Thursday, July 21, 2011

Nilai Budaya DIY Bangkitkan Pariwisata

Nilai Budaya DIY Bangkitkan Pariwisata

I Made Asdhiana | Kamis, 21 Juli 2011 | 15:36 WIB

|

Share:

TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI Abdi dalem memainkan gamelan Kyai Guntur Madu di bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, Rabu (8/2/2011) malam. Miyos Gongso merupakan prosesi membawa Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo dari dalam Keraton menuju Masjid Gede Kauman Yogyakarta untuk dimainkan selama 7 hari sampai puncak Grebeg Maulid.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Warga menyaksikan perarakan Gunungan Kakung yang dibawa dari Keraton Yogyakarta menuju ke Kompleks Kepatihan dengan melewati Jalan Malioboro, Yogyakarta, pada acara tradisi Grebeg Maulud, Rabu (16/2/2011). Pengiriman salah satu gunungan ke kompleks kantor gubernur tersebut kini dilaksanakan kembali dalam tradisi Grebeg Maulud dan merupakan salah satu bentuk pemberian sedekah dari raja kepada rakyatnya.

TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI Sejumlah abdi dalem mengikuti Kirab Seni Budaya Ambengan Ageng Gunungan Kuliner Nawu Jagang di kawasan Kota Gede, Jagalan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (17/4/2011). Kirab budaya tersebut diikuti oleh abdi dalem dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta dalam rangka menguras Sendang Selirang di kawasan Masjid Ageng Mataram.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKOPemandu wisata (berbaju batik) mengantarkan wisatawan asing berkeliling Keraton Yogyakarta, Yogyakarta, Senin (31/1). Meskipun telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal hingga ke mancanegara, obyek wisata di Yogyakarta yang menyediakan pemandu yang cakap berkomunikasi dalam berbagai bahasa asing sebagaimana tersedia di Keraton Yogyakarta masih terbatas.

Foto:

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kebudayan dan Pariwisata I Gede Ardhika mengatakan masyarakat Yogyakarta memiliki modal dasar berupa nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kepercayaan untuk bangkit menghadapi berbagai masalah kepariwisataan.

Seharusnya semangat tersebut dijadikan titik awal pendorong untuk maju meningkatkan citra pariwisata Yogyakarta.

-- I Gede Ardhika

"Contohnya, saat terjadi bencana gempa bumi maupun Gunung Merapi meletus, masyarakat Yogyakarta tidak terlalu menadahkan tangan menunggu bantuan pihak lain. Mereka menyingsingkan baju untuk membangun kembali, dan mengembalikan ke dalam nuansa kehidupan sehari-hari," katanya di Yogyakarta, Rabu (20/7/2011).

Dalam seminar sehari "Ayo Bangkitkan Pariwisata Yogyakarta 2012" yang diselenggarakan dalam rangkaian memperingati HUT Ke-31 PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Yogyakarta itu, Ardhika mengatakan nilai-nilai berupa semangat untuk bangkit ini yang seharusnya oleh para pelaku pariwisata diserap dan digunakan untuk mendorong pertumbuhan kepariwisataan Yogyakarta.

"Seharusnya semangat tersebut dijadikan titik awal pendorong untuk maju meningkatkan citra pariwisata Yogyakarta. Untuk itu harus ada semacam cita-cita pengembangan pariwisata," katanya.

Menurut Ardhika, pelaku industri pariwisata di Yogyakarta harus memiliki bayangan seperti apa wujud daerah ini pada puluhan tahun ke depan, agar jangan sampai berpikiran jangka pendek, namun tidak tahu arah yang akan dituju.

Dalam kaitan kepariwisataan, Yogyakarta harus dibangun dengan citra sebagai pusat kebudayaan yang sebenarnya menjadi kekuatan daerah ini, yaitu budaya yang memiliki keunikan. "Budaya yang dilandasi nilai-nilai masyarakat Yogyakarta itu sendiri, contohnya dalam berdagang ada semacam falsafah Jawa yaitu 'tuno satak, bati sanak' yang artinya lebih baik tidak memperoleh keuntungan materi, tetapi memperoleh tambahan saudara atau keluarga baru," katanya.

Ardhika melanjutkan, falsafah itu mencerminkan bahwa nilai ekonomi atau materi, jauh di bawah, dan nilai yang tertinggi justru hubungan kekeluargaan. "Falsafah tersebut sebenarnya yang harus digunakan sebagai dasar membangun kepariwisataan Yogyakarta. Namun, semua itu baru harafiah saja, dan bagaimana mengartikulasikan dengan tantangan modernisasi," katanya.

Ardhika mengatakan pengembangan pariwisata seharusnya tidak terperangkap pada aspek materi atau fisik semata, tetapi justru lebih mengedepankan kontribusi dan menularkan nilai-nilai yang luhur tersebut kepada wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke daerah ini.

"Saya rasa semua itu yang menyebabkan pariwisata Yogyakarta menjadi beda daya tariknya dengan daerah lain, sehingga membuat wisatawan yang datang ke daerah ini ingin kembali lagi ke Yogyakarta," tambah Ardhika.

21 Jul, 2011


--
Source: http://travel.kompas.com/read/xml/2011/07/21/15365112/Nilai.Budaya.DIY.Bangkitkan.Pariwisata
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Blog Archive