Siapa Bilang Buatan Luar Negeri Pasti Lebih Bagus Dari Indonesia?
Metrotvnews.com, Majalengka: Piala Dunia menjadi berkah tersendiri bagi produsen bola dalam negeri seperti PT Sinjaraga Santika Sport di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Aktivitas produksi bola bermerek Triple S perusahaan tersebut di Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tak pernah berhenti menjelang even internasional Piala Dunia Afrika Selatan Juni 2010.
Permintaan bola sepak meningkat tajam mencapai 100 persen dari hari biasanya. Kapasitas permintaan yang sebelumnya hanya berkisar 80 hingga 100 ribu buah, meningkat menjadi 200 ribu buah bola per bulannya. Setidaknya 200 karyawan serta 2.500 penjahit yang terdiri dari warga sekitar serta lembaga sosial yang ada, diberdayakan untuk pencapaian order.
Produksi bola sepak mulai dari bahan dasar, hingga menjadi bola yang siap pakai, menggunakan peralatan berstandar internasional. Bahan dasar utama juga didatangkan dari Jepang dan India, untuk menghasilkan bola bersertifikasi FIFA. Menurut Jefri, pengusaha bola Triple S, dengan standar FIFA produksi bola Majalengka menjadi produk kepercayaan sejumlah negara pemesan, terutama Afrika, Brasil, Jepang, serta Belanda.
Tidak hanya negara asing, momen Piala Dunia juga dimanfaatkan pengusaha lokal untuk memesan produk bola baik untuk sekedar merchandise ataupun untuk dijual ke masyarakat. Dengan peningkatan order ini, pengusaha bola Majalengka mampu meraup untung mencapai miliaran rupiah. Selain bola sepak, PT Sinjaraga juga memproduksi bola voli dan bola basket. Bola sepak dan bola voli merek Triple S dijual Rp 150 ribu per buah, sedangkan bola basket dijual Rp 200 ribu per buah
BOLA sepak buatan Kadipaten ini ternyata telah mendapat sertifikat dari federasi internasional sepak bola (FIFA, Federation Internationale de Football Association). Tidak heran bila bola tersebut bisa digunakan untuk penyelenggaraan pertandingan pada Piala Dunia seperti yang kini berlangsung di Afrika Selatan.
Meraih sertifikat standar FIFA tidaklah mudah. Sangat ketat dan selektif. Menurut Direktur Produksi dan Ekspor Import PT Sinja Raga Santikan Sport H. Jefry Romdony (26), sangat ketat untuk mendapatkan sertifikat internasional tersebut. Tidak sembarang bola sepak bisa mendapatkan sertifikat FIFA.
Selain kualitas bahan, pengujian dilakukan juga bagaimana daya pantul bola tersebut. Lalu diukur juga seberapa besar lingkar bola apabila terkena air, bagaimana daya pantulnya bila terkena air dan sederet kriteria kualitatif lainnya.
Setelah melalui pengujian yang tidak ringan itu, bola sepak buatan Kadipaten berhasil lulus. Kini telah memperoleh sertifikat FIFA dan tercatat sebagai perusahaan yang memasok kebutuhan bola sepak untuk perhelatan sepak bola internasional.
'Bola yang kita buat telah mendapat sertifikat FIFA. Bahkan bola Kadipaten sebejumnya pernah dipakai pada Piala Dunia pada tahun 1998 lalu,' ungkap Jefry sambil memperlihatkan daya pantul bola, bidang lingkar setelah terkena air, seperti layaknya tes bola yang dilakukan oleh FIFA.
Jika kita menelusuri halaman web salah satu organisasi sepak bola dunia yaitu FIFA (Fédération Internationale de Football Association), pada kolom lapangan dan peralatan, Anda pasti akan menemukan salah satu produsen dari Indonesia di antara 90-an produsen di dunia yang berhasil mendapatkan izin FIFA untuk kategori produk bola sepak.
Dengan menyandang merek 'Triple S', PT Sinjaraga Santika Sport yang beralamat di Jalan Liangjulang no.104 Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat mencoba menerapkan strategi-strategi untuk menembus persaingan pasar dunia, salah satunya adalah strategi memenuhi standar kualitas kelas dunia dan memegang lisensi dari FIFA.
