Thursday, June 24, 2010

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui di Desa

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).
Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu sudah terlambat karena sudah kelamin. Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena tehnik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot (www.tabloidnakita.com).
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Maribeth Hasselquist, 2006).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).
Jumlah bayi di Kabupaten Lampung Timur ada 21.795 bayi, yang di beri ASI Ekslusif 8.185 (37,55%) (Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Timur, 2005). Di desa Sidodadi dengan jumlah penduduk wanita 1.891 dan jumlah bayi sebanyak 85 bayi.
Dari data di atas, terdapat jumlah bayi di Kecamatan Sekampung sebanyak 718 bayi dan 1.430 orang ibu yang menyusui. Di Desa Sidodadi terdapat 85 bayi dengan sasaran ibu yang menyusui sebanyak 170 orang. Berdasarkan hasil prasurvei pada periode bulan (Desember 2006 - Februari 2007) di Desa Sidodadi terdapat 58 orang ibu menyusui yang terbagi dalam 4 dusun yaitu Dusun 1 terdapat : 23 orang ibu menyusui, dari 23 orang ibu menyusui yang mengalami masalah seperti puting susu lecet ada 1 orang, payudara bengkak 18 orang, dan 4 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dusun II terdapat 13 orang ibu menyusui, dari 13 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 4 orang, payudara bengkak 1 orang, dan bendungan payudara ada 1 orang dan 7 orang lainya tidak mengalami masalah. Dusun III terdapat 9 orang ibu menyusui, dari 9 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet, ada 5 orang, bendungan payudara ada 1 orang dan 3 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dusun IV terdapat 13 orang ibu menyusui dari 13 orang tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 6 orang, bendungan payudara 1 orang dan 6 orang lainnya tidak mengalami masalah.
Dengan cara menyusui yang benar masalah-masalah seperti payudara bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung puting (karena pemakaian dot atau kempeng) tidak ditemukan lagi/diminimalkan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2007”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Ibu Menyusui
3. Obyek Penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui
4. Lokasi Penelitian : Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur
5. Waktu Penelitian : Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Dari hasil prasurvey bulan Desember 2006-Januari 2007 terdapat ibu yang mengalami puting susu lecet sebanyak 16 orang, bendungan payudara 3 orang, payudara bengkak 19 orang, di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Bagi Ibu Menyusui
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
2. Bagi Tempat Peneliti
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk lebih meningkatkan cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat karya tulis ilmiah.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Wednesday, June 23, 2010

Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 - 24 Bulan di BP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 - 24 BULAN DI BP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nur Aisyah Sekampung pada bulan Maret 2008, jumlah bayi yang berusia 6 – 24 bulan sebanyak 108 bayi dan sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Subyek penelitian : Seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi 6 – 24 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
5. Waktu penelitian : Maret – Mei 2008.

D. Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dalam rangka pengetahuan ibu menyusui.
2. Seluruh Ibu menyusui di desa Trimulyo Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 - 24 BULAN DI BP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Tuesday, June 22, 2010

Pengetahuan Remaja Awal (11-13 Tahun) Tentang Pengertian dan Perubahan Fisik Pubertas di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT
PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya, dengan berbagai alat didalamnya seperti lemak, otot, pembuluh darah, serabut syaraf, kelenjar keringat dan lain-lain. Alat-alat tersebut mengatur fungsi kulit yang beraneka ragam yaitu mulai dari proteksi secara fisis dan imunologis, mengatur suhu tubuh dan keseimbangan elektrolit (panas, dingin, tekanan, nyeri, gatal dan perabaan), ekskresi, pembuatan vitamin D, dan daya membersihkan diri (FKUI, 2005).
Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < style="font-weight: bold;">B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah tentang “Bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah Tahun 2008?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Ibu yang memiliki Bayi 0-1 tahun.
Objek Penelitian : Pengetahuan tentang biang keringat
Lokasi Penelitian : BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan April
Alasan : Dari hasil pre survey pada bulan Maret 2008, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah, di ambil 25% dari 76 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 8 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 7 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu yang Memiliki Balita
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang biang keringat sehingga dapat mengatasinya dengan benar.
2. Bagi Rumah Bersalin
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi BPS sebagai bahan masukan untuk penanganan biang keringat.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai dokumentasi akademik maupun bacaan bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang membutuhkan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FPENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Pada Masa Kehamilan

