Tuesday, July 26, 2011

Dibalik Teknologi "Jabulani" Bola Resmi Piala Dunia 2010



Dave, si robot kaki kreasi mahasiswa Loughborough University, Inggris, rajin ‘menendang’ bola saat Jabulani, bola resmi Piala Dunia 2010 didesain dan disempurnakan.

Sebuah robot kaki bernama Dave, yang namanya diambil dari Dave Ward, mahasiswa tingkat tiga yang mendesainnya sekitar empat tahun lalu, memegang peranan penting saat Jabulani. Robot setinggi 1,22 meter tersebut dikembangkan di Sports Technology Institute, Loughborough University, Inggris.

Sejak tahun 2002 lalu, akademisi di universitas itu telah bekerjasama dengan Adidas berupaya untuk menghadirkan bola yang sempurna untuk perhelatan besar di Afrika Juni 2010.

Dengan kaki logam dan dipasangkan pada poros, Dave memiliki kemampuan menendang bola dengan cara yang sama seperti manusia menendang bola. Tentunya dengan sejumlah kelebihan yang di antaranya adalah menendang dengan konsistensi dan akurasi tinggi, tetapi tanpa risiko cidera. Kemampuan ini tidak akan dimiliki oleh pemain profesional sekalipun.

Setelah Dave menendang bola secara berulang-ulang bahkan hingga kecepatan bola mencapai 145 kilometer per jam, peneliti bisa mempelajari bagaimana perubahan pada konstruksi bola bisa mempengaruhi pergerakan bola tersebut.

“Peneliti telah memanfaatkan Dave untuk menendang bola dengan berbagai cara serta dilakukan pula pada terowongan angin untuk melihat bagaimana reaksi bola pada beragam kondisi,” kata Dr Andy Harland, dosen di Lughborough University, seperti dikutip laman My Digital Life, Jumat 18 Juni 2010.

“Tendangan dilakukan terus menerus dan mengganti bola untuk dilihat bagaimana hasilnya,” terangnya.

Berkat riset yang dilakukan bertahun-tahun dan tendangan tak kenal lelah yang dilakukan oleh Dave, bola resmi yang akan digunakan pada pertandingan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan selesai dikembangkan.

Dari sisi bola, peneliti membuktikan bahwa bola yang memiliki panel sedikit pergerakan lebih konsisten dibanding bola pada umumnya. Untuk itu, Jabulani hanya memiliki delapan panel pembungkus bola yang dibentuk dan dirapatkan dengan suhu tinggi.

Khusus untuk permukaan bola, peneliti juga menemukan bahwa semakin banyak alur akan membuat stabilitas bola, khususnya saat di udara menjadi semakin baik. Untuk itu, agar semakin aerodinamis, profil melingkar Grip’n’Groove dipasang di seluruh permukaan Jabulani.

“Guratan pada tekstur kulit luar dari bola juga membuat pemain memiliki sentuhan yang erat pada bola di berbagai kondisi cuaca. Bahkan mencegah bola menjadi licin saat bermain di ketika cuaca hujan dan lapangan basah,” jelas Harland.

Diberi nama Jabulani, kata dalam bahasa Zulu yang berarti merayakan, Adidas mengklaim bahwa bola tersebut merupakan bola paling akurat dan bulat sempurna yang pernah dibuat. Jabulani juga disebut 30 persen lebih stabil di udara dibandingkan bola yang umum digunakan dekade yang lalu.

Namun, beberapa waktu lalu, Jabulani menuai keluhan dari sejumlah pemain, terutama dari penjaga gawang. Kiper Brazil Julio Cesar, karena dinilai tidak stabil. “Jabulani seperti bola murahan yang dijual di supermarket,” ucapnya.

Bahkan Steven Gerard pun mengatakan hal senada. “Blunder yang dilakukan kiper Inggris Robert Green, ketika Inggris berlaga dengan Amerika Serikat, juga disebabkan Jabulani,” katanya. “Kami tidak bisa hanya menyalahkan kiper, karena bolanya juga menyulitkan,” imbuh sang kapten Tim Inggris.


sumber : vivanews.com

Blog Archive