Walaupun sulit dan memakan waktu serta biaya yang tidak sedikit, akhirnya kita berhasil mendapatkan izin tersebut, intinya agar salah satu produk dari Indonesia bisa mendapat pengakuan dunia serta bersaing dengan merek-merek kenamaan dunia lainnya,' ujar Irwan Suryanto, Direktur Utama Triple S.
Bahkan Pernah Dipakai Di PD Korea
Majalengka (ANTARA News) - Ekspor bola sepak produksi dari Majalengka, Jawa Barat, tujuan negara tuan rumah Piala Dunia 2010, Afrika Selatan, meningkat hingga empat kali lipat dari biasanya.
Direktur Produksi dan Ekspor-Impor PT Triple S Majalengka Jefry Romdonny, di Majalengka, Sabtu, menyebutkan ekspor bola ke Afrika Selatan sebelumnya hanya satu kontainer ukuran 20 feet dalam setiap pengiriman dengan kapasitas 8.316 buah bola.
Namun, menurut dia, sejak awal 2010 ekspornya meningkat hingga dua kontainer ukuran 40 feet per bulan.
'Kami hanya memenuhi permintaan pembeli. Kami tidak tahu bola itu digunakan untuk pertandingan di Piala Dunia nanti atau tidak. Yang pasti kiriman ke Afrika Selatan meningkat hingga empat kali lipat dari sebelumnya,' katanya.
Ia mengatakan awal kerja sama ekspor bola sepak ke Afrika Selatan paa 2006. Awalnya ada seorang pembeli asal Afrika Selatan mengunjungi pabriknya sambil membawa sampel bola yang diproleh dari Timur Tengah.
'Setelah kami lihat, ternyata bola tersebut sama persis dengan yang kami buat. Sejak itu, dia pesan ke kami, dan pengirimannya langsung ke Afrika Selatan,' katanya.
Peningkatan pesanan bola sepak juga terjadi untuk ekspor ke sejumlah negara lain di antranya Jepang, Malaysia, Singapura, dan sejumlah negara di Timur Tengah. Pihaknya bahkan sampai kewalahan memenuhi permintaan ekspor tersebut, karena keterbatasan tenaga kerja.
Menurut dia, tenaga kerja pembuat bola sepak di pabriknya saat ini sebanyak 200 orang, ditambah 2.500 perajin yang tersebar di empat kabupaten yaitu Majalengka, Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon, Kuningan, serta Kabupten Indramayu.
'Namun, kami hanya mampu memproduksi 100.000 buah bola per bulan, sehingga masih jauh dari permintaan sejumlah negara yang mencapai 250.000 bola per bulan,' katanya.
Meskipun bola sepak produksi PT Triple S di Jalan Liangjulang, Kadipaten, Kabupaten Majalengka ini merupakan buatan tangan, namun Jefry memastikan kualitasnya tidak diragukan lagi, karena telah diakui dunia hingga memperoleh sertifikat lisensi dari federasi sepak bola dunia, FIFA pada 2009.
'Bahkan bola buatan kami pernah digunakan pada Piala Dunia di Korea,' katanya.
YANG MIRIS!!!
Ternyata, denger punya denger, bola yang dipakai oleh PSSI dalam tiap pertandingan merupakan bola buatan luar negeri, bukan produk DALAM NEGERI
Kontak Perusahaannya nih, gak ada maksud promosi, ane gak ada hubungan apapun dengan ini. Karena notabene ane masih sekolah
PT Sinjaraga Santika Sport
(Bola Sepak Triple S)
Jl Liangjulang 104, Kadipaten Majalengka 45452, JAWA BARAT
tlp: (0223) 661514
fax: (0223) 661719
Tanggapan Pemilik Triple S Terhadap Jabulani
'Jabulani adalah bola cacat, terbukti dari banyaknya komplain para pemain. Masalah jabulani bisa dimasukkan sebagai bola FIFA karena adanya pembayaran 1,8 Trilyun.'
Kurang lebih gitu deh, CMIIW, soalnya gak ada di internet dan ane denger dari berita. Seingat ane sih begitu. Kalau ada yang lihat beritanya, tolong beri konfirmasi yah
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4650495