KTI KEBIDANAN
FPENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas pada tiap 1000 kelahiran hidup dalam wilayah dan waktu tertentu. Saat ini Angka Kematian Ibu di seluruh dunia masih cukup tinggi estimasi WHO tahun 2000 tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000 kelahiran hidup) adalah sebagai berikut, di seluruh dunia sebesar 400, di negara industri angka kematian ibu cukup rendah yaitu sebesar 20, di Eropa sebesar 24. Untuk negara berkembang angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu sebesar 440 per 100.000, di Afrika sebesar 830 per 100.000, di Asia sebesar 330 per 100.000 dan Asia Tenggara sebesar 210 per 100.000 (WHO, 2004). Untuk negara-negara ASEAN, AKI (per 100.000 kelahiran hidup) sangat bervariasi seperti Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Kamboja, Laos, Philipina dan lain-lain (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia angka kematian ibu masih cukup tinggi walaupun terjadi penurunan dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994 dan terjadi penurunan sekitar 25 persen dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 1997). Namun angka tersebut masih tinggi atau 3-6 kali lebih besar dibandingkan negara-negara ASEAN, angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab dan target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (www.google.com, 2006).
Di Provinsi Lampung, cenderung terjadi peningkatan AKI sebesar 143 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 153 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinkes Provinsi Lampung, 2003) dan pada tahun 2003 angka kematian ibu sebesar 98 orang dari 186.248 jiwa (Dinkes Provinsi Lampung, 2004)
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu, hal tersebut terbukti dari angka kematian ibu masih tinggi di negara kita yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan kesehatan Indonesia, 2002/2003) dengan keadaan tersebut memacu kita untuk memberikan penatalaksanaan yang benar pada saat kehamilan. Asuhan pada kehamilan normal ini diperlukan karena masa ini adalah masa kritis pada ibu hamil disebabkan adanya komplikasi pada kehamilan (Syaifudin, 2001 : hal 87).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil (normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001).
Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang perubahan-perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan yang berada di dalam ataupun yang ada di luar. Maka dari itu peran dari bidan sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita yang sedang hamil dan juga memberikan pelayanan kesehatan Bio psikologis, sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, ras, agama, terutama pada ibu hamil yang belum mengetahui tentang perubahan fisiologi alat kandungan serta ibu hamil yang mengalami kelainan pada alat kandungannya. Perubahan wanita hamil antara lain: meliputi perubahan pada uterus, perubahan pada kulit, perubahan payudara, perubahan sirkulasi darah, perubahan sistem respirasi, perubahan tractus digestivus, dan perubahan traktus urinarius (Sarwono Prawirohardjo, 1999: hal 31).
Apabila ibu hamil primigravida sudah mengerti tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan maka rasa takut dan cemas selama hamil dapat dihindari dan apabila terdapat suatu kelainan pada kehamilan, ibu akan mengerti dan segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, sebaliknya jika ibu hamil tidak mengerti perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan seorang ibu akan merasa cemas dan takut akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama hamil. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar ibu hamil memahami perubahan fisiologis yang terjadi pad masa kehamilan adalah dengan pemeriksaan antenatal care.
Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua safe motherhood cukup baik yaitu 87% pada tahun 1997, namun mutunya perlu ditingkatkan terus (Saifudin, 2001). Diharapkan dengan program kesehatan tersebut dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin sehingga kehamilan berlangsung secara fisiologis tanpa adanya penyulit atau komplikasi. Jika semua kehamilan berlangsung secara fisiologis maka kematian karena komplikasi selama kehamilan dapat berkurang dengan kehamilan secara fisiologis, diharapkan ibu mengerti tentang perubahan fisiologis kehamilan.
Berdasarkan hasil pra survey yang penulis lakukan, terdapat 15 orang ibu hamil primigravida yang mengeluh mual, muntah, pusing, sering kencing dan kebanyakan terjadi pada Trimester satu. Dimana hal tersebut merupakan perubahan fisiologis pada masa kehamilan. Kejadian tersebut menunjukan bahwa ibu hamil khususnya ibu hamil primigravida belum faham mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologis pada masa kehamilan?”.

C. Ruang Lingkup Pengetahuan
Adapun yang menjadi ruang, dari penelitian pengetahuan ibu Primigravida terhadap perubahan fisiologi pada masa kehamilan ini adalah :
1. Jenis Penelitian : deskriptif
2. Obyek Penelitian : pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan.
3. Subyek Penelitian : ibu hamil primigravida yang memeriksakan diri di BPS. CH. Sudilah pada tahun 2007.
4. Lokasi Penelitian : BPS. CH. Sudilah, di Jln. Jendral Sudirman Ganjar Agung I4/1 Metro Barat
5. Waktu Penelitian : April-Mei 2007
6. Alasan Penelitian : ibu hamil primigravida yang kurang memahami tentang perubahan fisiologis selama kehamilannya.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologi pada masa kehamilan di BPS CH. Sudilah.

E. Manfaat penelitian
1. Bagi ibu hamil
Menambah pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologi pada kehamilan sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu dan mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
2. Bagi tempat peneliti
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di BPS. CH Sudilah yaitu memberikan masukan agar dapat meningkatkan pelayanan kehamilan seoptimal mungkin di wilayah kerjanya dalam rangka peningkatan profesionalisme kerja dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama ibu hamil atau wanita yang sedang hamil terhadap perubahan fisiologis pada kehamilan sehingga nantinya mereka mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana daya pemahaman atau daya kemampuan untuk mengerti dari mata kuliah yang telah disampaikan oleh dosen. Serta nantinya dapat menjadi tambahan bahan kepustakaan di perpustakaan AKBID Wira Buana Metro.
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk menambah pemahaman penulis mengenai perubahan fisiologis pada kehamilan dan penerapan secara langsung teori pembuatan karya tulis ilmiah sesuai dengan teori yang diajarkan sewaktu kuliah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FPENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Monday, June 21, 2010

Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas Tentang Dysmenore di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS
TENTANG DYSMENORE DI SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menstruasi merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita.
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia yang tepat yaitu usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 1999).
Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dan gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu (Manuaba, 1998).
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2000).
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta seperti Pemda, Dinas Kesehatan, BKKBN, Polri dan LSM yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).
Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk di dalamnya remaja pasti pernah merasakan nyeri haid (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa dibawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua haid. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak.
Secara alamiah, penyebab nyeri haid bermacam-macam, dari meningkatnya hormon prostaglandin sampai dengan perubahan hormonal ketika mulai haid, dan bahkan kecemasan yang berlebihan. Bila dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu nyeri haid primer dan sekunder (http:// www.infosehat.com).
Batasan penelitian dalam penelitian pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah meliputi pengertian dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, gejala dysmenorea, dan penanganan dysmenorea.
Dari hasil prasurvei terdapat 4 orang remaja putri siswi kelas III di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah dan diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswi tersebut belum mengerti dengan jelas pengertian dari dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, tanda dan gejala yang menyertainya dan penanganan dysmenorea. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri kelas III tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Remaja putri siswi kelas III di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Objek Penelitian : Pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea
Lokasi Penelitian : SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Waktu : Setelah proposal disetujui

