 2002: 1). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi, yaitu : faktor umur, paritas, pendidikan, perawatan antenatal, sarana dan fasilitas, sosial ekonomi dan tenaga penolong persalinan yang dapat memicu terjadinya peningkatan AKI dan AKB (Mochtar, 1998:192).
Salah satu penatalaksanaan persalinan patologis untuk menyelamatkan ibu dan bayi secara transabdominal adalah seksio sesarea, jika partus secara transvaginal tidak memungkinkan untuk dilakukan seperti: ekstraksi forcep, ekstraksi vakum, persalinan sunsang , versi ekstraksi, kleidotomi dan simfisiotomi.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998: 52) kehamilan aterm dengan posisi belakang kepala mencakup sekitar 97% dari semua kehamilan, sekitar 3% merupakan kehamilan dengan kedudukan patologis. Sehingga diperkirakan pertolongan persalinan operasi sekitar 3% sampai 4% dan selebihnya persalinan normal.
Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan (http://www.idi.com/info_seksio20%sesarea). Sedangkan angka kejadian seksio sesarea di Provinsi Jambi pada tahun 2007 berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari seluruh persalinan. (Dinkes Provinsi Jambi, 2007)
Di rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2007 berjumlah 245 dari 531 persalinan atau sekitar 46% dari seluruh persalinan (Data Kesakitan RSU ......... ... ....... ......... tahun 2007). Meskipun diketahui bahwa persalinan dengan seksio sesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan tetapi angka seksio sesarea masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis memandang perlu mendeskripsikan indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea yang dirawat di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah tingginya angka kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... periode 1 Januari sampai 31 Desember 2007 yaitu sebanyak 245 set rekam medik dan belum diketahuinya indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah:
1. Bagaimana gambaran indikasi ibu bersalin dengan seksio sesarea Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib ......... tahun 2007?.
2. Bagaimana gambaran umur ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib ......... tahun 2007?.
3. Bagaimana gambaran paritas ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.
4. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.
5. Bagaimana Status Pembiayaan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui indikasi tindakan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
b. Mengetahui umur ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
c. Mengetahui paritas ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
d. Mengetahui tingkat pendidikan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
e. Mengetahui status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007

D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.
2. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Merangin
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa dalam pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) dan menambah referensi diperpustakaan.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di bagian Obsetri dan Ginekologi RSU Mayjen H. A. Thalib ..........
E. Ruang Lingkup Penelitian
Desain Penelitian ini adalah deskriptif dengan study retrospektif yang bertujuan untuk menggambarkan indikasi dan karekateristik berupa umur, paritas, tingkat pendidikan dan status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Maternitas khususnya kesehatan ibu bersalin. Sasaran dalam penelitian ini adalah set rekam medik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2008 dengan jumlah sampel 245 set rekam medik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... pada tahun 2007.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN INDIKASI DAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN SEKSIO SESAREA DI DI RUMAH SAKIT UMUM
(isi: Daftar Isi; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Saturday, June 12, 2010