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri siswi kelas III tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang pengertian dysmenorea.
b. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang klasifikasi dysmenorea.
c. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang tanda dan gejala yang menyertai dysmenorea
d. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang penatalaksanaan/penangan dysmenorea

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan kebidanan.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mendapat tambahan pengetahuan tentang dysmenorea.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Pengetahuan Remaja Putri Kelas III Tentang Seks Sekunder di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III
TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO dan beberapa badan dunia lainnya tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, ketrampilan, pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja. (Soetjiningsih, 2004).
Departemen kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi essensial yaitu kesehatan Ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan pemberantasan IMS/ HIV-AIDS dan dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan tenaga yang terlatih.
Tujuan kesehatan reproduksi remaja adalah menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak aman, menurunkan penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi kontrasepsi dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi. (Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan¬-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. (Soetjiningsih, 2004).
Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.(Cristian , 2004).
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. (Soetjiningsih, 2004).
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan. (Nancy P, 2002).
Sedangkan jumlah penduduk di propinsi Lampung tahun 2005 adalah 6.983.699 jiwa dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah 714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19 tahun adalah 761.516 jiwa (BPS Lampung, 2006), saat ini jumlah penduduk di Kota Metro sekitar 125.086 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 10-14 tahun adalah 12.334 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 15-19 tahun adalah 14.513 jiwa (BPS Metro 2005).
Batasan penelitian ini adalah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pubertas di SMP Kartikatama Metro meliputi pengertian pubertas dan perubahan fisik ada saat pubertas.
Dari hasil prasurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP Kartikatama Metro, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja awal usia (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro tahun 2007".

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Remaja awal 11 - 13 tahun di SMP Kartikatama Metro.
3. Objek Penelitian : Tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas.
4. Lokasi Penelitian : Di SMP Kartikatama Metro.
5. Waktu Penelitian : April-Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Dari awal hasil presurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP Kartikatama Metro, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja awal (11 -13 tahun) tentang pubertas.
2. Bagi Instansi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3. Bagi penelitian
Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) di SMP Kartikatama Metro tentang pubertas.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Banjarwangunan

KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA BANJARWANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Secara Nasional kematian bayi mencapai 32 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Barat sendiri kematian bayi diatas rata-rata nasional yaitu 43 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut di antaranya di sebabkan oleh bayi prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan, rendahnya gizi saat dalam kandungan dan lain-lain. (http//www.suarapembaharuan.com/).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun .Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pedriatics menunjukan 16 % kematian dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di Indonesia hanya 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4 % bayi di susui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahiranya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah lahir .(Baskoro, 2008 ).
Beberapa penelitian menyebutkan angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula di tambah makanan pengganti ASI terutama diegara-negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net)
ASI adalah Mukjijat yang Allah berikan kepada Umatnya yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami juga dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini sesempurna ASI. (Purwanti, 2003).
ASI adalah makanan ajaib yang sangat dibutuhkan bayi. Kandungan gizi dan zat kebal didalamnya tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun bahan makanan lain (Baskoro, 2008)
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA 2001), dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai di beri makanan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI di lanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Sedangkan peran wewenang bidan mengacu pada Keputusan Menkes RI No. 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan dan menyusui bidan harus senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang ke ampuhan dan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Baskoro, 2008 ).
Suatu kebanggaan bagi seorang ibu jika bisa memberikan ASI bagi si buah hati namun sayang tak semua ibu bisa merasakanya berbagai kendala menyusui sering terjadi mulai dari ibu yang sibuk bekerja sampai gangguan produksi ASI yang menyebabkan si ibu urung menyusui bayinya. (Baskoro, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai "Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ........... tahun 2009 ".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ........... .

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ........... tahun 2009 .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ...........
b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ............
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ............
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ...........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang bermanfaat serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ASI .
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program ASI .
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis batasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu dari faktor pendidikan, umur, paritas, dan pendapatan keluarga. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ibu menyusui bayi berumur 0 -12 bulan di Desa Banjarwangunan Kecamatan ......... Kabupaten ............ Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 sampai dengan 20 Juni 2009. Desain penelitiannya adalah analitik.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA BANJARWANGUNAN
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa

ABSTRAK
POLITEKNIK KESEHATAN ..............
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN ..........
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DIDESA ........................ KECAMATAN ......... KABUPATEN .......... TAHUN 2009
x + 44 halaman + 10 tabel + 1 gambar + 7 lampiran

Asi adalah Air Susu Ibu yang diberikan oleh seorang ibu kepada bayinya selama kurang lebih 2 tahun . Banyak zat gizi yang terkandung dalam ASI dan tidak dapat tergantikan oleh minuman maupun makanan lain. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tantang ASI diantaranya, Pendidikan, Umur, Paritas dan pendapatan Keluarga .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI berdasarkan pendidikan, umur, paritas dan pendapatan keluarga di Desa ........................ Kecamatan ......... kabupaten ........... Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional.Data yang digunakan adalah data primer,.pengukuran data menggunakan kuesioneyang diberikan dan diisi oleh ibu menyusui. Pengolahan data dengan bantuan computer menggunakan SPSS versi 13.
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden berpendikan rendah (60,7%), umur responden tidak beresiko (88,0%), ibu dengan gravida 2 – 3 (48,7%) dan pendapatan keluarga ≥ 764.000 (8,0%). Pengetahuan tentang ASI sebagian besar pada kriteria baik. Hasil uji statistic bahwa yang terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu faktor pendidikan dan faktor pendapatan keluarga sedangkan dari faktor umur dan paritas tidak ada hubungan yang bermakna .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa para ibu hendaknya harus selalu mencari informasi tentang ASI. Para ibu juga sebaiknya tidak sekedar memberikan ASI, namun harus tahu dan memahami betapa besar dan berharganya ASI bagi buah hatinya.

Kata Kunci : Ibu Menyusui, Pengetahuan Tentang ASI
Daftar Bacaan : 15 buah (2001 – 2009)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Secara Nasional kematian bayi mencapai 32 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Barat sendiri kematian bayi diatas rata-rata nasional yaitu 43 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut di antaranya di sebabkan oleh bayi prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan, rendahnya gizi saat dalam kandungan dan lain-lain. (http//www.suarapembaharuan.com/).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pedriatics menunjukan 16 % kematian dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di Indonesia hanya 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% bayi di susui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahiranya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah lahir (Baskoro, 2008).
Beberapa penelitian menyebutkan angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula di tambah makanan pengganti ASI terutama diegara-negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net)
ASI adalah Mukjijat yang Allah berikan kepada Umatnya yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini dapat kita pahami juga dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini sesempurna ASI. (Purwanti, 2003).
ASI adalah makanan ajaib yang sangat dibutuhkan bayi. Kandungan gizi dan zat kebal didalamnya tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun bahan makanan lain (Baskoro, 2008)
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA 2001), dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai di beri makanan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI di lanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Sedangkan peran wewenang bidan mengacu pada Keputusan Menkes RI No. 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan dan menyusui bidan harus senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang ke ampuhan dan manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahaminya dan siap menyusui anaknya dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Baskoro, 2008 ).
Suatu kebanggaan bagi seorang ibu jika bisa memberikan ASI bagi si buah hati namun sayang tak semua ibu bisa merasakanya berbagai kendala menyusui sering terjadi mulai dari ibu yang sibuk bekerja sampai gangguan produksi ASI yang menyebabkan si ibu urung menyusui bayinya. (Baskoro, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai "Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 2009".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten .........

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........
b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten .........
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten .........
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang bermanfaat serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ASI.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program ASI.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis batasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yaitu dari faktor pendidikan, umur, paritas, dan pendapatan keluarga. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ibu menyusui bayi berumur 0 -12 bulan di Desa .................. Kecamatan ........ Kabupaten ......... Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 sampai dengan 20 Juni 2009. Desain penelitiannya adalah analitik.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DI DESA
(isi: Daftar Isi; Abstrak Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Sunday, June 20, 2010

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ASI Ekslusif di Desa

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSLUSIF DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. (1)
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu guna mencapai hasil yang optimal selaras dengan Visi Pembangunan Kesehatan yaitu “Indonesia Sehat 2010”. Pada tahun 2010 Bangsa Indonesia diharapkan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai Penduduknya hidup dalam Lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai secara adil dan bermutu, merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal. (1)
Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi dan anak serta kelahiran yang tinggi masih merupakan hambatan utama dalam pencapian derajat kesehatan yang optimal. (2)
Salah satu program Pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu melalui Program Pengembangan Imunisasi ( PPI ). (3)
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi.(4) Pada dasarnya semua imunisasi itu sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh anak tetapi pada kenyataanya masih banyak yang beranggapan bahwa imuniasasi hanya cukup Polio saja dan menganggap imunisasi itu tidak terlalu penting karena anaknya sudah besar dan sehat. (2)
Di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... hasil pencapaian imunisasi DPT Combo sampai dengan bulan Agustus 2009 adalah 48,10% dari target yang harus dicapai yaitu 65,33% . Jadi ada kesenjangannya – 17,23%. Semua itu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah keterlibatan kinerja petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua terutama ibu merupakan masalah utama dalam memberikan imunisasi pada bayinya minimal sampai 9 bulan dan merupakan masalah utama dalam pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. (2)
Banyak kendala-kendala bayi yang tidak boleh di imunisasi karena isu :
1. Karena salah satu efek samping imuniasasi ada reaksi panas pada badan mereka menganggap bahwa anak sehat menjadi sakit.
2. Peran orang tua beralasan tidak mau membawa anaknya untuk memperoleh imunisasi ialah karena anak mereka demam, diare dan pilek pada saat ketika anak tersebut di imunisasi. (5)
Tinggi rendahnya peran serta masyarakat terhadap suatu program kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah faktor pengetahuan masyarakat pada program kesehatan itu sendiri. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan peran serta masyarakat dalam program kesehatan.(6) Oleh karena itu faktor tersebut memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan Imunisasi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu kiranya dilakukan telaah penelitian untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia (0 – 12 bulan) tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... Tahun 2009. Diharapkan melalui penelitian ini ibu yang mempunyai bayi wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang Imunisasi khususnya imunisasi DPT Combo dapat meningkat sehingga tidak ada alasan lagi bagi ibu bayi untuk tidak mengimunisasikan anaknya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan bagaimanakah: ”Gambaran pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009 ”

1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adalah mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengertian ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
2. Mengetahui gambaran manfaat imunisasi DPT Combo pada ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
3. Mengetahui gambaran jadwal pemberian imunisasi DPT Combo pada ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan sebuah penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi kami sebagai petugas kesehatan khususnya bidan desa dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan khususnya pada ibu yang mempunyai bayi usia (0 – 12 bulan) tentang pengetahuan imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.