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, peneliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2001).
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklampsia, nyeri perut yang hebat (Sarwono, 2006).
Secara umum telah diterima bahwa kehamilan membawa resiko bagi ibu. Menurut WHO (Profil Pusdiknakes, 2003) sekitar 15% dari seluruh ibu hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwa ibu dan bayi (Sugiri 2003). Dari 5 juta kehamilan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, 13% diantaranya disebabkan eklampsia. Di Sumatera Utara ibu hamil yang meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan lebih dari 50 orang dari 19.500 ibu hamil (Sugiri, 2007).
Dari data yang diperoleh dari Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009, jumlah ibu primigravida yang berkunjung mulai bulan Januari-Maret 2009 sebanyak 50 orang, 50% diantaranya mengalami mual dan muntah pada awal kehamilan, 20% mengalami perubahan pada kulit dan payudara, 15% mengalami sering buang air kecil, perubahan berat badan dan 15% lainnya seperti keputihan, edema pada kaki dan sakit pada punggung. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.2. Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG
ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kala I adalah dimulai sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka 10 cm. Fase-fase dalam kala satu persalinan ada 2 yaitu, fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka ± 4 cm dan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm Depkes (2004).
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi, memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang mendukung, mobilisasi, makan dan minum selama persalinan, buang air kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan (Depkes RI, 2000). Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).
Wanita mungkin mengalami beberapa “tanda palsu”, kebebasan untuk tetap bergerak dan aktif selama kontraksi tidak hanya membantu mengurangi ketidaknyamanan persalinan, tetapi juga memungkinkan ibu untuk mempertahankan kenyamanan persalinan. Keterlibatan pasangan atau semua individu pendukung dalam diskusi membantu memperkuat hubungan yang baik dan meningkatkan kepercayaan diri ibu (Henderson, 2005)
Faktor keterlambatan rujukan ke rumah sakit dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gawat darurat juga termasuk mata rantai penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Hanya sekitar 65% dari semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, jauh di bawah target nasional sebesar 90%. Di daerah-daerah tertentu masih banyak terdapat persalinan yang ditolong dukun. Pada beberapa kasus, pertolongan persalinan menjadi tak optimal karena terbatasnya pengetahuan dan peralatan kegawatdaruratan yang ada (Nugraha, 2007).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-negara berkembang. Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara besaran angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup. "Pada tahun 2007 laporan BPS menyebutkan AKI menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal.
Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes kaltim, 2008).
Di Indonesia kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90%, kematian perinatal kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002). Di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Siregar, 2002).
Di RS Dr. Pirngadi Medan ditemui kasus rujukan yang di rujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tak maju 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6%), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1%), kehamilan ektopik terganggu 3 orang (0,8%), abortus 86 orang (22,9%) dan infeksi purperalis 3 orang (0,8%) (Siregar, 2002).
Berdasarkan data dari hasil observasi yang diperoleh dari Dinkes Kota ........, Pada umumnya belum semuanya melaksanakan asuhan persalinan Kala I secara baik dan benar dimana jumlah Bidan Praktek Swasta di Kota ........ sebanyak 52 Klinik. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009“.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pelatihan.
4. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan lama bekerja.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya terhadap pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I.
D.2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di Bidan Praktek Swasta Kota .........
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Friday, June 11, 2010

Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 dalah meningkat kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia, Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, upaya kesehatan dilaksanakan secara merata, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehubungan dengan itu puskesmas sebagai unit palayanan kesehatan terdepan dengan mutu yang lebih baik dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2002).
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih dari harapan masyarakat serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU kesehatan Nomor 23 tahun 1992 meningkatkan pentingnya mutu pelayanan kesehatan, khususnya di tingkat puskesmas (Nadesul, 2008).
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut menyelanggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa pengambilan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada dibawah Dinas kesehatan kabupaten dan kota (Nadesul, 2008).
Pada tahun 1980-an, pusat pelayanan kesehatan terlihat sangat ramai dikunjungi pasien yang hendak berobat, yang kini feromena itu jarang terjadi. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, mestinya puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama dengan pelayanan prima yang dapat mengalami berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas puskesmas tidak begitu tanggap dengan pelayanan medik, tetapi tubuh menekankan administrasi (Nadesul 2008).
Banyak masalah yang menjadi pemicu rendahnya pencitraan puskesmas pada saat sekarang. Sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang kurang bermutu dari seri varial, petugas yang kurang tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari pemberian palayanan, sehingga masyarakat kurang puas setiap berobat ke pusat pelayanan, kesehatan ini. Disampaikan itu program puskesmas yang kurang berjalan menjadi pemicu rendahnya mutu pelayanan puskesmas di mata masyarakat (Nadesul, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdsarkan lama bekerja.
4. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanaan kesehatan di puskesmas ... ..... 2009 Berdasarkan sumber Informasi.