1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo di wilayah kerja UPT Puskesmas ........ Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10-30 September 2009. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia (0 – 12 bulan). Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya cakupan iminisasi DPT Combo di wilayah kerja UPT Puskesmas ........ Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSLUSIF DI DESA
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka;
Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan;
Kesimpulan dan Saran;
Daftar Pustaka, Kuesioner
Proposal dan Presentasi)

Gambaran Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi Dpt Combo di UPT Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG
IMUNISASI DPT COMBO DI UPT PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. (1)
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu guna mencapai hasil yang optimal selaras dengan Visi Pembangunan Kesehatan yaitu “Indonesia Sehat 2010”. Pada tahun 2010 Bangsa Indonesia diharapkan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai Penduduknya hidup dalam Lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai secara adil dan bermutu, merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal. (1)
Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi dan anak serta kelahiran yang tinggi masih merupakan hambatan utama dalam pencapian derajat kesehatan yang optimal. (2)
Salah satu program Pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu melalui Program Pengembangan Imunisasi ( PPI ). (3)
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi.(4) Pada dasarnya semua imunisasi itu sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh anak tetapi pada kenyataanya masih banyak yang beranggapan bahwa imuniasasi hanya cukup Polio saja dan menganggap imunisasi itu tidak terlalu penting karena anaknya sudah besar dan sehat. (2)
Di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... hasil pencapaian imunisasi DPT Combo sampai dengan bulan Agustus 2009 adalah 48,10% dari target yang harus dicapai yaitu 65,33% . Jadi ada kesenjangannya – 17,23%. Semua itu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah keterlibatan kinerja petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua terutama ibu merupakan masalah utama dalam memberikan imunisasi pada bayinya minimal sampai 9 bulan dan merupakan masalah utama dalam pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. (2)
Banyak kendala-kendala bayi yang tidak boleh di imunisasi karena isu :
1. Karena salah satu efek samping imuniasasi ada reaksi panas pada badan mereka menganggap bahwa anak sehat menjadi sakit.
2. Peran orang tua beralasan tidak mau membawa anaknya untuk memperoleh imunisasi ialah karena anak mereka demam, diare dan pilek pada saat ketika anak tersebut di imunisasi. (5)
Tinggi rendahnya peran serta masyarakat terhadap suatu program kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah faktor pengetahuan masyarakat pada program kesehatan itu sendiri. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan peran serta masyarakat dalam program kesehatan.(6) Oleh karena itu faktor tersebut memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan Imunisasi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu kiranya dilakukan telaah penelitian untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia (0 – 12 bulan) tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... Tahun 2009. Diharapkan melalui penelitian ini ibu yang mempunyai bayi wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang Imunisasi khususnya imunisasi DPT Combo dapat meningkat sehingga tidak ada alasan lagi bagi ibu bayi untuk tidak mengimunisasikan anaknya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan bagaimanakah: ”Gambaran pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009 ”

1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adalah mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengertian ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
2. Mengetahui gambaran manfaat imunisasi DPT Combo pada ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
3. Mengetahui gambaran jadwal pemberian imunisasi DPT Combo pada ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan sebuah penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi kami sebagai petugas kesehatan khususnya bidan desa dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan khususnya pada ibu yang mempunyai bayi usia (0 – 12 bulan) tentang pengetahuan imunisasi DPT Combo di UPT Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ....... tahun 2009.

1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo di wilayah kerja UPT Puskesmas ........ Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10-30 September 2009. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia (0 – 12 bulan). Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya cakupan iminisasi DPT Combo di wilayah kerja UPT Puskesmas ........ Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG IMUNISASI DPT COMBO DI UPT PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka; Kuesioner; Proposal dan Presentasi)

Saturday, June 19, 2010

Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan : Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Di Indonesia terutama, di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI, yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang di anggap modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang dari kota besar (Soetjiningsih, 2002 : 16).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang baik harus menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh sumber daya manusia yang baik (Depkes RI, 1999).
Beberapa penelitian menyebutkan, angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula atau makanan pengganti ASI lainnya terutama di negara - negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net).
Di Afrika, 30% bayi meninggal sebelum umur satu tahun karena pemberian susu dengan air tidak bersih dan pengenceran yang salah, menurut salah seorang dokter dan Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA(K) IBCLC (Anton Baskoro, 2008).
Angka kematian bayi dan angka kejadian kurang gizi masih tinggi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, antara lain dengan cara melaksanakan “Breast Feeding”. Dengan harapan para petugas kesehatan atau mereka yang terkait memperoleh pengetahuan yang memadai, sehingga tidak ragu-ragu lagi dalam menggalakkan penggunaan ASI di masyarakat. Lebih-lebih dengan gencarnya promosi susu formula, maka pengetahuan tentang ASI dan laktasi harus benar-benar dipahami. Dengan demikian kita tidak akan mudah untuk menggantikan ASI dengan susu kaleng tanpa memperhatikan indikasi yang jelas.
Kehamilan merupakan anugrah dari Tuhan yang Maha Esa sedangkan kelahiran bayi merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Bayi yang sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi (penelitian, 2007).
Mempersiapkan ibu selama hamil untuk pemberian ASI Eksklusif. Baik nutrisi ataupun pengetahuan sangat memegang peranan penting untuk pemberian ASI Eksklusif. Pengalaman dalam penggunaan ASI selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama penggunaan ASI ternyata adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan menyusui pada Ibu (Utami Roesli, 2002).
Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (Depkes RI, 2002 : 2).
Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (ASI Eksklusif seri I).
Data di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten .......... pada bulan Maret sampai Mei 2009, sebesar ... % Ibu belum memberikan bayi ASI Eksklusif ( data kesga Kab. .........., 2009 ).
Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk memberikan KIE terhadap masyarakat, sehingga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan pendidikan salah satunya tentang cara pemberian ASI eksklusif (Manuaba, 2001 : 32).
ASI selain memberikan keuntungan bagi ibu dan anak, juga memberikan keuntungan bagi ekonomi keluarga dan lingkungan. Dengan pemberian ASI Eksklusif, kita dapat menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik dari ASI (Anton Baskoro, 2008 : 25).
Bidan diharapkan mampu menunjukan pengetahuan, sikap dan perilaku profesional dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya mengenai masalah ASI eksklusif ini dan mau menerapkan pada anak kesayangannya. Namun sebagus apapun upaya tenaga kesehatan dalam hal ini bidan tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan tingkat pengetahuan ibu sendiri mengenai ASI eksklusif.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ..........”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ..........?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ...........
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran karakteristik ibu hamil di Puskesmas ........
b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas ........
c. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur di Puskesmas ........
d. Diketahui pengetahuan ibu hamil berdasarkan pendidikan di Puskesmas ........
e. Diketahui pengetahuan berdasarkan gravida di Puskesmas ........