D. Manfaat Peneliti
D.1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian khusunya tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.2. Bagi Petugas Kesehatan
Memberikan masukan bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan, pemberian mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.3. Bagi Institasi Pendidikan
Sebagai bahan atau pedoman untuk penelitian selanjuntnya oleh Mahasiswa/Mahasiswi Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga dan memberi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
DEPRESI PADA LANSIA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Ahmad Djojosugito, 2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Roy, 2000).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Chaplin dan Prabova Royanti, 1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Frank J. Bruno, 1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ....... ...... Terdapat 80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan.
D.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Thursday, June 10, 2010

Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dan mewujudkan Norma Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru Program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Saver. Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi program Making Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan ( Saifuddin, 2003 ).
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat kehidupan bangsa telah dilaksanakan bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti ( Manuaba, 1998 ).
Pencegahan kehamilan dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diberlakukannya Keluarga Berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat abortus yang tidak aman, serta tuntunan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat ( Saifuddin, 2003 ).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Jawa Barat telah lama diketahui oleh seluruh masyarakat hampir 99,6% wanita berstatus kawin dan 90,5% pria berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat kontrasepsi modern. Suntik dan pil adalah metode yang paling banyak diketahui, diikuti IUD dan susuk KB (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2004).
Kepesertaan KB ( Current User ) di Kabupaten ............. sebanyak 378.490 akseptor sedangkan proyeksi Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 246.512 orang. Pencapaian akseptor KB di Kabupaten ............. untuk Metode Jangka Panjang (MJP) aktif cakupannya sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target MJP sebesar 60% dari seluruh akseptor. Untuk Metode Non Metode Jangka Panjang (Non MJP) yang aktif 75,30%. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pencapaian akseptor MJP dibandingkan akseptor Non MJP dari total keseluruhan (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Pencapaian akseptor KB baru untuk seluruh metode di Kabupaten ............. masih menunjukkan angka yang sangat rendah yaitu sebesar 6,69% dari seluruh akseptor sebanyak 378.490 akseptor ( Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Di Kabupaten ............. tahun 2006 Pasangan Usia Subur sebanyak 243.834 orang, peserta KB berjumlah 179.462 (73,60%) dengan demikian Pasangan Usia Subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 64.372 (26,39%). Dengan demikian keadaaan KB di Kabupaten ............. tahun 2006 pada jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 102.384 (57,05%), Pil sebanyak 43.008 ( 23,96%), Implan sebanyak 9.549 (5,32%) dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 11.683 (6,51%), MOW sebanyak 6.462 (3,60%), MOP sebanyak 6.197 (3,45%), kondom sebanyak 179 (0,10 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten ............., 2006).
Di kecamatan ............. tahun 2006. Pasangan usia subur sebanyak 12.347 orang. Peserta KB berjumlah 9.422 orang (76,31%), dengan demikian pasangan usia subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 2.925 orang (23,69%) jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 4.886 (51,86%), Pil sebanyak 2.580 (27,38%), Implan sebanyak 377 (4,00%) dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 938 (9,95%), MOW sebanyak 328 (3,48%), MOP sebanyak 285 (3,02%), kondom sebanyak 28 (0,30 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten ............., 2006).
Akseptor KB di Puskesmas ........ sebanyak 3.438 akseptor, sedangkan proyeksi pasangan usia subur sebanyak 8.143 orang. Dari data diatas masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi (Puskesmas ........, 2006 ).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga yang direncanakan, persetujuan suami bahkan norma budaya lingkungan orang tua. Untuk ini semua konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien ( Saifuddin, 2003 ).
Dari data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007”.

1.2 Rumusan Masalah
Di Kabupaten ............. pencapaian akseptor Keluarga Berencana Metode Jangka Panjang sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target Metode Jangka Panjang sebesar 60%. Sehingga masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007’, sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007?

1.3 Ruang Lingkup
Banyak faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB tetapi dalam penelitian ini, penulis membatasi pada karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan dan pengetahuan di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya gambaran karakteristik ibu menurut umur dan pendidikan di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
2) Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
3) Diketahuinya gambaran pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
4) Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
5) Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
6) Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
1.5.2 Bagi Instansi
1) Sebagai masukan kepada pengelola program dalam merencanakan kegiatan akselerasi peningkatan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............
2) Sebagai masukan bagi peningkatan kualitas dalam memberikan pelayanan KB kepada sasaran atau masyarakat.
3) Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan, khususnya promosi tentang pentingnya pemilihan alat kontrasepsi KB kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............
1.5.3 Bagi Penulis
Mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Blog Archive