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten .......... diharapkan memiliki manfaat, yaitu :
1. Secara Teoritis
- Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu hamil berdasarkan karakteristik.
- Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA, khususnya dalam memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang gambaran pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berdasarkan Karakteristik, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pendidikan, dan gravida. Obyek penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ...........
Desain penelitian secara diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan data primer, dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di Puskesmas ........, mulai dari bulan Mei 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan : Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Di Indonesia terutama, di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI, yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang di anggap modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang dari kota besar (Soetjiningsih, 2002 : 16).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang baik harus menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh sumber daya manusia yang baik (Depkes RI, 1999).
Beberapa penelitian menyebutkan, angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula atau makanan pengganti ASI lainnya terutama di negara - negara miskin dan berkembang (www.askep-askeb-kita.blogspot.com).
Di Afrika, 30% bayi meninggal sebelum umur satu tahun karena pemberian susu dengan air tidak bersih dan pengenceran yang salah, menurut salah seorang dokter dan Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA(K) IBCLC (Anton Baskoro, 2008).
Angka kematian bayi dan angka kejadian kurang gizi masih tinggi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, antara lain dengan cara melaksanakan “Breast Feeding”. Dengan harapan para petugas kesehatan atau mereka yang terkait memperoleh pengetahuan yang memadai, sehingga tidak ragu-ragu lagi dalam menggalakkan penggunaan ASI di masyarakat. Lebih-lebih dengan gencarnya promosi susu formula, maka pengetahuan tentang ASI dan laktasi harus benar-benar dipahami. Dengan demikian kita tidak akan mudah untuk menggantikan ASI dengan susu kaleng tanpa memperhatikan indikasi yang jelas.
Kehamilan merupakan anugrah dari Tuhan yang Maha Esa sedangkan kelahiran bayi merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Bayi yang sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi (penelitian, 2007).
Mempersiapkan ibu selama hamil untuk pemberian ASI Eksklusif. Baik nutrisi ataupun pengetahuan sangat memegang peranan penting untuk pemberian ASI Eksklusif. Pengalaman dalam penggunaan ASI selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama penggunaan ASI ternyata adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan menyusui pada Ibu (Utami Roesli, 2002).
Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (Depkes RI, 2002 : 2).
Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (ASI Eksklusif seri I).
Data di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ......... pada bulan September sampai Oktober 2009, sebesar ... % Ibu belum memberikan bayi ASI Eksklusif ( data kesga Kab. ........., 2009 ).
Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk memberikan KIE terhadap masyarakat, sehingga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan pendidikan salah satunya tentang cara pemberian ASI eksklusif (Manuaba, 2001 : 32).
ASI selain memberikan keuntungan bagi ibu dan anak, juga memberikan keuntungan bagi ekonomi keluarga dan lingkungan. Dengan pemberian ASI Eksklusif, kita dapat menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik dari ASI (Anton Baskoro, 2008 : 25).
Bidan diharapkan mampu menunjukan pengetahuan, sikap dan perilaku profesional dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya mengenai masalah ASI eksklusif ini dan mau menerapkan pada anak kesayangannya. Namun sebagus apapun upaya tenaga kesehatan dalam hal ini bidan tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan tingkat pengetahuan ibu sendiri mengenai ASI eksklusif.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten .........”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten .........?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ..........
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran karakteristik ibu hamil di Puskesmas .......
b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas .......
c. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur di Puskesmas .......
d. Diketahui pengetahuan ibu hamil berdasarkan pendidikan di Puskesmas .......
e. Diketahui pengetahuan berdasarkan gravida di Puskesmas .......

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ......... diharapkan memiliki manfaat, yaitu :
1. Secara Teoritis
- Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu hamil berdasarkan karakteristik.
- Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA, khususnya dalam memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang gambaran pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berdasarkan Karakteristik, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pendidikan, dan gravida. Obyek penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ..........
Desain penelitian secara diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan data primer, dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di Puskesmas ......., mulai dari bulan September 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Friday, June 18, 2010

http://fifa-pialadunia-afrikaselatan-2010.blogspot.com/

pra piala dunia 2010, gambar piala dunia 2010, hasil kualifikasi piala dunia 2010 zona eropa, lagu piala dunia 2010, soundtrack piala dunia 2010, kualifikasi piala dunia 2010, jadwal piala dunia 2010, drawing piala dunia 2010, fifa wolrd cup 2010, fifa wolrd cup 2010 theme song, fifa wolrd cup 2010 lyrics, fifa wolrd cup 2010 theme song lyric, fifa 2010, fifa world cup, fifa wolrd cup 2010 theme song lyrics, fifa world cup south africa 2010 official theme song lyric, fifa online, fifa world cup 2010 schedule, 2010 fifa world cup seeding, fifa world cup 2010 calendar, fifa world cup 2010 mascot, fifa 2010 world cup lottery, fifa world cup 2010 download, fifa world cup 2010 volunteers, fifa world cup 2010 wallpapers, hasil terkini, info terlengkap, gol-gol terindah, hasil pertandingan, jadwal pertandingan hasil kualifikasi pra piala dunia 2010, prediksi pra piala dunia 2010, gambar kualifikasi pra piala dunia 2010, kualifikasi pra piala dunia zona eropa, jadwal pertandingan piala dunia 2009, hasil pertandingan pra piala dunia, jadwal pra piala dunia 2010, klasemen pra piala dunia 2010

kunjungi disini:
http://fifa-pialadunia-afrikaselatan-2010.blogspot.com/

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan tentang Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester III di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan ibu dan anak amat menentukan untuk tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat. Dewasa ini, kita dihadapkan pada masih tingginya angka kematian ibu dan kematian anak dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN yang menuntut tenaga kesehatan terutama di bidang kebidanan, agar mampu berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan . ( Salmah et al , 2006 ).
Kehamilan dan melahirkan menimbulkan risiko kesehatan yang besar, termasuk bagi perempuan yang tidak mempunyai masalah kesehatan sebelumnya. Kira-kira 40 % ibu hamil mengalami masalah kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan 15 % dari semua ibu hamil menderita komplikasi jangka panjang yang mengancam jiwa bahkan sampai menimbulkan kematian. ( Wiknjosastro, 2002 ).
AKI sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang paling utama. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Di Negara miskin sekitar 25 % - 50 % kematian WUS ( Wanita Usia Subur ) disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya ( Saifudin et al, 2002 ; 2 )
Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan , preeklampsi / eklampsi dan infeksi ( Wiknjosastro, 2002 ). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar seperti rendahnya status wanita, ketidakberdayaannya dan taraf pendidikan rendah ( Saifudin et al 2002 ; 6 ). Nampaknya kondisi diatas dipengaruhi pula oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai komplikasi / penyulit pada masa kehamilan ( Wiknjosastro , 2002 )
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama kehidupannya. Lebih dari 50 % kematian di Negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah ( Saifudin et al ,2002 ; 3 )
Jumlah kematian ibu di Kabupaten ......... selama tahun 2008 adalah 65 orang dari 43.434 lahir hidup. Kematian ibu akibat perdarahan 16 orang, eklampsi 13 orang, infeksi 3 orang, lain- lain 33 orang ( Dinkes, 2008 ).
Pemerintah Indonesia sangat serius dalam menekan AKI dan AKB yang mempunyai target tahun 2010 menurunkan AKI menjadi 150/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/ 1000 kelahiran hidup dengan menggunakan progam MPS ( Making Pregnancy Safe ) melalui tiga pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap Wanita Usia Subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran ( Dirjen Binmas Depkes 2001)
Pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan sangat membantu menurunkan AKI, karena dengan mengetahui tanda bahaya pada kehamilan seorang ibu hamil akan lebih cepat mencari tempat pelayanan kesehatan sehingga risiko pada kehamilan akan dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini. Di Puskesmas ............ sendiri pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan masih kurang, sehingga risiko pada kehamilan tidak dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini.
Berdasarkan studi pendahuluan, walaupun ibu hamil sudah mendapatkan buku KIA yang salah satu halamannya berisi pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan, namun pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan masih kurang karena faktor pendidikan juga dianggap berpengaruh pada kemampuan ibu hamil untuk membaca dan memahami isi dari buku KIA. Dari 5 bidan yang ada di puskesmas ............, tidak semua bidan memberikan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan dengan alasan jumlah ibu hamil yang periksa banyak dan memerlukan waktu yang lama sehingga tidak semua ibu hamil mendapatkan penjelasan dan mengetahui tentang tanda bahaya pada kehamilan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas , maka penulis menemukan masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
c. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan pengetahuan tentang tanda
bahaya pada kehamilan trimeseter III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis :
Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk membantu program KIA dalam menurunkan AKI dengan mengenalkan tanda bahaya pada kehamilan sehingga risiko pada kehamilan dapat terdeteksi dan tertangani sedini mungkin.
2. Manfaat Teoritis :
a. Sebagai upaya memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang tanda bahaya pada
kehamilan trimester III.
c. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya , dokumentasi dan sebagai
tambahan pustaka.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III karena tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III masih kurang dan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... pada tanggal 30 Maret – 23 Mei 2009. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN SEKSIO SESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertolongan operasi persalinan merupakan tindakan dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu maupun bayi. Bahaya persalinan operasi masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ( I.G.B. Manuaba, 1998 ).
Persalinan seksio sesarea dilakukan pada faktor kehamilan dengan risiko tinggi sehingga persalinan tersebut mengakibatkan gangguan pada janin atau bayi baru lahir, dan juga perlu di ingat tindakan seksio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun anak, oleh sebab itu seksio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa.
Melakukan bedah caesar untuk persalinan merupakan fenomena yang saat ini meluas di kota-kota besar di Indonesia. Beragam alasan melatarbelakangi semakin banyaknya ibu yang memilih persalinan dengan bedah caesar. Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM menjelaskan bahwa persalinan caesar di rumah sakit pemerintah saat ini sekitar 11 – 15 % sementara di rumah sakit swasta dapat mencapai 30 – 40 %. Mengingat hal tersebut maka dalam melakukan tindakan operasi diperhatikan pedoman “primum non norece “ yaitu artinya operasi tersebut tidak menambah beratnya penderitaan dan cacat baik bagi ibu maupun bayinya ( I.G.B, Manuaba, 1996 ).
Karena persalinan dengan bedah caesar sangat tinggi risikonya terhadap bayi baru lahir yaitu kematian bayi, risiko gangguan pernafasan bayi, risiko trauma bayi dan risiko gangguan otak. Risiko yang dialami bayi baru lahir terkait persalinan dengan caesar adalah 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan persalinan normal ( Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
Menurut Anne Hansen dari Aarhus University Hospital, Denmark, mengatakan bahwa bayi yang lahir dengan seksio sesarea memiliki risiko lebih tinggi pada sistem pernafasan kemungkinan berkaitan dengan perubahan fisiologi akibat proses kelahiran. Proses kelahiran dengan seksio sesarea memicu pengeluaran hormon stres pada ibu yang diperkirakan menjadi kunci pematangan paru-paru bayi yang terisi air sehingga bayi lahir mengalami asfiksia. Asfiksia sendiri adalah kegagalan bayi untuk bernafas dan mempertahankannya. Selain dapat menimbulkan kematian, jika terlambat ditangani asfiksia bisa mengakibatkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, dan cacat oatak.
Menurut dr. Wayan Retayasa, SpA (K) dari RS Wangaya Bali,Angka Kematian Bayi akibat asfiksia di tingkat nasional berkisar 3 % dari 100 juta bayi yang lahir di negara berkembang sehingga perlu penanganan yang benar agar tidak menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya di kemudian hari. Sementara sekitar 900.000 bayi di Indonesia lahir dengan asfiksia dan merupakan penyebab nomor dua kematian bayi. Sedangkan berdasarkan presentasi dari tim DTPS-KIBBLA kota .......... tertera gambaran singkat mengenai AKB, dimana AKB terdapat 32 kasus yaitu 16 kasus dikarenakan asfiksia, 1 kasus karena tetanus neonatorum, 2 kasus infeksi dan 13 kasus sisanya karena berbagai macam faktor. Menurut Helen Varney 2007, kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah dari faktor persalinan dengan tindakan yaitu persalinan dengan seksio sesarea. Hansen dan koleganya mempublikasikan British Medical Journal Online 11 desember 2007, yang meneliti lebih dari 34.000 kelahiran di Denmark. Mereka menemukan hampir 4 kali peningkatan risiko kesulitan bernafas pada bayi-bayi yang dilahirkan secara seksio sesarea. Sedangkan menurut Helen Varney 2007, neonatus yang dilahirkan dengan seksio sesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami gangguan pernafasan yang lebih persistan. Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan untuk keluar dari saluran pernafasan. Sander 1978 menemukan bahwa tekanan yang agak besar seiring dengan ditimbulkan oleh kompresi dada pada kelahiran pervaginam dan di perkirakan bahwa cairan paru-paru yang didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional. Jadi, pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama 6 jam pertama setelah lahir ( Milner dkk, 1978 ). Kompresi toraks yang menyertai kelahiran pervagainam dan ekspansi yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor penyokong pada inisiasi respirasi ( Obstetri Williams edisi 21, 2005 ).
Dari studi pendahuluan Di Rumah Sakit ................. pada tahun 2005 terdapat 741 bayi yang dilahirkan dengan persalinan seksio sesarea. Dari persalinan seksio sesarea terdapat 39 bayi yang mengalami asfiksia. Sedangkan periode bulan Agustus sampai September 2009 terdapat 184 kelahiran, dimana kelahiran seksio sesarea sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan sisanya kelahiran dengan tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara seksio sesarea terdapat 8 bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan pada 52 kelahiran normal terdapat 2 bayi yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
Bila dilihat dari angka kejadian diatas, asfiksia pada bayi baru lahir masih cukup tinggi, dimana kejadian asfiksia tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor persalinan dengan tindakan yaitu dengan seksio sesarea. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “ Adakah hubungan antara kelahiran seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir ?”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kelahiran seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit ..................
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kejadian persalinan seksio sesarea di RS. .................
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS. .................
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS. .................

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dan berkepentingan.
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam penanganan bayi risiko tinggi, terutama penanganan asfiksia yang disebabkan karena persalinan dengan seksio sesarea yang merupakan penerapan ilmu dari materi kuliah yang sudah didapatkan serta merupakan pengalaman pertama dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
1.4.2 Bagi Profesi
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam penanganan bayi risiko tinggi, terutama penanganan asfiksia yang disebabkan karena persalinan seksio sesarea.
1.4.3 Bagi IPTEK
Menambah kajian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya Neonatologi serta memacu untuk penemuan tehnik penanganan dan perawatan pada bayi yang lahir yang lebih efektif dan efisien.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat bisa memahami tentang bahaya dari asfiksia pada bayi baru lahir serta memahami proses masa transisi bayi setelah proses persalinan khususnya persalinan dengan seksio sesarea.

1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 : Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan
Bab 2 : Menguraikan tentang tinjauan pustaka, konsep dasar seksio sesarea dan konsep dasar asfiksia pada bayi baru lahir
Bab 3 : Menguraikan tentang kerangka konseptual dan hipotesis
Bab 4 : Menguraikan tentang jenis dan rancang bangun penelitian, kerangka kerja, lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian.
Bab 5 : Menguraikan tentang hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan pembahasan
Bab 6 : Menguraikan tentang simpulan dan saran
Daftar Puataka

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN SEKSIO SESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Blog Archive